3.31.2014

'Ikan Merah Kerempeng'


From: <syauqiyahya@gmail.com>

Sabtu, 29/03/2014 11:31 WIB

Lagi dari Waketum Gerindra Sebuah Puisi 'Ikan Merah Kerempeng', Sindir Jokowi?

Danu Damarjati - detikNews

Jakarta - Puisi 'Air Mata Buaya' ternyata bukan satire terakhir dari Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon. Kali ini, Fadli kembali menggubah sajak satire yang berjudul 'Sajak Seekor Ikan'. Menyindir Jokowi?

Sajak yang bercerita tentang ikan berwarna merah dan kerempeng itu diterima detikcom dari Fadli Zon pada Sabtu (29/3/2014) pukul 10.12 WIB.

Tokoh ikan merah dan kerempeng yang diceritakan Fadli mengalami serangan dari ikan-ikan buas begitu dia melompat dari akuarium ke sungai berarus deras. Padahal sebelumnya, si ikan itu dibeli Waketum Gerindra itu dari tetangga sebelah dan sempat mempesona banyak orang.

Fadli enggan memberi keterangan soal untuk siapa satire ini ditujukan, begitu pula soal siapa yang dimaksud sebagai 'ikan merah kerempeng nan lincah' ini. Begini puisinya:

Sajak Seekor Ikan

Seekor ikan di akuarium
Kubeli dari tetangga sebelah
Warnanya merah
Kerempeng dan lincah

Setiap hari berenang menari
Menyusuri taman air yang asri
Menggoda dari balik kaca
Menarik perhatian siapa saja

Seekor ikan di akuarium
Melompat ke sungai
bergumul di air deras
Terbawa ke laut lepas

Di sana ia bertemu ikan hiu, paus dan gurita
Menjadi santapan ringan penguasa samudera

Fadli Zon, 29 Maret 2014

WadUk


From: <djuliadi55@gmail.com>


Setelah 34 Tahun, Waduk Pluit Jadi Tonggak Jakarta



KOMPAS.com/KISTYARINI

Taman Waduk Pluit di Penjaringan, Jakarta utara, menjadi tempat tujuan wisata baru bagi warga Jakarta.

Kamis, 27 Maret 2014 | 08:07 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Penataan Waduk Pluit, Jakarta Utara, setahun terakhir menjadi tonggak untuk menata Jakarta. Keruwetan masalah yang bertumpuk sejak puluhan tahun silam diselesaikan melalui pendekatan manusiawi. Sejumlah ahli menilai terobosan Pemerintah DKI Jakarta ini menuai hasil positif.

Peneliti teknik lingkungan dari Universitas Indonesia, Firdaus Ali; sosiolog Tamrin Amal Tomagola; dan pengamat ekonomi Hendri Saparini dalam diskusi dan peluncuran buku Waduk Pluit: Semangat Membangun Jakarta Baru, Rabu (26/3), mengapresiasi terobosan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama dalam merelokasi ribuan keluarga dan membangun taman kota Waduk Pluit.

Firdaus berpendapat, Jokowi-Basuki memulai penataan dari Waduk Pluit yang berada di pesisir utara. Kawasan ini menjadi cermin kompleksnya persoalan Jakarta, dari tata ruang, perumahan, tata kelola air, hingga sosial-ekonomi.

Setelah banjir Januari 2013, Pemerintah DKI Jakarta merelokasi penghuni bantaran Waduk Pluit ke rumah susun. Kini, sekitar 10 hektar lahan di sisi barat waduk telah berubah menjadi taman kota.

Firdaus mengatakan, setelah merombak wajah Waduk Pluit, Pemerintah DKI Jakarta masih memiliki tugas untuk memperbaiki Waduk Melati, Taman Ria, Ria Rio, dan Marunda.

"Waduk Pluit ini merupakan awal. Ketimbang ribut memaksa Pemda Bogor dan Depok bikin waduk, mengapa tidak merevitalisasi waduk yang ada (di DKI) untuk menambah daya tampung air yang besar dan menjadi oasis baru di Ibu Kota," ujarnya.

Tamrin berpendapat, langkah Jokowi merelokasi penghuni bantaran waduk tepat. Tidak seperti pengosongan lahan yang selama ini ditempuh pemerintah, Jokowi mendekati warga, berdialog, dan menawarkan solusi dengan menyediakan rusun. Cara ini efektif sekaligus manusiawi.

Keberhasilan menata sebagian sisi Waduk Pluit menjalar ke kawasan lain, seperti Waduk Ria Rio di Jakarta Timur. Metode serupa ditempuh dalam normalisasi sungai, saluran, dan waduk lain di DKI Jakarta.

Jokowi-Basuki, ujar Hendri, mengimplementasikan amanat Undang-Undang Dasar dengan membumikan politik ekonomi. Keduanya berupaya memenuhi kebutuhan dasar warga, seperti sandang-papan, kesehatan, dan transportasi.

Hendri mengapresiasi langkah Jokowi-Basuki menggerakkan PT Jakarta Propertindo, badan usaha milik daerah (BUMD) DKI Jakarta, menata kawasan Waduk Pluit. Ini contoh bagaimana BUMD seharusnya tidak semata berorientasi keuntungan finansial, tetapi juga membantu pemerintah melayani publik.

Menurut mantan Kepala Staf Proyek Pengendali Banjir Jakarta era 1977-1982 Achmad Lanti, sejak selesai dinormalisasi pada 1979, Waduk Pluit mengalami degradasi. Kedalamannya berkurang akibat sedimentasi, sementara bantaran terus menyusut karena okupasi penghuni liar. Saluran di lingkaran waduk bahkan hilang karena ditumbuhi bangunan.
34 tahun

"Gubernur telah berganti, tetapi mereka tak mampu mengatasi tumpukan persoalan di Waduk Pluit karena beragam kepentingan. Setelah 34 tahun, wajah Waduk Pluit akhirnya berubah lebih baik," kata Lanti.

Lanti menambahkan, Waduk Pluit yang diresmikan Presiden Soeharto pada 1968 itu dibangun untuk mengurangi risiko banjir, setidaknya untuk sekitar 2.400 hektar area di kawasan Monas, Istana Negara, Thamrin, Cideng, dan Krukut. Namun, ketidaktegasan pemerintah membuat bangunan liar terus bertambah di sekelilingnya.

Kini diperkirakan lebih dari 10.000 keluarga masih tinggal di sisi timur Waduk Pluit. Pemerintah DKI berencana merelokasi mereka ke rusun. Namun, pembangunan rusun belum rampung. Di sisi barat terbangun taman kota, amfiteater, dan lintasan joging. Selain itu, juga telah dibangun instalasi pengolah limbah dan air bersih. (MKN/ART)

Sumuk


From: <djuliadi55@gmail.com>



Bawaslu akan Panggil Pengurus Demokrat dan Mensesneg



KOMPAS IMAGES/DHONI SETIAWAN

Kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (9/7). Dhoni Setiawan (DS) 09-07-2009

Jumat, 28 Maret 2014 | 20:31 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) akan memanggil dan memeriksa pengurus Partai Demokrat (PD), serta Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Sudi Silalahi terkait penggunaan pesawat kepresidenan oleh Ketua Umum DPP PD Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY diduga melakukan pelanggaran kampanye karena menggunakan pesawat kepresidenan untuk berkampanye di Lampung, Rabu (26/3/2014) lalu.

"Yang kami rencanakan itu memanggil PD sebagai partai yang melakukan kampanye. Kemudian mungkin Setneg sebagai lembaga yg mengurus perjalanan Presiden," ujar anggota Bawaslu Nelson Simanjuntak di Gedung Bawaslu, Jakarta Pusat, Jumat (28/3/2014).

Dia meminta semua pihak yang terkait kasus tersebut untuk bekerja sama dengan Bawaslu agar persoalan tersebut cepat selesai. Pasalnya, masalah itu terkait dengan presiden. Ia mengatakan, pemanggilan itu merupakan tindak lanjut dari laporan dugaan pelanggaran yang disampaikan Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti.

"Mereka melaporkan dugaan pelanggaran, dugaannya adalah menggunakan uang negara dalam kampanye PD berkaitan dengan kehadiran Presiden SBY di dalam kampanye PD di Lampung," kata Nelson. Ia mengatakan, pihaknya tidak dapat serta-merta memutuskan ada pelanggaran dalam kasus itu. Menurutnya, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan Bawaslu.

"Presiden itu sebagai kepala negara harus mendapatkan hak pengamanan penuh" kata dia.

Di sisi lain, ujarnya, Ray melaporkan dugaan pelanggaran penggunaan uang negara dalam membiayai transportasi SBY. "Itu yang harus dilakukan kajian apakah itu melanggar aturan atau bukan," kata Nelson.

Diberitakan, SBY bertolak ke Lampung pada Rabu (26/3/2014) siang setelah menggelar rapat terbatas di Istana Negara, Jakarta. Di Lampung, SBY berkampanye di hadapan ribuan kader dan simpatisan Partai Demokrat.

Menurut Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, keberangkatan dan kepulangan SBY dibiayai pemerintah meski dalam kepentingan kampanye. Sejumlah menteri pun turut mendampingi SBY. Ketika SBY berganti jaket partai, para menteri ini baru melepaskan diri dari SBY.

Wiriyatmoko Sudah Kaya !


From: A.Syauqi Yahya 

Ojo 2 Ahok sing ngandani Gus Mar....he x3.../kung

Basuki: Wiriyatmoko Sudah Kaya!

KOMPAS IMAGES/VITALIS YOGI TRISNA
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama memberikan penjelasan saat berkunjung ke kantor Redaksi Kompas.com di Palmerah, Jakarta Selatan, Rabu (15/1/2014).
Jumat, 28 Maret 2014 | 20:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menilai, pernyataan Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah (Plt Sekda) Wiriyatmoko bahwa ia siap dipecat disampaikan lantaran ia sudah kaya.

"Pasti siap, dong, sudah kaya. Sudah kaya kok, masa tidak siap dipecat?" kata Basuki di Balaikota Jakarta, Jumat (28/3/2014).

Meski begitu, Basuki menyarankan agar Wiriyatmoko lebih baik mundur daripada harus dipecat. Menurutnya, Wiriyatmoko tak masalah mengundurkan diri karena sudah kaya. "Mundur diri saja, ngapain sudah kaya kerja di sini. Tidak usah dipecat, susah kaya, jadi mundur saja," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, Wiriyatmoko mengaku siap dipecat karena permasalahan birokrasi sumbangan bus oleh perusahaan swasta. Hal itu dikatakannya menanggapi ancaman Basuki yang menyatakan akan memecatnya seandainya nanti naik jabatan menjadi Gubernur DKI.

Menurut Wiriyatmoko, saat ini pihaknya masih menunggu rekomendasi Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) apakah dapat menerima bantuan bus tersebut atau tidak. "Kalau belum ada rekomendasi dari sana (BPKP), ya saya enggak mau (terima), mending berhentikan saya sajalah," kata Wiriyatmoko.

Kekesalan Basuki kepada Wiriyatmoko sendiri berawal saat ia menganggap mantan Kepala Dinas Tata Ruang itu memberatkan pemberian bus sumbangan dari tiga perusahaan swasta. Ia menilai, tak seharusnya Wiriyatmoko mempersulit proses pemberian bus hanya karena bus-bus itu menggunakan bahan bakar solar.

Adapun bus sumbangan pihak swasta semuanya berjumlah 30 unit, yang terdiri atas 10 unit dari Telkomsel, 10 unit dari Ti-Phone, dan 10 unit dari Rodamas.

Penulis: Alsadad Rudi
Editor: Hindra Liauw

--

"I would prefer not to."


From: syauqiyahya 


Golput

Senin, 31 Maret 2014

Apa nama yang akan kita berikan kepada seseorang yang menolak tapi tak menolak, dan terus demikian, dan menyebabkan sebuah struktur terguncang? Mungkin "golput". Mungkin Bartleby.
Cerita Herman Melville, Bartleby the Scrivener, berkisah tentang seorang juru salin di sebuah kantor pengacara di Wall Street. Begitu masuk bekerja, ia menunjukkan diri sebagai orang yang sangat rajin: ia menyalin semua dokumen yang diberikan kepadanya.
Tiba-tiba, pada satu hari, ia seperti menampik.
Tapi sebenarnya tak jelas demikian. Ia hanya mengatakan, "I would prefer not to."
Kalimat itu sopan sekali. Kalimat itu juga membingungkan. Kurang-lebih berarti "sebaiknya saya lebih suka tidak". Dan majikannya tercengang. Dan itu bukan yang terakhir kali. Kalimat itu diutarakan Bartleby tiap kali ia diminta mengerjakan sesuatu.
Akhirnya kian sedikit ia jalankan tugasnya. Rekan-rekan sekerjanya mulai kesal. Majikannya makin tak paham. Apalagi ketika Bartleby sama sekali berhenti menyalin dan tak mau beranjak dari ruang kerjanya yang sempit.
Ketika pada suatu hari Minggu sang majikan menengok kantornya, ia dapatkan Bartleby masih di dalam. Orang ini menetap. Sang majikan jengkel. Tapi ia juga merasa kasihan. Ia tak bisa mengusir pegawai yang aneh itu. Ia merasakan, tiap hari Minggu malam, Wall Street lengang dan muram seperti kota hantu. Bartleby pasti sering memandang lewat jendela kamar kerjanya dan hanya menemui tembok yang kosong.
"I would prefer not to."
"You will not?"
"I prefer not."
Kalimat Bartleby tak pernah jelas. Orang hanya bisa membaca tubuhnya. Akhirnya majikannya tak berbuat apa-apa terhadapnya: ia justru yang memutuskan pindah kantor. Ia sewakan kantor itu kepada orang lain.
Sang penyewa bertindak lebih drastis. Ia usir Bartleby. Tapi orang ini tak mau pergi: ia duduk-duduk dan tidur di tangga. Majikannya yang lama, yang mengisahkan kejadian ini, datang dan mencoba membujuknya untuk pergi dari emper itu. Ia bahkan menawarkan sebuah kamar di rumahnya untuk ditempati. Tapi Bartleby menjawab: I would prefer not to.
Mungkin ini sebuah cerita sedih: Bartleby akhirnya dipenjarakan dan mati karena ia menolak makan. "Sebaiknya saya lebih suka tidak…."
Tapi bisa juga kesedihan itu tak harus dilihat sebagai sesuatu yang tragis. Deleuze, yang ikut membahas karya Melville ini, menyimpulkan, kisah Bartleby justru sebuah teks yang sangat lucu, dan yang lucu, yang komikal, katanya, "selamanya harfiah". Kisah ini bukan sebuah kiasan.
Memang tak ada makna lain yang tersirat dalam "I would prefer not to". Tapi sikap Bartleby tetap tak bisa ditebak karena mula-mula, setelah ia mengucapkan kalimat itu, ia toh mengerjakan apa yang jadi tugasnya. Sampai pada satu titik—mungkin ketika ia sadar bahwa kata-kata itu punya dampak kepada orang sekelilingnya. Kemudian, kepada dirinya sendiri.
Dampak itu terasa karena kalimat itu bergema di sebuah kantor pengacara di Wall Street, dunia tembok-tembok kekar, di ruang yang tertib, di antara dokumen-dokumen yang cermat, di celah-celah bahasa hukum yang ingin persis dan prediksi yang ingin tepat. Di antara itu semua, kata-kata Bartleby tak menampik, tapi juga tak menerima. Ia menghapus makna yang diacunya sendiri, tapi juga menghapus makna lain yang mungkin. Ia menggunakan ungkapan yang lempang tanpa kiasan, tapi, setidaknya bagi Deleuze, "ia menciptakan sebuah vakum dalam bahasa (langue)". Sebagaimana ia berhenti menyalin dokumen, ia pun berhenti menyalin bahasa orang lain yang umum.
Akhirnya ia memang seorang luar, sepenuhnya. Andai ia menyatakan maksud yang jelas ia menolak, ia masih meletakkan diri dalam satu posisi. Tapi tidak. Dalam ambiguitas itu, ia melakukan resistansi.
Saya tak bisa menyimpulkan bahwa resistansi itu efektif. Deleuze memang bertepuk tangan: "Bartleby telah memenangi hak untuk lanjut hidup, artinya, untuk tetap tak bergerak dan tegak di depan sebuah dinding buta." Tapi orang lain bisa mengatakan aksi Bartleby hanya mengarah ke sebuah impase; tak ada langkah tegas ke pembebasan.
Bartleby memang bisa dipandang sebagai tubuh yang memprotes "kandang besi" yang membentuk Wall Street. Tapi ia sendiri. Ia menyendiri. Ia menolak apa pun yang dari luar, juga makanan; ia seperti seorang pertapa yang memegang teguh puasa dan prinsip. Tapi ia juga seperti penderita anoreksia yang sekaligus narsis.
Di penjara dan di kuburannya, ia tak mengubah apa-apa.
Tapi mungkinkah ia sepenuhnya sendiri? Ada yang terjadi, meskipun tak senantiasa terjadi: seseorang yang sebenarnya bisa menyingkirkannya—sang majikan di kantor pengacara itu—tak hendak melakukan tindakan itu. Bahkan ia menga­lah. Kemudian menawarkan tempat. Kemudian mengirimi Bartleby makanan.
Bisa saja sang majikan melakukan itu buat menyelamatkan mukanya sendiri, atau ia tak mau heboh, atau ia… entah. Tapi yang jelas, ia merasa Bartleby bukan unsur yang bisa dibuang. Ia merasa Bartleby tak sendirian.
Maka apa nama yang akan kita berikan kepada mereka yang menolak tapi tak menolak? Mungkin "golput"—bila ambiguitas itu, ketakjelasan bahasa itu, bisa memberi isyarat: kami bukan hanya sedang tak mau diganggu.
Goenawan Mohamad


MEMBACA DAN MENULIS SEBAGAI MODUS PEMBERDAYAAN DIRI?: DARI BUKU "4 GINJAL DI TUBUHKU"


From: hernowo mengikatmakna 

MEMBACA DAN MENULIS SEBAGAI MODUS PEMBERDAYAAN DIRI?: DARI BUKU “4 GINJAL DI TUBUHKU”


Oleh Hernowo



 


“Aku belum tahu apa rahasia Tuhan di balik semua perjalanan sakitku selama empat tahun terakhir. Apa rahasia dari darah yang menetes setiap kali jarum ditusukkan ke atau dicabut dari tubuhku? Apa rahasia dari malam-malam yang membuatku tidak bisa tidur karena sesak dan gatal-gatal? Apa rahasia dari sedemikian banyaknya uang yang harus dihabiskan? Hanya Tuhan yang tahu seperti apa akhirnya nanti” (Basyrah Nasution, 4 Ginjal di Tubuhku: Syukur Meniti Garis Takdir, Qanita, Bandung, Cetakan I, Maret 2014,  halaman 139).


Aku membaca baris-baris kalimat di atas dengan gemetar. Aku dapat menangkap sekaligus merasakan kecemasan, ketakutan, kegalauan, dan ketidakberdayaan yang menjadi satu menggumpal dalam diri seorang manusia. Aku semakin dibawa ke tempat yang gelap dan tidak dapat aku ketahui sedang berada di mana, saat membaca tulisan Basyrah berikut ini, “Teman atau keluarga yang menjengukku, sering berkata, ‘Sakit Anda ini untuk menaikkan derajat Anda. Sabar sajalah. Yang lain mengatakan, ‘Anda orang terpilih untuk menjalani cobaan seperti ini.’ Tapi, aku harus jujur bahwa penderitaan yang kurasakan tidak semudah ucapan mereka.”


Basyrah menulis dua hal di atas dalam bab yang sungguh memberdayakan siapa saja yang sempat membaca, memahami, dan merenungkan dalam-dalam buku karyanya. Bab di buku4 Ginjal di Tubuhku tersebut berjudul sangat bagus dan sungguh memberdayakan. Judul itu begitu memberdayakan karena diilhami oleh sosok yang luar biasa, Nelson Mandela. Apa bunyi judul tersebut? “Penderitaan yang Tidak Membuatmu Mati, Akan Membuatmu Kuat”. Ya, setiap manusia tak mungkin lepas dari penderitaan. Hanya, seberapa hebat penderitaan yang dapat ditanggung manusia, kita tidak pernah mengetahuinya secara pasti. Begitu juga manusia bernama Basyrah Nasution.


Bab yang ditulis Basyrah mulai halaman 134 hingga 139 itu kemudian membawa saya menjumpai Prof. Dr. Fuad Hassan. Fuad Hassan, semasa hidupnya, pernah menjadi Mendikbud. Beliau menyukai filsafat (terutama filsafat eksistensialisme) dan sastra serta menulis buku-buku yang memiliki bahasa yang jernih dan tertata. Aku menyukai buku-buku karyanya. Salah satu buku yang ditulisnya berjudul Kita dan Kami. Buku ini, kalau tak salah, berasal dari disertasi doktoralnya. Menurut yang saya pahami secara selintas, kita dan kami adalah modus eksistensial atau mengada. Mengikuti beliau, ketika membaca 4 Ginjal di Tubuhku, aku ingin mengatakan di sini bahwa membaca dan menulis (bagi Basyrah) dapat dimaknai juga sebagai modus pemberdayaan diri.


Ya, jauh sebelum Basyrah di vonis gagal ginjal dan harus mengalami cangkok ginjal sebanyak dua kali—sehingga mengakibatkan ada empat ginjal di tubuhnya—Basyrah adalah teman diskusi (yang menggairahkan) tentang buku. Setiap kali ketemu, Basyrah dan diriku senantiasa bertukar kabar tentang buku yang kami baca. Setelah mengalami cangkok ginjal, rupanya kegemaran Basyrah membaca buku semakin meningkat. Setiap kali kami ketemu, Basyrah—dengan kegairahan yang terus meningkat—tak lupa menyampaikan buku-buku yang dibacanya. Buku—dan khususnya kegiatan membaca—telah mengatasi keterbatasan dirinya.


Tak berhenti di situ, Basyrah pun mulai mencoba menuliskan pengalamannya menderita gagal ginjal. Dia menumpahkan apa saja yang ada di dalam dirinya. Sebagaimana kita baca di awal tulisanku ini, secara jujur dia mengakui kelemahannya. Namun, ajaib, berkat kegiatan menulisnya itu Basyrah malah semakin berdaya. Tentu, kegemaran membacanya telah berhasil memberdayakan dirinya untuk menuliskan pengalamannya secara bermakna. Ingin kuakui bahwa buku 4 Ginjal di Tubuhku tak sekadar berisi tentang kisahnya tetapi juga, di balik itu, proses pemberdayaannya dalam menghadapi pelbagai cobaan yang mendera dan harus dihadapinya bersama keluarga.


Rupanya proses pemberdayaan yang dialaminya itu menular. Setidaknya, ada tiga orang yang dapat kusebut di sini, yaitu ibu, istri, dan adik Basyrah (yang merelakan satu ginjalnya untuk dicangkokkan ke tubuh Basyrah) yang menjadi berdaya dan kuat. Ini tentu luar biasa! Aku yakin bahwa lewat buku 4 Ginjal di Tubuhku, proses penularan tersebut tak berhenti hanya pada tiga orang. Sebuah buku akan membuat proses pemberdayaan dapat menjangkau kepada siapa saja dan di mana saja. Basyrah telah memberdayakan dirinya dan orang lain? Aku tidak tahu. Di sini, aku hanya ingin menutup tulisanku ini dengan mengutip persis tulisan Basyrah yang kuletakkan di paling atas dengan mengubah materinya—terkait dengan buku yang ditulisnya:


“Aku belum tahu apa rahasia Tuhan di balik keberhasilanku merekam pengalamanku semasa aku sakit dalam bentuk buku. Apa rahasia dari kesulitan dan kefrustrasianku dalam mengeluarkan pengalamanku ke layar laptopku? Apa rahasia dari malam-malam yang membuatku tidak bisa tidur karena memikirkan, ‘Apa yang dapat kutulis lagi? Apakah pengalamanku ini akan berharga bagi orang lain? Apakah nanti bukuku ada yang membaca?’ Hanya Tuhan yang tahu seperti apa akhirnya nanti….”[]


  

Benarkah ini ?


From: Budiono


Bisnis VSI Ustaz Yusuf Mansyur Haram

Zoel Prada

26 Feb 2014 | 05:47

Izinkan, dan maafkan saya jika harus mengatakan : VSI milik USTAZ YUSUF MANSYUR adalah MONEY GAME.

Dan seperti yang sama-sama diketahui MONEY GAME itu HARAM...

Kok bisa?????

Mari kita gunakan logika dan cermati dengan seksama serta objektif dengan membebaskan diridari kepentingan apapun yang akan menyanderanya.

MONEY GAME adalah kegiatan penghimpunan dana masyarakat atau penggandaan uang dengan praktik memberikan komisi dan bonus dari hasil perekrutan/pendaftaran Mitra Usaha yang baru/bergabung kemudian dan bukan dari hasil penjualan produk, atau dari hasil penjualan produk namun produk yang dijual tersebut hanya sebagai kamuflase atau tidak mempunyai mutu/kualitas yang dapat dipertanggung jawabkan.

Mengapa hal ini terasa begitu penting???

Mengingat dan menimbang yang menawarkan ini adalah USTAZ YUSUF MANSYUR. Dan beliau adalah panutan umat. Beliau milik seluruh Umat Muslim Indonesia bahkan Dunia. Beliau bukan hanya milik segelintir orang yang berada di sekelilingnya saja ( “ Orang-orang yang mencoba memamfaatkan dan mendapatkan keuntungan dari kemasyhuran beliau “ ). Kami tidak rela. Tidak akan pernah rela jika hal itu dilakukan dengan cara yang bertentangan dengan apa yang pernah di tausiahkan oleh Ustaz.

Jika ada masyarakat yang mempermasalahkan tentang lisensi atau perizinan, saya kira hal itu tidak akan ada yang peduli. Sebab hal itu hanya menyangkut dunia saja. Urusan dunia sesuatu yang mudah dan kecil. Jika pada pengajuan perizinan atau legalitas mengalami kendala, masih dapat di upayakan kembali. Bahkan masih bisa di putar, di akali dengan cara atau dengan jenis usaha lainnya. Atau apapun istilahnya, masih banyak jalan untuk mewujudkan ambisi tersebut.

Tetapi jika menyangkut dengan kemaslahatan Umat, halal/haram, ini adalah sesuatu yang sangat sensitif. Bagaimana jadinya jika sesuatu yang anda anggap halal dan atau masih dalam perdebatan ternyata di akhirat nanti anda akan menerima sertifikatnya dengan tangan kiri???

Tidak ada kesempatan untuk memperbaiki.

Apa sebenarnya yang di tawarkan VSI?

Dan mari kita paparkan apa yang ditawarkan VSI, apakah sesuai dengan defenisi MONEY GAME????

Akan saya coba uraikan dengan paparan bahasa sederhana dan tidak baku agar mudah di fahami.

VSI adalah sebuah bisnis dengan sistem network marketing ( MLM ). Menurut marketing plannya dapat kita ketahui VSI Memiliki beberapa jenis bonus;

Pertama bonus dari transaksi Vpay yang akan di dapatkan ketika member dan downline ( bawahan/ rekrutan ) bertransaksi menggunakan Vpay ; bonusnya sebesar Rp.75 untuk transaksi pulsa dan Rp.1000 untuk transaksi token PLN. Ini untuk transaksi pribadi.

Untuk transaksi dowline di garis sponsor, si member akan mendapatkan Rp.50 – Rp. 100 untuk generasi pertama ( tergantung jenis transaksinya ), dan Rp.20 untuk generasi seterusnya sampai generasi ke 10. Jika anda melakukan transaksi pribadi tanpa merekrut downline lain, tidak usah berharap bonus. karena bonus ini sangat kecil. lantas relakah anda membayar Rp. 275.000,-?

Tetapi jika anda mampu merekrut member,

Potensi bonus yang di terima member menurut VSI sungguh sangat luar biasa ; Rp. 111.848.200 / 838.871.100. dalam sebulan.

Tapi tahukah anda berepa jumlah membernya ?? yaitu : 1.048.576 Hak Usaha/ member. Dan asumsi mereka setiap member melakukan 4 transaksi dalam sebulan. Mampukah anda dan group anda merekrut jumlah tersebut?

Sesuatu yang sulit di terima oleh nalar dan akal sehat – walau kita tidak boleh menafikan tidak ada sesuatu yang mustahil.

Andai boleh bertaruh – baiklah karena kita tidak di perkenankan untuk bertaruh, katakan saja ini prediksi personal ; dalam jangka waktu sepuluh tahun ke depan atau sampai perusahaan ini bubar – jika VSI ini tetap eksis, seorang Ustaz Yusuf Mansyur pun – dengan 1 ( satu ) HU nya, tidak akan pernah mendapatkan total bonus tersebut.

Disnilah sisi negatif dari sistem network marketing ; mereka menjual mimpi yang muluk – muluk ( sesuatu yang amat di senangi setan ) yang oleh top leadernya sekalipun tidak mampu di raih. Lantas bagaimana dengan member ecek-ecek ???

Kami tidak apatis dengan seseorang yang bermimpi, bok ya mimpi itu step by step. Tetapi mendengar motivasi yang di berikan oleh para leader, seolah hal itu akan diraih dalam jangka waktu singkat dan relatif mudah. Para motivator network marketing yang ambisius akan membungkus rapi nan indah ambisi mereka sendiri dan mencoba menyusup kedalam impian para member dengan kata-kata “ siapa yang tidak ingin bahagia dan membahagiakan orang – orang yang di cintai? “dan dimulai dengan semangat serta niat luhur ; untuk memberdayakan ekonomi masyarakat lemah.

Baik, harus di akui dalam bisnis MLM pasti ada orang sukses yang akan memberi testemoni semu -Mereka hanya menonjolkan penghasilannya semata tanpa kita ketahui bahwa mereka juga mengeluarkan modal yang tidak sedikit, tetapi jumlah mereka hanya segelintir saja. Untuk mewujudkan hal itu akan ada ribuan member di bawahnya yang terzalimi.

Belum jebakan-jebakan maut yang mematikan, sialnya hal itu baru di ketahui oleh member ketika sudah terjerumus di dalamnya.

Maka jangan heran jika banyak orang yang trauma dan putus asa setelah mengikuti bisnis MLM. Mimpi yang di janjikan ternyata tak seindah yang di bayangkan dan implementasinya di lapangan begitu sulit untuk di realisasikan. pernahkah anda membayangkan dan merasakan bagaimana rasanya kecewa? Itulah yang akan di alami oleh member level terakhir. Dalam dunia bisnis MLM pasti akan ada member terakhir yang akan teraniaya, apalagi jika perusahaan tersebut menggunakan sistem BINARI dalam marketing plannya. Lihat saja tabel simulasi yang ada pada VSI, tahukah anda berapa jumlah member level 10 dari tabel tersebut ? 1.000.000 (satu juta ) lebih member atau Hak usaha.

Sungguh sebuah jumlah sangat fantastis. Mungkin secara materi mereka hanya rugi sedikit saja. Tetapi yang lebih luar biasa mengerikan adalah mereka rugi waktu, tenaga dan pikiran. Tentu saja hal ini tidak dapat di ukur dengan uang.

Kesimpulan awal ; MLM itu sendiri masih abu-abu hukumnya menurut syariat islam.

Tetapi disini, di VSI, setiap member yang akan bergabung dan ingin mencari penghasilan bukanlah Bonus ini yang menjadi motivasi mereka. Mereka para member akan di gilir ke bonus utamanya yang jauh lebih besar yaitu Bonus Pasangan. Dan disinilah, di Bonus Pasangan ini KEKERILUAN BESAR itu terjadi.

Baik, mari kita lihat bonus yang kedua.

Bonus utamanya adalah apa yang di sebut dengan BONUS SPONSOR dan BONUS PASANGAN.

BONUS SPONSOR.

Bonus sponsor di berikan sebagai komisi atas jasa mengajak orang menjadi member VSI. Komisi ini di ambil dari BIAYA PENDAFTARAN MEMBER BARU sebesar Rp. 50.000,- dimana Rp. 30.000,- bentuk tunai, dan sisanya dalam bentuk saldo deposit V-pay.

Biaya pendaftaran setiap 1 ( satu ) Hak Usaha Rp. 275.000,-

Dan ingat, setiap member yang mendaftar dengan harga tersebut, tidak mendapatkan PRODUK APA PUN, selain akses ke aplikasi atau software V-pay.

Biar objektif saya sebutkan juga versi pihak VSI; member akan mendapatkanproduk senilai lebih dari 1 juta rupiah berupa Vpay ( virtual payment ) dan modul quantum bisnis di wisata hati online.


3.30.2014

Yang Tak Kita Tahu


From: <syauqiyahya@gmail.com>

Senin, 10 Maret 2014 | 20:58 WIB


Yang Tak Kita Tahu Soal Raibnya Malaysia Airlines


Belum ada kabar terkait hilangnya pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 yang membawa lebih dari 200 orang di dalamnya. Sempat beredar kabar bagian pesawat ditemukan di Vietnam, namun dipastikan bukan serpihan pesawat jenis Boeing 777-200 milik maskapai ini.

Berikut ini adalah ringkasan dari apa yang kita ketahui dan apa yang tak kita ketahui terkait pesawat milik maskapai yang didapuk sebagai salah satu maskapai paling aman di dunia ini:

Rute penerbangan

Yang kita tahu: The Boeing 777-200 lepas landas dari Kuala Lumpur, ibukota Malaysia, pada 00.41 Sabtu. Pesawat dijadwalkan tiba di Beijing pukul 06.30 pada hari yang sama, setelah menempuh 2.300 mil (3.700 kilometer) perjalanan. Tapi sekitar pukul 01.30, pengendali lalu lintas udara di Subang, di luar Kuala Lumpur, kehilangan kontak dengan pesawat saat terbang di atas laut antara Malaysia dan Vietnam.

Yang kita tidak tahu: Apa yang terjadi selanjutnya. Pilot tidak memberitahu pada menara adanya masalah, dan tidak ada sinyal marabahaya yang dikeluarkan. Pejabat militer Malaysia mengutip data radar menyatakan pesawat mungkin telah mengubah arah dan berbalik kembali ke Kuala Lumpur sebelum menghilang. Namun pilot tidak memberitahu bahwa mereka melakukannya. Dan pada titik ini, tidak ada yang tahu mengapa pesawat berbalik arah.

Penumpang

Yang kita tahu: Ada 239 orang di atas pesawat, terdiri atas 227 penumpang dan 12 awak. Lima penumpang berusia di bawah 5 tahun. Mereka berasal dari berbagai negara, terbanyak dari Cina atau Taiwan 154 orang. Lima penumpang batal naik pesawat. Tas mereka turut diturunkan.

Yang kita tidak tahu: Identitas sebenarnya dari beberapa penumpang. Dua orang yang naik pesawat dengan paspor curian. Pihak berwenang mengatakan mereka sedang menyelidiki kemungkinan bahwa ada orang lain di pesawat yang bepergian dalam paspor palsu.

Misteri paspor

Yang kita tahu: Tiket untuk dua orang yang menggunakan paspor Italia dan Austria -- yang ternyata adalah paspor curian -- dibeli hari Kamis di Thailand. Keduanya adalah tiket satu arah dan memiliki jadwal yang berkelanjutan dari Beijing ke Amsterdam dan satunya lagi ke Frankfurt. Pemilik asli paspor menyatakan paspor mereka dicuri di Thailand tahun 2012 dan 2013.

Yang kita tidak tahu: Siapa orang yang menggunakan paspor curian itu, dan apakah mereka memiliki kaitan dengan hilangnya pesawat. Kantor berita nasional Malaysia dikutip Menteri Dalam Negeri Ahmad Zahid Hamidi mengatakan bahwa dua orang yang menggunakan paspor itu "tampak seperti orang Asia". Namun sejauh ini mereka belum menemukan link ke tindak terorisme. Kemungkinan lain, pengguna paspor curian adalah imigran ilegal yang menggunakannya untuk memasuki Eropa. Ada kasus-kasus sebelumnya imigran ilegal menggunakan paspor palsu untuk mencoba untuk memasuki negara-negara Barat . Dan Asia Tenggara dikenal sebagai 'pasar' bagi paspor curian.


Pemindai keamanan

Yang kita tahu: Interpol mengatakan paspor curian berada di database-nya . Tapi tidak ada pemeriksaan yang dilakukan pada mereka dari saat mereka masuk ke dalam bandara dan hingga ke dalam pesawat. Sekretaris Jenderal Interpol Ronald K. Noble mengatakan hal itu  jelas keprihatinan besar bahwa penumpang bisa naik dalam penerbangan internasional dengan paspor curian yang sudah masuk dalam database Interpol.

Yang kita tidak tahu: Paspor mungkin telah digunakan untuk perjalanan sebelumnya. Pemerintah Malaysia sedang menyelidiki proses keamanan yang memungkinkan penumpang bodong itu bisa naik ke pesawat, tetapi para pejabat bersikeras bandara Kuala Lumpur melakukan keamanan standar internasional.

Kru

Yang kita tahu: Seluruh awak di dalam pesawat itu berkewarganegaraan Malaysia. Pilot pesawat yang hilang itu adalah Kapten Zaharie Ahmad Shah, 53 tahun dengan pengalaman 18.365 jam terbang. Dia bergabung dengan Malaysia Airlines pada tahun 1981. Perwira pertama, Fariq Ab Hamid, memiliki 2.763 jam terbang.

Yang kita tidak tahu: Apa yang terjadi di kokpit sekitar waktu pesawat kehilangan kontak dengan pengawas lalu lintas udara. Pesawat itu sedang melalui bagian paling aman dari penerbangan, bagian cruise, ketika menghilang. Kondisi cuaca dilaporkan sangat bagus. Pakar penerbangan mengatakan sangat membingungkan bahwa pilot tidak melaporkan masalah apapun sebelum kontak hilang.

Pencarian

Yang kita tahu: 34 pesawat dan 40 kapal dari sepuluh negara membantu dalam upaya pencarian menjelajahi area yang luas mulai dari Laut Cina Selatan di dekat tempat pesawat itu terakhir terdeteksi. "Kami belum menemukan sesuatu yang tampaknya objek dari pesawat, apalagi pesawat," kata Azharuddin Abdul Rahman, direktur jenderal Departemen Penerbangan Sipil Malaysia. Minyak yang ditemukan di daerah tersebut sedang diuji untuk menentukan apakah itu berasal dari pesawat.

Yang kita tidak tahu: Apakah pencarian berkonsentrasi pada tempat yang tepat. Pihak berwenang mulai berfokus pada hamparan laut di sekitar mulut Teluk Thailand, dekat posisi terakhir pesawat. Tapi mereka memperluas upaya pencarian lebih jauh ke barat, di lepas pantai lainnya di Semenanjung Malaysia dan utara ke Laut Andaman  bagian dari Samudera Hindia. Dan seiring berjalannya waktu, arus laut akan memindahkan apa yang ada di bawahnya, dan hal ini akan semakin merepotkan upaya pencarian.

Preseden

Yang kita tahu: Sangat langka pesawat komersial menghilang di tengah malam. Pada bulan Juni 2009, Air France Flight 447 sedang dalam perjalanan dari Rio De Janeiro ke Paris ketika komunikasi berakhir. Butuh waktu selama hampir dua tahun untuk menemukan sebagian besar reruntuhan pesawat Airbus A330 yang membawa 228 orang di dalamnya. Butuh waktu lebih lama untuk menentukan penyebab kecelakaan.

Yang kita tidak tahu: nasib sebenarnya dari pesawat Malaysia Airlines. Jika semua tidak ada yang selamat, maka akan menjadi kecelakaan pesawat paling mematikan sejak 12 November 2001, ketika American Airlines dengan nomor penerbangan 587 menabrak sebuah lingkungan di New York dan menewaskan 260 orang di dalamnya.

CNN | TRIP B

3.29.2014

Ada yg bela juga rupanya ....... payah kumbuh ..:')


From: <djuliadi55@gmail.com>



JOKOWI dan kebodohan para pengamat politik



Jakfar Shodiq

29 Mar 2014 | 22:41

Banyak pengamat politik yang menafsiri gonggongan jendral kancut yang teriak sana sini , hasut sana hasut sini, marah marah melulu bahkan hanya karena capres ical tampil di tv sambil gendong boneka diteriaki capres boneka .


Itu diakibatkan perjanjian batu tulis yang gagal sehingga frustasi karena takut dengan jago pdip JOKOWi.


Ayam pelung saya badannya tinggi besar. Beratnya hampir 7 kilo akhir akhir ini bertingkah aneh, didalam kandang sering menabrakkan dirinya ke pintu kandang dan cakarnya yang besar dan kuat menggaruk garuk dinding kandang yang terbuat dari bambu, kalau diluar kandang dering berlari kesana kemari membuat babon babon ayam jawa ketakutan, kalau berkokok biasanya melengking panjang dan merdu tapi ini kokoknya berat dan serak , kadang terputus putus.


Usut punya usut ternnyata sebabnya sepele , babon pelung sudah seminggu ini sedang mengeram sehingga jatah biologis sang jago tidak tersalurkan ....he he he pantas


Jadi sebenarnya inilah yang menyebabkan sang jendral kancut , tingkah dan olah vocal nya begitu membabi , meng anjing buta. Hantam sana hantam sini .... Karena hasrat biologisnya tidak tersalurkan, cairan magma yang mestinya rutin mengakir dari tengah, naik keatas dan menggumpal di otak ....maklum DUDA


Lihatlah si krempeng tapi banteng JOKOWI , karena rumah tangganya harmonis maka jatah biologis nya lancar , bicaranya tenang , wibawa dan santun.


**** Salam jendral kancut*

Dibaca : 117 kali

Jokowi cen nggone salah...


From: <suhardono@gmail.com>



Sabtu, 29/03/2014 16:32 WIB

Monorel Mandek, Sutiyoso Kecewa pada Jokowi-Ahok

Ropesta Sitorus - detikNews

Jakarta - Sistem transportasi monorel yang masih jalan di tempat membuat mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso merasa kecewa pada Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dan Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Ibarat istilah kaum muda, Sutiyoso seperti di-PHP-in oleh kedua politisi tersebut.

"Memang sangat disayangkan. Saya mengira sepertinya Jokowi-Ahok mampu melanjutkan, tapi setelah kita lihat di lapangan kok banyak berhentinya," kata Bang Yos, begitu ia biasa disapa, di media center PKPI, Jakarta Pusat, Jumat (29/3/2014).

Sutiyoso mengaku tidak tahu banyak mengenai permasalahan seputar monorel. "Karena memang saya tidak pernah diajak konsultasi sama mereka," kata dia seraya menambahkan dia juga enggan berinisiatif memberikan saran dengan alasan malu.

"Malu lah, orang sudah kesohor begitu ketika saya masuk, nanti saya dinilai bagaimana?", lanjut dia.

Tak hanya kecewa dengan nasib monorel, Sutiyoso mengkritisi MRT yang juga belum terwujud hingga kini. Memang monorel, MRT, dan Transjakarta mulai digagas sejak era kepemimpinannya. Dia berharap Jokowi akan terus melanjutkan pembangunan hingga angkutan massa itu bisa terwujud.

"Memang pembangunan fisiknya zaman Jokowi ini, tetapi saya yang menggagas, membuat surveinya, semua satu paket terintegrasi satu sama lain, termasuk water way barat ke timur. Saya memulainya dan itu harus dilanjutkan," kata dia.

Terakhir, Sutiyoso juga menyoroti masalah korupsi dalam pengadaan bus umum Transjakarta. Kemarin, penyidik Kejaksaan Agung telah menetapkan dua pejabat Dishub sebagai tersangka. Sutiyoso pun menuturkan, Jokowi dan Ahok juga harus bertanggungtawab secara moril.

"Semua sektor ada kerawanan, (transjakarta) ini. Ya memang secara moral pimpinan harus bertanggung jawab. Tapi secara hukum, kan siapa yang harus ditetapkan. Dan jangan berhentikan proyek busway ini berhenti gara-gara kasus ini. Itu pesan saya," kata dia.

Menurutnya, busway kini menjai primadona transportasi massal di Ibukota. Tetapi, lagi-lagi dia merasa keberadaan bus saat ini masih jauh dari harapan. "Sekarang yang saya soroti adalah sterilisasi koridor. Sangat jauh dari harapan saya," tuturnya.


3.27.2014

Moko Siap Dipecat !


From: A.Syauqi Yahya 


Diancam Ahok, Wiriyatmoko Mengaku Siap Dipecat

Kompas.com/Kurnia Sari Aziza

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama naik pitam saat memimpin rapat penyerahan bantuan transjakarta bersama Asisten sekda bidang Pembangunan DKI Wiriyatmoko, di Balaikota Jakarta, Selasa (11/3/2014).

Kamis, 27 Maret 2014 | 18:15 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta Wiriyatmoko mengaku siap dipecat atas permasalahan birokrasi sumbangan bus oleh perusahaan swasta.

Diberitakan sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sempat berujar, seandainya ia menjadi Gubernur DKI, ia akan memecat Wiriyatmoko dari jabatannya sebagai Plt Sekda dan Asisten Sekda bidang Pembangunan DKI Jakarta.

Menurut Moko, saat ini, pihaknya masih menunggu rekomendasi Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk dapat menerima bantuan bus tersebut atau tidak.

"Kalau belum ada rekomendasi dari sana (BPKP), ya saya enggak mau (terima), mending berhentikan saya sajalah," kata Moko, di Balaikota Jakarta, Kamis (27/3/2014).

Moko mengakui, di dalam nota dinas yang diserahkannya pada Basuki, ada poin yang menyebutkan bahwa Pemprov DKI memerlukan rekomendasi dari BPKP dan Kementerian Dalam Negeri.

Setelah Basuki menyatakan keberatan dengan poin tersebut, karena kembali menghambat bantuan bus, Moko urung melaksanakan niatnya mengirim surat ke Kemendagri.

Menurut dia, rekomendasi dari BPKP saja sudah cukup untuk membuktikan apakah pembebasan pajak reklame di tubuh bus berpotensi mengalami kerugian negara atau tidak.

Jika menurut rekomendasi BPKP, hal itu tidak berpotensi mengalami kerugian negara, maka pihaknya akan menerima sumbangan 30 bus dari tiga perusahaan swasta.

Tiga perusahaan penyumbang itu adalah PT Telekomunikasi Seluler Indonesia, PT Rodamas, dan PT Ti-Phone Mobile Indonesia.

Poin lain yang dianggap Basuki memberatkan adalah bus sumbangan harus berbahan bakar gas (BBG). Sedangkan, bahan bakar yang digunakan di bus sumbangan itu adalah solar.

Perda yang digunakan untuk sumbangan bus transjakarta adalah pasal 20 (1) Peraturan Daerah (Perda) nomor 2 tahun 2005 tentang pengendalian pencemaran udara. Dalam aturan itu, diatur bahwa angkutan umum dan kendaraan operasional Pemprov DKI wajib menggunakan bahan bakar gas sebagai upaya pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor.

Lebih lanjut, bus sumbangan itu dioperasikan di koridor yang belum tersedia fasilitas SPBG dan memasang converter kit pada bus sumbangan tersebut. Menurut Moko, percuma apabila bus berbahan bakar solar melintas di koridor yang ada fasilitas SPBG nya. Maka, lebih baik bus itu melintas di jalur non-SPBG. ?

"Yah itu paling membutuhkan waktu 4-5 tahun saja. Karena DKI, PGN, dan Pertamina juga membutuhkan waktu lama untuk menyiapkan infrastruktur gas, sekitar 3-4 tahun," kata mantan Kepala Dinas Tata Ruang DKI tersebut.

Sementara itu, Moko juga menjelaskan bahwa penghitungan pajak reklame bukan merupakan tugas pokok dan fungsinya, tetapi oleh Dinas Pelayanan Pajak DKI Jakarta. Karena tiga perusahaan itu ingin pembebasan pajak reklame, maka pihaknya akan menunggu rekomendasi BPKP demi mencegah terjadinya kerugian negara.

Moko mengaku telah berkirim surat kepada BPKP, namun belum mendapat respons. "Ini semua menyangkut masalah pajak, jadi harus hati-hati. Kalau kata BPKP, tidak ada kerugian negara, kita terima busnya untuk kebutuhan masyarakat, besok saya telepon BPKP nya," kata Moko.

Penulis: Kurnia Sari Aziza
Editor: Kistyarin

--

halo semarangers....


From: Endah Martiningrum

kinjeng ki rak tek iyek...alias capung to?


Gadis Kinjeng layani lelaki, suami dari luar mengawasi


MERDEKA.COM.
 Di balik maraknya prostitusi terselubung dengan modus gadis bermotor atau kerap disebut Gadis Kinjeng di Kota Semarang, ada cerita sedih sekaligus miris. 

Sebut saja namanya Novi. Gadis Kinjeng asal Purwodadi berusia belasan tahun ini menikah secara siri dengan Sumadi, lelaki berperawakan kurus yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang las kenteng serabutan di sebuah kawasan Kota Semarang.

Sumadi dikenal sebagai preman sekitar. Maklum, bengkelnya yang berada di pinggir sungai Thamrin, salah satu kawasan di sekitar Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, ini tak begitu menghasilkan untuk memenuhi kebutuhan tiga anaknya dari istri resminya, Nastiti.

Sumadi, yang suka sekali dengan minuman keras dan mabuk ini awalnya hanya menikmati dan membayar Novi layaknya konsumen yang menggunakan jasa prostitusi yang ditawarkan. Setiap malam Sumadi menghampiri Novi yang menjajakan kecantikan dan keseksiannya dengan 'nangkring' di atas sepeda motor Yamaha Mio-nya yang dikredit dari salah satu perusahaan pembiayaan di kawasan Thamrin.

Namun, lama menjadi pelanggan Novi, Sumadi akhirnya dekat dan menikahi Novi sebagai istri sirinya. Awalnya, Nastiti tidak mengetahui hubungan gelap suaminya bersama Novi. Hubungan intim ini terjadi karena Novi sempat akan dianiaya oleh tamu pria hidung belang lain, namun diselamatkan oleh Sumadi.

"Merasa utang budi dan nyawa saja Mas. Saya juga tidak tahu kenapa mau jadi 'gemblegan' (istri siri/ simpanan) Mas Sumadi. Kalau tidak ada dia saya sudah mati dianiaya oleh tamu saya yang juga dikenal sebagai preman. Yang kebetulan saat kencan dengan saya di Losmen Kudus saya tidak tahu kalau dia mabuk dan kemudian cari gara-gara menganiaya saya," jelas Novi kepada merdeka.com Rabu (25/3) malam.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, kini Nastiti melihat dan mengetahui bahwa ayah dari tiga anaknya itu telah mempunyai hubungan spesial dengan Novi. Nastiti ingin berontak, namun tak kuasa dengan tingkah polah Sumadi yang selalu mabuk-mabukan dan berselingkuh.

Kondisi kemiskinan keluarga Sumadi juga membuat Novi harus bekerja lebih keras untuk mencari tamu laki-laki hidung belang untuk menghidupi keluarga Sumadi. Pendapatan Sumadi sebagai tukang las yang pas-pasan menjadikan Nastiti iba dan menghidupi tiga anak Sumadi.

"Saya nggak bisa lama-lama melayani tamu saya. Kalau mau lama-lama harus izin suami saya (Sumadi). Dia ada di seberang jalan itu. Dia lagi nongkrong bersama teman-teman premannya. Biasa mas minum 'congyang' (minuman keras khas Semarang)," ungkap Novi malam sambil menunjuk segerombolan pria dengan beberapa botol congyang tergeletak di depannya.

Betapa ironis, sebagai istri siri, Novi harus bekerja sebagai PSK Gadis Kinjeng. Dijemput dari kosnya di kawasan Karangayu, Kota Semarang, lalu ditunggui oleh suami sirinya sendiri. Dia rela melakukan itu lantaran trauma karena sempat dianiaya oleh tamunya saat berkencan di Losmen Kudus.

Novi juga lebih merasa aman jika Sumadi menungguinya di seberang jalan sekitar Losmen Kudus di Jl Imam Bonjol, tak jauh dari Stasiun Poncol yang merupakan tempat para penumpang kelas ekonomi naik dan turun kereta.

--

Kumandang adzan yang mengganggu


From: A.Syauqi Yahya

Kumandang adzan yang mengganggu

Perspektifsaya
27 Mar 2014 | 00:55

Sebenernya sudah sejak lama saya ingin menulis tentang kumandang adzan di sekitar kita (setidaknya yang saya tahu betul yakni di kota Jakarta dan Bandung).

Saya sendiri pemeluk agama Islam (terlepas dari saya muslim yang benar atau tidak. Saya menulis bahwa saya pemeluk Islam semata-mata untuk menghindari kesalahpahaman bahwa pendapat yang akan saya kemukakan ini hanya diskriminasi dari pemeluk agama lain).  Tapi memang sebelum men-set pikiran anda ke arah positif ataupun negatif, silahkan melanjutkan membaca tulisan saya berikut ini.

Hampir semua orang di Indonesia, khususnya umat Islam sudah tahu bahwa Adzan adalah reminder bahwa waktu shalat telah masuk sekaligus ajakan untuk menunaikannya. Adzan umumnya dikeraskan melalui speaker dari masjid-masjid. Dan jika diperhatikan pada kebanyakan daerah, di satu RW terdapat minimal 1 masjid, bahkan bisa 3 atau lebih.

Di tempat saya tinggal, pada saat adzan saya bisa mendengar 3 hingga 4 kumandang adzan yang berbeda. Lebih dari itu speaker masjid ini digunakan tidak hanya untuk adzan namun juga pengumuman RT, pengajian, ceramah Jumat, takbir hari raya, dan lainnya. Sejujurnya saya tidak selalu merasa terganggu, kecuali adzan atau takbir dilakukan oleh anak-anak yang sambil berteriak-teriak, sesekali oleh orang dewasa yang bacaannya agak ngawur dan tidak merdu sama sekali. Karena dari kecil sudah terbiasa, kuping saya menjadi agak kebal terhadap suara-suara yang keluar dari speaker masjid ini. Sampai-sampai saat ini saya hanya terbangun mendengar alarm HP (ringtone adzan) untuk panggilan sholat shubuh. Entah mengapa. Padahal saudara-saudara saya yang lama tinggal di luar negeri kalau sedang menginap di rumah bisa bangun terkaget-kaget mendengar adzan shubuh.

Yang saya bahas disini bukanlah (perlu digaris-bawahi) "Adzan"-nya yang mengganggu saya, namun memang cukup sering ada kumandang adzan yang sejujurnya tidak enak didengar, terkadang saya malu kalau sedang ada teman berbeda agama lain sedang ikut mendengar. Ada yang azan dengan nada malas-malasan, ada yang sambil teriak, ada anak-anak yang takbir sambil tertawa-tawa, ada ceramah jumat yang terlalu menggebu-gebu menyebut kaum agama lain, lupa kalau kita hidup bertetangga juga dengan pemeluk agama lain.

Kenyataannya pun, berbeda dengan di negara Arab, yang pada saat adzan berkumandang, orang-orang berhenti melakukan aktivitasnya untuk melaksanakan shalat, di sekitar saya, justru sangat jarang, kecuali anggota masjid yang hanya beberapa terbiasa berjamaah di Masjid.

Jika dipikir kembali sejarah dan fungsi azan, menurut saya pelaksanaan dan fungsi azan saat ini di Indonesia sudah agak tidak beraturan dan perlu kembali di "refresh". Semangat mendengar azan begitu tinggi di bulan puasa, khususnya azan Maghrib saja. Begitu bersemangatnya, sampai-sampai 1 jam sebelum azan orang rela kebut-kebutan di jalan untuk segera sampai rumah duduk rapih di depan tajil dan TV.

Saya sempat mendengar bahwa pak JK sebagai Dewan Masjid Indonesia pernah menghimbau kepada pengurus masjid untuk mengatur volume dan membuat kesepakatan atas masjid-masjid mana saja yang perlu dikeraskan, agar azan tidak tumpang tindih. Namun sepertinya hingga hari ini saya belum merasakan adanya perubahan.

Jika respon dari artikel yang saya buat ini cukup baik dan mendapat dukungan, saya mungkin akan menuliskan petisi halus melalui change.org untuk memberikan dukungan kepada Dewan Masjid Indonesia untuk merealisasikan rencana pengaturan adzan ini.

Bagi yang tertarik untuk ikut mendukung, silahkan drop alamat email anda melalui private message kompasiana saya. Jika memang saya membuat petisi, selanjutnya saya akan sharing link petisi tersebut untuk anda.

Terima kasih telah membaca dan sharing.

FA
Dibaca : 52 kali

--
"Allahumma aghnini bil 'ilmi wa zayyinii bil hilmi wa akrimni bittaqwa wa jammilnii bil 'aafiyah" ~
Ya Allah, kayakanlah aku dengan ilmu, hiasilah diiku dengan sifat lemah lembut, muliakanlah aku dengan ketakwaan dan cantikanlah aku dengan kesehatan.

SBY mbales


From: <syauqiyahya@gmail.com>


Selasa, 25 Maret 2014 | 19:04 WIB



Klaim Sukses Jadi Presiden, SBY Sindir Megawati?

TEMPO.CO, Brebes - Ketua Umum Partai Demokrat yang juga Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, mengklaim keberhasilannya selama sepuluh tahun memimpin Indonesia dalam kampanye terbuka Partai Demokrat di Stadion Karangbirahi, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Selasa, 25 Maret 2014. Secara tersirat, SBY membandingkan pemerintahannya dengan era Presiden Megawati Soekarnoputri.

"Selama sepuluh hari ini, di tiap kampanye, saya tidak pernah menyerang partai-partai lain, tidak pernah menyerang tokoh-tokoh politik lain. Bahkan selama sepuluh tahun saya memimpin," kata SBY di atas panggung, di hadapan ribuan pendukungnya.

Tapi kali ini SBY melakukannya. Dia memulai "serangan" dengan mengutip tudingan terhadap pemerintahannya yang dinilai mengalami kemunduran. "Itu tidak benar. Kami tidak pernah menjual aset negara dan kapal tanker yang merugikan negara," ujarnya.

SBY tak secara terbuka menyebut pemerintahan Presiden Megawati, yang melaksanakan privatisasi sejumlah BUMN. Pada zaman Megawati pula dua kapal tanker milik Pertamina dijual sehingga diduga merugikan negara. Kasusnya sempat diusut Kejaksaan Agung.

Setelah mengeluarkan unek-uneknya, SBY lalu mengutarakan bermacam-macam keberhasilan pemerintah selama ia menjabat presiden dua periode. SBY berujar, pemerintah di bawah kepemimpinannya melunasi utang IMF lebih dari Rp 60 triliun, mengakhiri embargo militer, hingga menyelesaikan konflik di Aceh.

SBY menepis opini yang menyudutkan Demokrat sebagai partai yang paling banyak dihuni koruptor. Menurut SBY, masih ada partai lain yang kasus korupsinya lebih banyak dari Demokrat. "Kami dukung KPK. Kami tetap katakan tidak pada korupsi," katanya.

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Pramono Edhie Wibowo, mengatakan data dari KPK menempatkan Demokrat di urutan ketiga dalam daftar partai terkorup di Indonesia. "Partai pertama, si A, 42 kadernya terlibat korupsi. Partai kedua, si B, ada 27 kader," kata Pramono, yang juga peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat itu.

Sedangkan Demokrat, kata Pramono, menempati urutan ketiga dengan 17 kader terlibat korupsi. Adik ipar SBY ini mengakui masih banyak kader partainya yang terlibat korupsi. "Tapi kalau dibandingin yang di atas, yang mengaku bersih? Demokrat tidak melindungi (kadernya yang korupsi). Kalau partai lain masih ngekepi (melindungi)," kata adik Ani Yudhoyono itu.

DINDA LEO LISTY

Menko polhudkam iki lho.....


From: Dadang Magelang Jawa

Memang enaknya jadi penguasa....

SBY Kampanye ke Lampung Pakai Pesawat Negara

W, 26 Mar 2014 | 18:09 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah memimpin rapat terbatas di Istana Negara, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono langsung terbang ke Lampung untuk melakukan kampanye Partai Demokrat. Pihak Istana tidak menampik bahwa perjalanan SBY dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat ini dibiayai oleh negara.

"Yang jelas perjalanan Presiden dari satu titik ke titik lainnya itu tak lepas dari posisinya sebagai Presiden, termasuk pesawat itu," ujar Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto di Bandara Halim Perdanakusuma, Rabu (26/3/2014).

Djoko mengatakan, perjalanan Presiden dari Jakarta sampai ke tempat tujuan masih menjadi tanggungan negara karena posisi Presiden yang tak bisa dilepaskan. Begitu sampai di lokasi acara dan Presiden berganti seragam Demokrat, Djoko mengatakan, selebihnya menjadi tanggungan partai.

Selama SBY berkampanye di daerah, ada beberapa menteri non-partai ikut serta, seperti dirinya, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, dan Menteri Sekretaris Kabinet Dipo Alam. "Ini fungsinya agar Presiden tetap bisa memantau dan menginstruksikan sesuatu terkait perkembangan situasi," kata Djoko.

Djoko mengatakan, para menteri tersebut akan memisahkan diri dari Presiden atau tinggal di hotel mana kala Presiden melakukan kampanye. "Pembagian ini yang selalu kami jaga," kata Djoko.

Sebelum berkampanye di Lampung, SBY telah berkampanye di sejumlah daerah untuk Partai. Sebelumnya, SBY berkampanye di Yogyakarta, Tulungagung, Malang, dan Karawang.

Penulis: Sabrina Asril
Editor: Laksono Hari Wiwoho

--

Ada ada aja


From: <djuliadi55@gmail.com>


Senin, 24/03/2014 17:34 WIB

Cerita Hajriyanto Temui Pemilih Golkar yang Dukung Jokowi

Danu Damarjati - detikNews

Jakarta - Ketua DPP Partai Golkar Hajriyanto Y Thohari mengisahkan pengalamannya menemui simpatisan Golkar di wilayah Jawa Tengah. Ternyata, banyak simpatisan Golkar yang mendukung capres PDIP Joko Widodo.

Ini diceritakan Hajriyanto pada diskusi 'Persaingan Capres-Cawapres Menjelang Pemilu' di Ruang Perpustakaan MPR, Senayan, Jakarta, Senin (24/3/2014).

"Saya kampanye di Sragen (Jateng). Di sana kata mereka kalau Pemilu Legislatif akan milih Golkar semua," kata Hajri.

Lalu Hajri bertanya soal capres pilihan warga. Dia agak berdebar hati menunggu jawaban siapa yang akan dipilih orang Sragen. Ternyata, meski di Pileg memilih Golkar, tapi di Pilpres mereka akan memilih Jokowi.

"Tapi mereka katakan Pilpres belum tentu (milih capres Golkar). Saya deg-degan juga. Mereka milihnya Jokowi," kata Hajri yang gaya bertuturnya sesekali memecah tawa penyimak diskusi di lokasi.

Hajri juga menceritakan soal aspirasi pemilih Golkar di Wonosobo, Jawa Tengah. Setali tiga uang dengan warga Sragen, mereka juga suka Jokowi.

"Di Wonosobo mereka memilih Jokowi. Karena dia lugu orangnya," ungkapnya.

Menurut analisis Wakil Ketua MPR ini, karakter lugu itulah yang menjadi daya pikat Jokowi. Sekarang, masyarakat lebih memilih tokoh berpenampilan lugu daripada tokoh yang 'klimis dan serba tertata'.

"Lugu adalah orang yang melakukan apa yang ada dalam hatinya. Ya kita lihat saja Si Lugu (Jokowi) ini nanti," tandas Hajriyanto mengajak peserta diskusi menantikan Pilpres 2014.

Fahri Terlalu "Maksain" Kritik PDIP Melawan Lupa PKS: Janji Anis Matta


From: A.Syauqi Yahya

Eva Sundari: Fahri Terlalu "Maksain" Kritik PDI-P

KOMPAS/Raditya Helabumi

Senin, 24 Maret 2014 | 20:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Eva Kusuma Sundari mengatakan, kritik yang dilontarkan Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah kepada PDI-P terlalu memaksakan diri. Eva menilai Fahri melepaskan kritik di luar konteks persoalan yang terjadi pada saat PDI-P berkuasa.

"Konteksnya jangan dilepas dalam menilai masa lalu. Presiden (Megawati) saat itu hanya menerima mandataris dari MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)," ujar Eva saat dihubungi, Senin (24/3/2014).

Eva mengatakan, pada masa pemerintahan Megawati, presiden wajib menjalankan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Presiden juga bertanggung jawab sepenuhnya kepada MPR, bukan kepada partainya ataupun partai lain di DPR. Dengan kata lain, kata Eva, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Megawati atas sepengetahuan MPR, yang terdiri dari berbagai partai politik.

Anggota Komisi III DPR RI itu mengatakan, masa pemerintahan Megawati merupakan periode transisi pasca-lengsernya Soeharto. Pada waktu itu, Megawati harus melaksanakan kesepakatan yang ditandatangani Soeharto dengan International Monetary Fund (IMF), termasuk privatisasi badan usaha milik negara. "Jadi, privatisasi itu bukan kebijakan Mega," katanya.

Menurut Eva, apa yang dilakukan Fahri merupaka bentuk kampanye hitam dengan mengungkit-ungkit masa lalu PDI-P. Eva mengatakan, PDI-P siap membalas setiap serangan politik dengan jawaban yang rasional dan terukur.

"Dia (Fahri) terlalu maksain diri untuk mendelegitimasi PDI-P. Ini kan PDI-P polling-nya lagi bagus, Jokowi lagi bagus. Masyarakat sudah tahu mana partai yang dinyatakan korup," ujarnya.

Sebelumnya, melalui akun Twitter, Fahri mengkritik kinerja PDI-P ketika Megawati menjadi presiden pada 2001-2004. Dengan mengutip tulisan ekonomo Sunarsip, ia mengatakan bahwa Megawati banyak menjual aset negara kepada asing.

Penulis: Rahmat Fiansyah
Editor: Laksono Hari Wiwoho



"Mungkin nanti akan kami sampaikan pada perayaan 17 Agustus (tidak disebutkan tahun berapa). Saat ini, konsentrasi kami adalah pembenahan spiritual pengurus dan kader di daerah," katanya menambahkan. Sumber: antaranews.com.

Kini, sudah 8 bulan setelah 17 Agustus 2013, tapi janji Anis tersebut belum juga ditepatinya. Mungkin Anis akan menyangkalnya dengan mengatakan janji tersebut tidak terikat pada tahun, karena ia tidak menyebut secara spesifik waktunya. Tapi, bisa jadi Anis telah melupakannya. Dengan pikiran positif, Anis mungkin lupa sabagaimana Fahri. Oleh karenanya perlu bagi Anis untuk diingatkan pada janjinya tersebut.

#MelawanLupaPKS

Dibaca : 114

Kisah Koordinator



From: <syauqiyahya@gmail.com>

Kisah Koordinator Pengumpul Massa Kampanye  

TEMPO.CO, Jakarta - Tjao Tji Hu, 50 tahun, menyesap tehnya saat selesai mengatur puluhan warga yang dibawanya masuk ke dalam aula Gelanggang Olahraga Cendrawasih, Cengkareng, Jakarta Barat. Ahu, sapaan akrabnya, mengatakan 50 orang itu adalah warga Pekojan yang biasanya menghadiri kampanye-kampanye partai politik. "Mereka sudah biasa ikut kampanye, jadi tidak kaku lagi," kata Ahu kepada Tempo, Senin, 24 Maret 2014.

Ahu mengatakan sudah menjadi koordinator pengumpul massa sejak 1999 dan telah memiliki banyak rekan lewat profesi sampingannya itu. Tiap masa kampanye, ia akan berkoordinasi dengan teman-temannya untuk mengatur jadwal orang-orang yang akan ikut kampanye. Alasannya, biasanya seorang koordinator memiliki partai spesialisasi masing-masing. "Jadi, warganya tetap sama, tapi yang koordinator yang mengajaknya berbeda," katanya.

Ia mengatakan rekan koordinatornya biasanya memiliki pekerjaan utama selain menjadi koordinator. Sebab, upah sebagai pengumpul massa tak cukup. Ahu yang berprofesi sebagai distibutor popok bayi sekali pakai itu merincikan uang kampanye yang diterimanya biasanya bersisa Rp 200 ribu setelah dibagi ke simpatisan dan dikurangi uang transportasi. (Baca: Kampanye Caleg, Politik Uang Mulai Terendus)

Uang itu lebih sering digunakannya untuk menambal fasilitas umum, seperti pengasapan dan kebersihan di lingkungan tempat tinggalnya di Bandengan Utara III, RT 011 RW 012, Penjaringan, Jakarta Utara. Keputusan itu dipilihnya lantaran ia merupakan mantan pengurus RW di wilayah itu.

Namun ia tak menampik profesi koordinator massa kampanye juga menjadi tambang emas jika lobinya canggih. Ahu mengisahkan temannya yang menerima Rp 10 juta di luar tugasnya sebagai koordinator pada setiap masa kampanye dari seorang calon legislator asal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. "Kalau diseriusin, sih, bisa ikut tajir juga," ujarnya. (Baca juga: Prabowo Kampanye Naik Kuda, Ahok: Kan Turunan Diponegoro)

Untuk setiap kampanye, biasanya Ahu menerima Rp 250 ribu sebagai uang transportasi untuk menyewa satu unit Mikrolet. Nilai tersebut akan lebih besar jika untuk kampanye akbar.

Ihwal upaya menyetir pilihan simpatisan, Ahu mengatakan warga yang hadir sebagai simpatisan tak memusingkan janji yang diumbar calon legislator yang sedang berkampanye. Menurut dia, masyarakat saat ini sudah sangat mumpuni menimbang caleg yang layak dipilih atau tidak. "Mereka cuma mau uangnya. Soal pilihan, sih, tak bisa diutak-atik," kata Ahu. (Baca: Golkar Sebut Pemilih di Desa Tak Kenal Jokowi dan Diserang Lawan Politik, Jokowi: Aku Rapopo)

LINDA HAIRANI

Politik Tidak Seperti Bisnis


From: A.Syauqi Yahya


"Kalau businessman, apa yang diucapkan itulah yang dipegang,

Dahlan: Politik Tidak Seperti Bisnis
SELASA, 25 MARET 2014 | 12:00 WIB

Menteri BUMN Dahlan Iskan (kiri) tertawa bersama Dalang Ki Anom Suroto (tengah) saat menggelar Selamatan Budaya-Nonton Wayang Bareng Dahlan Iskan di halaman Rumah Dahlan, Jalan Bali, Surabaya (18/3). TEMPO/Fully Syafi

TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, menyatakan politik tidak seperti bisnis. "Kalau businessman, apa yang diucapkan itulah yang dipegang, tapi politik tidak seperti itu," ujar dia seusai peresmian sambungan pipa baru di Perumnas Klender, Jakarta Timur, Selasa, 25 Maret 2014.

Dahlan mengungkapkan saat ini dirinya belum menjadi calon presiden. Oleh karena itu, peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat ini mengatakan belum bisa berkomentar mengenai pencalonan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.  "Saya baru komentari itu kalau nanti sudah jadi calon presiden," ucapnya.

Dahlan menuturkan, ia belum melihat ada lembaga survei yang tidak menempatkan namanya di nomor satu jajaran konvensi Partai Demokrat. Meskipun demikian, ia mengatakan telah menyiapkan mental. "Biar pun rating tertinggi, tapi saya sudah menyiapkan mental kalau memang tidak terpilih," kata Dahlan.

MARIA YUNIAR

Plesir ke Maladewa


From: Boediono

Home › Kolom › Fokus

Maladewa

25 Maret 2014 06:00 WIB



Arif Supriyono

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Arif Supriyono

Di wilayah Asia, negara Maladewa tergolong paling sempit. Jumlahnya penduduknya pun paling sedikit. Luas wilayah negara yang berbatasan dengan India dan posisinya berjarak sekitar 700 km sebelah barat daya Sri Lanka ini hanya sekitar 298 km2. Luas ini tak sampai separuhnya dari wilayah Jakarta yang mencapai 661, 52 km2.

Sampai akhir 2013, penduduk yang tinggal di sana hanya sekitar 350 ribu jiwa. Hampir sama dengan jumlah penduduk satu kecamatan di kawasan Pulau Jawa.

Negeri ini pernah berada di cengkeraman penjajah Portugis selama 15 tahun. Setelah itu, sejak 1887 hingga merdeka pada 26 Juli 1965, Maladewa masuk dalam koloni Inggris.

Mulai berdiri sebagai suatu wilayah tersendiri, Maladewa alias Maldives senantiasa berbentuk Kesultanan Islam. Negeri ini bahkan berani menyatakan 100 persen penduduknya beragama Islam. Mereka umumnya berasal dari keturunan Persia/Arab, Indian, Afrika, India, dan Sri Lanka yang telah beranak-pinak dan membentuk komunitas sendiri.

Ketinggiian wilayah Maladewa hampir sejajar dengan laut yang mengelilinginya. Kawasan tertinggi di negara kepulauan yang dikelilingi pulau karang (atol) itu hanya sekitar 2,3 m di atas permukaan air laut. Jadi, jangan heran andai kelak permukaan air laut naik maka pulau ini pun bisa  tenggelam karenanya. Adapaun rata-rata ketinggian di kepulauan Maladewa hanya sekitar 1,5 m di atas permukaan air laut.

Popularitas negara ini nyaris tak terdengar. Prestasi olahraga mereka juga tak sampai mencuat. Untuk urusan sepak bola dengan mereka, kita boleh berbangga diri. Tim sepak bola mereka masih kalah 'kelas' dari timnas Indonesia.

Timnas kita berada di peringkat 128 dunia --berdasarkan ranking yang disusun Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA)-- sedangkan mereka hanya bercokol di posisi 170. Dalam sebuah laga persahabatan di Bandung pada 2010 lalu, timnas kita unggul 3-0 atas Maladewa. Apalagi untuk urusan tepok bulu, Maladewa tak ada apa-apanya dibanding negara kita.

Maladewa yang menurut bahasa Sansekerta berarti untaian/berkalung pulau itu memang memiliki 20 atol. Pulau karang itu mengelilingi dengan indah wilayah negeri mereka. Keberadaan barisan atol itu pula yang mungkin membantu negeri mereka dari serbuan banjir pada 1987. Bahkan, sapuan badai tsunami pada 2004 lalu pun tak sampai meluluhlantakkan seluruh penjuru negeri, meski banyak kawasan rusak parah.

Negara yang memiliki tujuh provinsi itu mengandalkan ekspor ikan tuna sebagai pemasukan utama negaranya. Di samping itu, pariwisata juga menjadi primadona lain untuk mengeruk devisa negara. Ketenaran Maladewa lebih banyak terkait dengan sensasi dan promosi. Pada tahun 2006 misalnya, Maladewa mencatat rekor dunia sebagai negara dengan jumlah penyelam (scuba diving) paling banyak dalam satu kesempatan. Rekor ini lalu pecah saat Indonesia mengambil alih sensasi itu pada 2009.

Maladewa juga menjadi negara pertama yang memunyai kedutaan besar dalam dunia maya pada 2007. Tak lama berselang, dengan dipimpin Presiden Muhamed Nasheem,  Maladewa juga menjadi negara pertama di dunia yang rapat kabinetnya berlangsung di dalam laut. Dalam rapat kabinet itu, semua peserta membubuhkan tanda tangan atau deklarasi untuk aksi menyongsong perubahan iklim global.

Nilai sensasi serta promosi itu bertambah 'setengah' tatkala beberapa hari lalu beredar foto Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie (Ical), dan anggota DPR, Azis Syamsuddin yang tengah berwisata menggunakan pesawat pribadi ke Maladewa pada tahun 2010. Bagi para anggota dewan --apalagi tokoh sekaliber Ical-- berwisata ke luar negeri merupakan sesuatu yang jamak belaka.

Hal yang menjadi agak aneh bagi publik adalah dua cewek yang menyertai, yakni artis cantik kakak-beradik Marcella Zalianty dan Olivia Zalianty. Semuanya sudah mengakui, peristiwa dan foto-foto itu benar adanya dan bukan rekayasa. Keberadaan boneka beruang yang ikut nampang di foto pun diakui.

Mereka juga menjelaskan kedekatan secara pribadi antara kerabat Ical dengan keluarga dua artis itu. Saya pun yakin, ada orang lain yang ikut di antara mereka, paling tidak sang pilot dan pramugari.

Berpelesir dengan orang yang sudah dikenal dekat juga merupakan hal yang lazim. Menjadi tidak lazim karena dalam gambar itu mereka hanya berempat: dua laki-laki dan dua perempuan yang bukan muhrim. Tak ada orang tua dari dua perempuan itu yang terlihat dalam gambar tersebut. Lokasinya wisatanya pun di luar negeri pula.

Saya tak hendak membahas lebih jauh karena ini bisa menimbulkan fitnah yang mahadahsyat. Saya pun tak punya bukti lebih dari itu. Apalagi, ini menjelang pemilu serta pemilihan presiden. Saya hanya mempersilakan masyarakat awam untuk merenung dan berpikir menurut akal sehat masing-masing.

Kalau hasil perenungan itu berbuah hal positif, ya bersyukurlah. Sebaliknya, kalau kemudian menemukan simpulan negatif, maka beristighfarlah.


Red: Maman Sudiaman

Komentar [0] | facebook | twitter

Berpikir Instan Ala Kemendikbud


From: <syauqiyahya@gmail.com>

Berpikir Instan Ala Kemendikbud



Mochamad Syafei

26 Mar 2014 | 16:27

Sekolah kalang kabut juga saat KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) diberlakukan mulai tahun 2004.  Karena ada mata pelajaran baru yaitu TIK.  Kenapa?  Karena tak ada guru TIK di sekolah.  Maka, sekolah-sekolah di Jakarta pun mengambil guru TIK asal bisa utak-atik sedikit tentang komputer.

Lalu, pada Kurikulum 2013 mata pelajaran TIK mendadak sontak dihilangkan.  Kemudian muncul pelajaran baru Prakarya.  Berarti, Kemendikbud sedang mengulangi persoalan sama.  Ketiadaan guru untuk mata pelajaran baru di satu sisi.  Dan kehilangan pekerjaan untuk guru-guru TIK, di sisi lain.

Terus?

Solusi instannya, alihkan guru-guru TIK menjadi guru prakarya.  Semudah itukah?  Jelas tidak!  Tidak semua, kalau tidak mau dikatakan tidak ada, guru TIK yang bisa mendadak sontak bisa mengajarkan pelajaran baru Prakraya.  Mereka tidak punya latar belakang secuil pun untuk itu.  Apa yang bisa diajarkan oleh orang yang tak punya latar belakang secuil pun tentang mata pelajaran yang diajarkannya?  Kalau mereka masih punya hobi prakarya mendingan.  Seandainya, suka pun tak punya, lalu apa yang diharapkan?  Sebuah kebijakan main-main yang tak memperhitungkan kondisi lapangan atau memang para pejabat Kemdikbud yang lebih suka berpikir instan?

Guru-guru TIK sudah menyampaikan aspirasinya.  Namun tak ada pejabat kemendikbud yang bisa berbuat apa-apa karena memang selama ini mereka tak bisa berbuat apa-apa.  Entah, apa yang bisa mereka perbuat.  Seakan nasib seseorang tak pernah masuk dalam benak mereka.  kebijakan yang muncul selalu terkesan asal.

Belum lagi masalah jam pelajaran.  Pada kurikulum 2006 atau KTSP, ada pengurangan jam belajar yang cukup signifikan.  Mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS langsung dipangkas dari sebelumnya 6 jam per minggu menjadi hanya 4 jam per minggu.  Sehingga, mendadak sontak, banyak sekolah yang kelebihan guru, di satu sisi, dan banyak guru yang kekurangan jam mengajar di sisi lain.  Lebih parah lagi, saat sertfikasi mensyaratkan jumlah jam minimal 24 jam.  Apa yang terjadi?  Hampir ribuan guru yang kehilangan hak tunjuangan setifikasinya.

Lalu, pada kurikulum baru jam pelajaran bertambah, Bahasa Indonesia, MTK, PKn, Agama, OR, Seni atau dapat dikatakan hampir semua pelajaran bertambah jamnya.  Sehingga, sebentar lagi akan muncul problem baru yaitu kekuarangan guru.  Bukan karena banyak yang pensiun tapi karena utak-atik kebijakan secara instan oleh Kemendikbud.

Belum lagi, masalah pusatisati guru yang diotonomidaerahkan terus akan dipusatkan kembali.  Kebijakan yang cuma bolak-balik tanpa kajian yang baik.  Sehingga selalu muncul kesan instan pada setiap kebijakan kemendikbud.

UN juga serupa dan sama.  Ada, tak ada, ada, tak ada, atau kebijakan-kebijakan semisal pendaerahan pencetakan soal juga merupakan kebijakan yang instan.

Lalu apa yang dapat diharap dari Kemendikbud untuk pendidikan di negeri ini?  Semoga menteri baru pada saat muncul presiden baru lebih memahami tentang du nia pendidikan dan tak lagi berpikir dengan pola instan.

Cara kerja instan hanya akan melahirkan manusia instan.  Pendidikan yang menjerumuskan.

Dibaca : 19 kali

Arjuna


From: DioN Erbe 

Arjuna
Arti nama

Dalam bahasa Sanskerta, secara harfiah kata Arjuna berarti "bersinar terang", "putih" , "bersih". Dilihat dari maknanya, kata Arjuna bisa berarti "jujur di dalam wajah dan pikiran".

Arjuna mendapat julukan "Kuruśreṣṭha" yang berarti "keturunan dinasti Kuru yang terbaik". Ia merupakan manusia pilihan yang mendapat kesempatan untuk mendapat wejangan suci yang sangat mulia dari Kresna, yang terkenal sebagai Bhagawadgita (nyanyian Tuhan).

Ia memiliki sepuluh nama: Arjuna, Phālguna, Jishnu, Kirti, Shwetawāhana, Wibhatsu, Wijaya, Pārtha, Sawyashachi (juga disamakan dengan Sabyasachi), dan Dhananjaya. Ketika ia ditanya tentang sepuluh namanya sebagai bukti identitas, maka ia menjawab:
" Sepuluh namaku adalah: Arjuna, Phālguna, Jishnu, Kirti, Shwetawāhana, Wibhatsu, Wijaya, Pārtha, Sawyashachi dan Dhananjaya. Aku dipanggil Dhananjaya ketika aku menaklukkan seluruh raja pada saat Yadnya Rajasuya dan mengumpulkan harta mereka. Aku selalu bertarung sampai akhir dan aku selalu menang, itulah sebabnya aku dipanggil Wijaya. Kuda yang diberikan Dewa Agni kepadaku berwarna putih, itulah sebabnya aku dipanggil Shwetawāhana. Ayahku Indra memberiku mahkota indah ketika aku bersamanya, itulah sebabnya aku dipanggil Kriti. Aku tidak pernah bertarung dengan curang dalam pertempuran, itulah sebabnya aku dipanggil Wibhatsu. Aku tidak pernah menakuti musuhku dengan keji, aku bisa menggunakan kedua tanganku ketika menembakkan anah panah, itulah sebabnya aku disebut Sawyashachī. Raut wajahku unik bagaikan pohon Arjun, dan namaku adalah "yang tak pernah lapuk", itulah sebabnya aku dipanggil Arjuna. Aku lahir di lereng gunung Himawan, di sebuah tempat yang disebut Satsringa pada hari ketika bintang Uttarā Phālgunī berada di atas, itulah sebabnya aku disebut Phālguna. Aku disebut Jishnu karena aku menjadi hebat ketika marah. Ibuku bernama Prithā, sehingga aku disebut juga Pārtha. Aku bersumpah bahwa aku akan menghancurkan setiap orang yang melukai kakakku Yudistira dan menaburkan darahnya di bumi. Aku tak bisa ditaklukkan oleh siapa pun. "

Kelahiran

Dalam Mahabharata diceritakan bahwa Raja Hastinapura yang bernama Pandu tidak bisa melanjutkan keturunan karena dikutuk oleh seorang resi. Kunti (istri pertamanya) menerima anugerah dari Resi Durwasa agar mampu memanggil Dewa-Dewa sesuai dengan keinginannya, dan juga dapat memperoleh anak dari Dewa tersebut. Pandu dan Kunti memanfaatkan anugerah tersebut kemudian memanggil Dewa Yama (Dharmaraja; Yamadipati), Dewa Bayu (Marut), dan Dewa Indra (Sakra) yang kemudian memberi mereka tiga putra. Arjuna merupakan putra ketiga, lahir dari Indra, pemimpin para Dewa.

Sifat dan kepribadian

Arjuna memiliki karakter yang mulia, berjiwa kesatria, imannya kuat, tahan terhadap godaan duniawi, gagah berani, dan selalu berhasil merebut kejayaan sehingga diberi julukan "Dananjaya". Musuh seperti apapun pasti akan ditaklukkannya, sehingga ia juga diberi julukan "Parantapa", yang berarti penakluk musuh. Di antara semua keturunan Kuru di dalam silsilah Dinasti Kuru, ia dijuluki "Kurunandana", yang artinya putra kesayangan Kuru. Ia juga memiliki nama lain "Kuruprāwira", yang berarti "kesatria Dinasti Kuru yang terbaik", sedangkan arti harfiahnya adalah "Perwira Kuru".

Di antara para Pandawa, Arjuna merupakan kesatria pertapa yang paling teguh. Pertapaannya sangat khusyuk. Ketika ia mengheningkan cipta, menyatukan dan memusatkan pikirannya kepada Tuhan, segala gangguan dan godaan duniawi tak akan bisa menggoyahkan hati dan pikirannya. Maka dari itu, Sri Kresna sangat kagum padanya, karena ia merupakan kawan yang sangat dicintai Kresna sekaligus pemuja Tuhan yang sangat tulus. Sri Kresna pernah berkata padanya, "Pusatkan pikiranmu pada-Ku, berbaktilah kepada-Ku, dan serahkanlah dirimu pada-Ku, maka kau akan datang kepada-Ku. Aku berkata demikian, karena kaulah kawan-Ku yang sangat Kucintai".[1]

Masa muda dan pendidikan

Arjuna dididik bersama dengan saudara-saudaranya yang lain (para Pandawa dan Korawa) oleh Bagawan Drona. Kemahirannya dalam ilmu memanah sudah tampak semenjak kecil. Pada usia muda ia sudah mendapat gelar "Maharathi" atau "kesatria terkemuka". Ketika Guru Drona meletakkan burung kayu pada pohon, ia menyuruh muridnya satu-persatu untuk membidik burung tersebut, kemudian ia menanyakan kepada muridnya apa saja yang sudah mereka lihat. Banyak muridnya yang menjawab bahwa mereka melihat pohon, cabang, ranting, dan segala sesuatu yang dekat dengan burung tersebut, termasuk burung itu sendiri. Ketika tiba giliran Arjuna untuk membidik, Guru Drona menanyakan apa yang ia lihat. Arjuna menjawab bahwa ia hanya melihat burung saja, tidak melihat benda yang lainnya. Hal itu membuat Guru Drona kagum bahwa Arjuna sudah pintar.

Pada suatu hari, ketika Drona sedang mandi di sungai Gangga, seekor buaya datang mengigitnya. Drona dapat membebaskan dirinya dengan mudah, namun karena ia ingin menguji keberanian murid-muridnya, maka ia berteriak meminta tolong. Di antara murid-muridnya, hanya Arjuna yang datang memberi pertolongan. Dengan panahnya, ia membunuh buaya yang menggigit gurunya. Atas pengabdian Arjuna, Drona memberikan sebuah astra yang bernama "Brahmasirsa". Drona juga mengajarkan kepada Arjuna tentang cara memanggil dan menarik astra tersebut. Menurut Mahabharata, Brahmasirsa hanya dapat ditujukan kepada dewa, raksasa, setan jahat, dan makhluk sakti yang berbuat jahat, agar dampaknya tidak berbahaya.

Pusaka

Arjuna memiliki senjata sakti yang merupakan anugerah para dewata, hasil pertapaannya. Ia memiliki panah Pasupati yang digunakannya untuk mengalahkan Karna dalam Bharatayuddha. Busurnya bernama Gandiwa, pemberian Dewa Baruna ketika ia hendak membakar hutan Kandawa. Ia juga memiliki sebuah terompet kerang (sangkala) bernama Dewadatta, yang berarti "anugerah Dewa".



Pada suatu ketika, Raja Drupada dari Kerajaan Panchala mengadakan sayembara untuk mendapatkan Dropadi, puterinya. Sebuah ikan kayu diletakkan di atas kubah balairung, dan di bawahnya terdapat kolam yang memantulkan bayangan ikan yang berada di atas. Kesatria yang berhasil memanah ikan tersebut dengan hanya melihat pantulannya di kolam, berhak mendapatkan Dropadi.

Berbagai kesatria mencoba melakukannya, namun tidak berhasil. Ketika Karna yang hadir pada saat itu ikut mencoba, ia berhasil memanah ikan tersebut dengan baik. Namun ia ditolak oleh Dropadi dengan alasan Karna lahir di kasta rendah. Arjuna bersama saudaranya yang lain menyamar sebagai Brahmana, turut serta menghadiri sayembara tersebut. Arjuna berhasil memanah ikan tepat sasaran dengan hanya melihat pantulan bayangannya di kolam, dan ia berhak mendapatkan Dropadi.

Ketika para Pandawa pulang membawa Dropadi, mereka berkata, "Ibu, engkau pasti tidak akan percaya dengan apa yang kami bawa!". Kunti (Ibu para Pandawa) yang sedang sibuk, menjawab "Bagi dengan rata apa yang sudah kalian peroleh". Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kunti, maka para Pandawa bersepakat untuk membagi Dropadi sebagai istri mereka. Mereka juga berjanji tidak akan mengganggu Dropadi ketika sedang bermesraan di kamar bersama dengan salah satu dari Pandawa. Hukuman dari perbuatan yang mengganggu adalah pembuangan selama 1 tahun.

Perjalanan menjelajahi Bharatawarsha

Pada suatu hari, ketika Pandawa sedang memerintah kerajaannya di Indraprastha, seorang pendeta masuk ke istana dan melapor bahwa pertapaannya diganggu oleh para raksasa. Arjuna yang merasa memiliki kewajiban untuk menolongnya, bergegas mengambil senjatanya. Namun senjata tersebut disimpan di sebuah kamar dimana Yudistira dan Dropadi sedang menikmati malam mereka. Demi kewajibannya, Arjuna rela masuk kamar mengambil senjata, tidak mempedulikan Yudistira dan Dropadi yang sedang bermesraan di kamar. Atas perbuatan tersebut, Arjuna dihukum untuk menjalani pembuangan selama 1 tahun.

Arjuna menghabiskan masa pengasingannya dengan menjelajahi penjuru Bharatawarsha atau daratan India Kuno. Ketika sampai di sungai Gangga, Arjuna bertemu dengan Ulupi, puteri Naga Korawya dari istana naga atau Nagaloka. Arjuna terpikat dengan kecantikan Ulupi lalu menikah dengannya. Dari hasil perkawinannya, ia dikaruniai seorang putra yang diberi nama Irawan. Setelah itu, ia melanjutkan perjalanannya menuju wilayah pegunungan Himalaya. Setelah mengunjungi sungai-sungai suci yang ada di sana, ia berbelok ke selatan. Ia sampai di sebuah negeri yang bernama Manipura. Raja negeri tersebut bernama Citrasena. Ia memiliki seorang puteri yang sangat cantik bernama Citrānggadā. Arjuna jatuh cinta kepada puteri tersebut dan hendak menikahinya, namun Citrasena mengajukan suatu syarat bahwa apabila puterinya tersebut melahirkan seorang putra, maka anak puterinya tersebut harus menjadi penerus tahta Manipura oleh karena Citrasena tidak memiliki seorang putra. Arjuna menyetujui syarat tersebut. Dari hasil perkawinannya, Arjuna dan Citrānggadā memiliki seorang putra yang diberi nama Babruwahana. Oleh karena Arjuna terikat dengan janjinya terdahulu, maka ia meninggalkan Citrānggadā setelah beberapa bulan tinggal di Manipura. Ia tidak mengajak istrinya pergi ke Hastinapura.
Ilustrasi mengenai Kerajaan Dwaraka, kediaman Kresna di daerah Gujarat, dimana Arjuna bertemu dengan Subadra. Lukisan dari kitab Hariwangsa, dibuat sekitar abad ke-16.

Setelah meninggalkan Manipura, ia meneruskan perjalanannya menuju arah selatan. Dia sampai di lautan yang mengapit Bharatawarsha di sebelah selatan, setelah itu ia berbelok ke utara. Ia berjalan di sepanjang pantai Bharatawarsha bagian barat. Dalam pengembaraannya, Arjuna sampai di pantai Prabasa (Prabasatirta) yang terletak di dekat Dwaraka, yang kini dikenal sebagai Gujarat. Di sana ia menyamar sebagai seorang pertapa untuk mendekati adik Kresna yang bernama Subadra, tanpa diketahui oleh siapa pun. Atas perhatian dari Baladewa, Arjuna mendapat tempat peristirahatan yang layak di taman Subadra. Meskipun rencana untuk membiarkan dua pemuda tersebut tinggal bersama ditentang oleh Kresna, namun Baladewa meyakinkan bahwa peristiwa buruk tidak akan terjadi. Arjuna tinggal selama beberapa bulan di Dwaraka, dan Subadra telah melayani semua kebutuhannya selama itu. Ketika saat yang tepat tiba, Arjuna menyatakan perasaan cintanya kepada Subadra. Pernyataan itu disambut oleh Subadra. Dengan kereta yang sudah disiapkan oleh Kresna, mereka pergi ke Indraprastha untuk melangsungkan pernikahan.

Baladewa marah setelah mendengar kabar bahwa Subadra telah kabur bersama Arjuna. Kresna meyakinkan bahwa Subadra pergi atas kemauannya sendiri, dan Subadra sendiri yang mengemudikan kereta menuju Indraprastha, bukan Arjuna. Kresna juga mengingatkan Baladewa bahwa dulu ia menolak untuk membiarkan kedua pasangan tersebut tinggal bersama, namun usulnya ditentang oleh Baladewa. Setelah Baladewa sadar, ia membuat keputusan untuk menyelenggarakan upacara pernikahan yang mewah bagi Arjuna dan Subadra di Indraprastha. Ia juga mengajak kaum Yadawa untuk turut hadir di pesta pernikahan Arjuna-Subadra. Setelah pesta pernikahan berlangsung, kaum Yadawa tinggal di Indraprastha selama beberapa hari, lalu pulang kembali ke Dwaraka, namun Kresna tidak turut serta.

Terbakarnya hutan Kandawa

Pada suatu ketika, Arjuna dan Kresna berkemah di tepi sungai Yamuna. Di tepi hutan tersebut terdapat hutan lebat yang bernama Kandawa. Di sana mereka bertemu dengan Agni, Dewa Api. Agni berkata bahwa hutan Kandawa seharusnya telah musnah dilalap api, namun Dewa Indra selalu menurunkan hujannya untuk melindungi temannya yang bernama Taksaka, yang hidup di hutan tersebut. Maka, Agni memohon agar Kresna dan Arjuna bersedia membantunya menghancurkan hutan Kandawa. Kresna dan Arjuna bersedia membantu Agni, namun terlebih dahulu mereka meminta Agni agar menyediakan senjata kuat bagi mereka berdua untuk menghalau gangguan yang akan muncul. Kemudian Agni memanggil Baruna, Dewa Lautan. Baruna memberikan busur suci bernama Gandiwa serta tabung berisi anak panah dengan jumlah tak terbatas kepada Arjuna. Untuk Kresna, Baruna memberikan Cakra Sudarsana. Dengan senjata tersebut, mereka berdua menjaga agar Agni mampu melalap hutan Kandawa sampai habis.

Arjuna dalam masa pencapaian sorga
Relief Arjuna dan Siwa pada candi Surawana (Surowono), Jawa Timur. Di sini tampak Arjuna dan Siwa yang menyamar sebagai pemburu, sedang bertengkar mengenai siapa yang telah memanah babi hutan.

Setelah Yudistira kalah bermain dadu, para Pandawa beserta Dropadi mengasingkan diri ke hutan. Kesempatan tersebut dimanfa'atkan oleh Arjuna untuk bertapa demi memperoleh kesaktian dalam peperangan melawan para sepupunya yang jahat. Arjuna memilih lokasi bertapa di gunung Indrakila. Dalam usahanya, ia diuji oleh tujuh bidadari yang dipimpin oleh Supraba, namun keteguhan hati Arjuna mampu melawan berbagai godaan yang diberikan oleh para bidadari. Para bidadari yang kesal kembali ke kahyangan, dan melaporkan kegagalan mereka kepada Dewa Indra. Setelah mendengarkan laporan para bidadari, Indra turun di tempat Arjuna bertapa sambil menyamar sebagai seorang pendeta. Dia bertanya kepada Arjuna, mengenai tujuannya melakukan tapa di gunung Indrakila. Arjuna menjawab bahwa ia bertapa demi memperoleh kekuatan untuk mengurangi penderitaan rakyat, serta untuk menaklukkan musuh-musuhnya, terutama para Korawa yang selalu bersikap jahat terhadap para Pandawa. Setelah mendengar penjelasan dari Arjuna, Indra menampakkan wujudnya yang sebenarnya. Dia memberikan anugerah kepada Arjuna berupa senjata sakti.

Setelah mendapat anugerah dari Indra, Arjuna memperkuat tapanya ke hadapan Siwa. Siwa yang terkesan dengan tapa Arjuna kemudian mengirimkan seekor babi hutan berukuran besar. Ia menyeruduk gunung Indrakila hingga bergetar. Hal tersebut membuat Arjuna terbangun dari tapanya. Karena ia melihat seekor babi hutan sedang mengganggu tapanya, maka ia segera melepaskan anak panahnya untuk membunuh babi tersebut. Di saat yang bersamaan, Siwa datang dan menyamar sebagai pemburu, turut melepaskan anak panah ke arah babi hutan yang dipanah oleh Arjuna. Karena kesaktian Sang Dewa, kedua anak panah yang menancap di tubuh babi hutan itu menjadi satu.
Lukisan dari Himachal Pradesh yang dibuat sekitar abad ke-19, menggambarkan adegan saat Arjuna dijemput oleh para penghuni kahyangan.

Pertengkaran hebat terjadi antara Arjuna dan Siwa yang menyamar menjadi pemburu. Mereka sama-sama mengaku telah membunuh babi hutan siluman, namun hanya satu anak panah saja yang menancap, bukan dua. Maka dari itu, Arjuna berpikir bahwa si pemburu telah mengklaim sesuatu yang sebenarnya menjadi hak Arjuna. Setelah adu mulut, mereka berdua berkelahi. Saat Arjuna menujukan serangannya kepada si pemburu, tiba-tiba orang itu menghilang dan berubah menjadi Siwa. Arjuna meminta ma'af kepada Sang Dewa karena ia telah berani melakukan tantangan. Siwa tidak marah kepada Arjuna, justru sebaliknya ia merasa kagum. Atas keberaniannya, Siwa memberi anugerah berupa panah sakti bernama "Pasupati".

Setelah menerima anugerah tersebut, Arjuna dijemput oleh para penghuni kahyangan untuk menuju kediaman Indra, raja para dewa. Di sana Arjuna menghabiskan waktu selama beberapa tahun. Di sana pula Arjuna bertemu dengan bidadari Urwasi. Karena Arjuna tidak mau menikahi bidadari Urwasi, maka Urwasi mengutuk Arjuna agar menjadi banci. Kutukan itu dimanfaatkan oleh Arjuna pada saat para Pandawa menyelesaikan hukuman pembuangan mereka dalam hutan. Sesuai dengan perjanjian yang sah, Pandawa harus hidup dalam penyamaran selama satu tahun. Pandawa beserta Dropadi menuju ke kerajaan Wirata. Di sana Arjuna menyamar sebagai guru tari yang banci, dengan nama samaran Brihanala. Meskipun demikian, Arjuna telah berhasil membantu putra mahkota kerajaan Wirata, yaitu pangeran Utara, dengan menghalau musuh yang hendak menyerbu kerajaan Wirata.

Meletusnya perang

Setelah menjalani masa pembuangan selama 13 tahun para Pandawa ingin memperoleh kembali kerajaannya. Namun ketika sampai di sana, hak mereka ditolak dengan tegas oleh Duryodana, bahkan ia menantang untuk berperang. Demi kerajaannya, para Pandawa menyetujui untuk melakukan perang.

Arjuna menerima Bhagawadgita
Arjuna memilih Kresna daripada tentara Kresna. Lukisan dari Himachal Pradesh, sekitar akhir abad ke-18.