5.22.2014

Rame ing pamrih, sepi ing gawe


From: A.Syauqi Yahy


Curhat ke Senior Soal Politik, Prabowo: Ampun Saya

TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, mengatakan maraknya kasus korupsi dan tak mandirinya perekonomian bangsa menjadi alasan dirinya terjun ke dunia politik. Namun dia mengaku terkejut dengan dunia politik.

"Terus terang saja politik luar biasa. Minta ampun juga saya," kata Prabowo saat berpidato di depan para purnawirawan TNI dan Polri di Club House Golf, Jagorawi, Bogor, Jawa Barat, Rabu, 21 Mei 2014.

Menurut Prabowo, saat masih di dunia militer, dirinya dilatih dengan konsep "iya-iya, tidak-tidak". "Kalau di politik, jam 7 kasih tangan, deal, jam 1 sudah berubah," ujar bekas Komandan Komando Pasukan Khusus ini.

"Tapi ini adalah demokrasi. Kadang-kadang demokrasi membuat kita capek," dia menambahkan. Namun, menurut Prabowo, saat menyusun koalisi partai untuk mendukung pencalonannya, dia mengaku belajar banyak dari dunia politik.

Salah satunya, kata Prabowo, dia menemukan sikap patriotik dan negarawan dari para pemimpin partai. "Bayangkan, partai saya hanya mendapatkan 13 persen kursi parlemen, tapi ada partai yang lebih besar, 17 persen kursi, pemimpinnya bersedia untuk bergabung di bawah kepemimpinan saya," ujarnya.

Bahkan, dia menambahkan, pemimpin partai itu sama sekali tidak meminta jatah kursi di kabinet sebagai syarat untuk bergabung dalam gerbong koalisi Gerindra. "Ternyata kita masih punya pemimpin yang patriotik dan berjiwa besar," ucap Prabowo.

Dia berkelakar bahwa para pemimpin partai menggunakan pendekatan psikologis dalam membangun koalisi. "Kalau Prabowo diajak dengan keras, dia akan semakin keras," ujar Prabowo. "Makanya, 'ya sudah, monggo atur saja'," katanya memberikan gambaran negosiasi koalisi.

Prabowo pun menyarankan para purnawirawan untuk tak terjun ke politik. "Yang belum masuk politik, saya sarankan tidak usah. Kalau saya, sudah telanjur," katanya. "Kami di militer diajarkan rame ing gawe, sepi ing pamrih (sedikit bicara banyak bekerja). Di politik, rame ing pamrih, sepi ing gawe, agak terbalik."

PRIHANDOKO




--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar