6.30.2014

I Will Follow Him


I Will Follow Him  

by Sister Act. Buy album CD: Other Songs A - W

I will follow Him
Follow Him wherever He may go,
And near Him, I always will be
For nothing can keep me away,
He is my destiny.

I will follow Him,
Ever since He touched my heart I knew,
There isn't an ocean too deep,
A mountain so high it can keep,
Keep me away, away from His love.

I love Him, I love Him, I love Him,
And where He goes,
I'll follow, I'll follow, I'll follow.
he'll always be my true love, my true love, my true love
from now until forever, forever, forever

I will follow Him,
Follow Him wherever He may go,
There isn't an ocean too deep,
A mountain so high it can keep,
Keep me away, away from His love...

We will follow Him,
Follow Him wherever He may go,
There isn't an ocean too deep,
A mountain so high it can keep,
Keep us away, away from His love...

I love Him
(Oh yes I love Him)
I'll follow
(I'm gonna follow)
True love
(He'll always be my true, true love)
Forever
(Now until forever)
I love Him, I love Him, I love Him,
And where He goes,
I'll follow, I'll follow, I'll follow,
He'll always be my true love,
My true love, my true love,
From now until forever,
Forever, forever...

There isn't an ocean too deep,
A mountain so high it can keep,
Keep me away, away from His love

--

6.22.2014

Masih takut orde baru


From: <djuliadi55@gmail.com>



Sabtu, 21 Juni 2014 | 11:49 WIB



Goenawan Mohamad: Kita Takut Orde Baru Lahir Lagi

TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu pendiri majalah Tempo, Goenawan Mohamad, mengatakan presiden yang akan datang harus mempunyai komitmen kuat terhadap kebebasan pers dalam segala bentuknya.

Pengekangan pers hingga pemberedelan, menurut dia, bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan kepentingan masyarakat banyak. Goenawan menuturkan Tempo pernah mengalami penindasan berpendapat dua kali selama Orde Baru berkuasa di bawah pimpinan Soeharto. Pemberedelan majalah Tempo yang pertama terjadi pada 1982, dan terakhir pada 21 Juni 1994.

"Kita takut akan lahir Orde Baru atau semacam Orde Baru lagi," kata Goenawan saat dihubungi hari ini, Sabtu, 21 Juni 2014, dua puluh tahun setelah pemberedelan majalah Tempo.

Goenawan pun mengaku takut penindasan akan lahir lagi, tapi mungkin tak melalui pemberedelan karena itu akan sangat mencolok. Tekanan terhadap pers, tutur dia, bisa dalam bentuk tekanan legislatif dan eksekutif. Belum lagi, ujar Goenawan, tekanan melalui organisasi-organisasi masyarakat yang menakut-nakuti kerja pers. "Itu pernah terjadi pada Gramedia. Dulu, Front Pembela Islam mengancam akan membakar buku Gramedia."

Ancaman kebebasan pers juga muncul dari penguasaan segi modal perusahaan pers. Sumber-sumber ekonomi pers, kata Goenawan, juga terancam ditekan seperti halnya iklan. "Wartawan jangan mudah dibeli. Kalau pun takut, jangan takut. Kekuatan di tangan wartawan sendiri." (Baca: Usai Diberedel, Keluarga Prabowo Ingin Beli Tempo)

Hari ini tepat 20 tahun lalu, majalah Tempo diberedel rezim Orde Baru pimpinan Presiden Soeharto melalui Menteri Penerangan Harmoko. Tempo dinilai terlalu keras mengkritik Menteri Riset dan Teknologi B.J. Habibie dan Soeharto ihwal pembelian kapal-kapal bekas dari Jerman Timur. Pemberedelan pada 21 Juni 1994 itu merupakan yang kedua setelah Tempo diberedel oleh rezim yang sama pada 1982 karena dianggap terlalu keras mengkritik Orde Baru dan kendaraan politiknya, Golkar, pada Pemilu 1982.

Beberapa hari setelah pemberedelan, Goenawan mengatakan Hashim Djojohadikusumo, adik Prabowo Subianto--sekarang mencalonkan diri jadi presiden nomor urut 1, sempat menuturkan, jika ingin terbit lagi, Tempo harus mau dibeli keluarganya. Syarat satu lagi, Pimpinan Redaksi Tempo harus ditentukan oleh mereka. Namun Goenawan mengatakan awak Tempo menolaknya. Pada 12 Oktober 1998, Tempo kembali terbit setelah Soeharto lengser.

KHAIRUL ANAM

Nggowo Sothil......





From: syauqiyahya@gmail.com

Untung demonya masih normatif, kalau demonya telanjang, bisa runyam urusannya.

Rabu, 18/06/2014 09:40 WIB

Ribuan PSK Unjuk Gigi, Bawa Alat Dapur dan Tolak Penutupan Dolly

Rois Jajeli - detikNews

Foto: Rois Jajeli/detikcom

Surabaya - Ribuan pekerja seks komersial (PSK) lokalisasi Dolly dan Jarak berkumpul menjadi satu di Jalan Jarak, Sawahan, Surabaya. Mereka berjalan dari wismanya masing-masing sambil membawa peralatan dapur.

Dari pantauan detikcom, Rabu (18/6/2014) sekitar pukul 09.00 WIB, ribuan PSK dan warga berjenis kelamin perempuan dari kawasan lokalisasi Dolly dan Jarak, keluar dari wisma dan tempat tinggalnya masing-masing.

PSK dan warga dari lokalisasi Jarak, berjalan sambil membawa alat dapur seperti wajan, sutil, serok, dan panci menuju ke Jalan Jarak depan posko perlawanan penolakan penutupan lokalisasi.

Hal sama juga dilakukan warga dan PSK dari kawasan lokalisasi Dolly. Mereka berjalan sambil menabuh alat dapur tersebut.

Kemudian ribuan PSK tersebut berkumpul menjadi satu di depan posko perlawanan. Sambil menabuh peralatan dapur, mereka menyanyikan yang nadanya menghujat Walikota Surabaya Tri Rismaharini.

"Risma digoreng... Risma digoreng...," teriak mereka.

Berdasarkan data Dinas Sosial, jumlah wanita harapan di Dolly 1.080 orang. Saat akan ditutup, jumlahnya berubah menjadi 1.181. Kemudian berubah lagi dan terakhir menjadi 1.449 orang.

Wednesday, 18/06/2014,12:56:56
dani_api @dani_api
Untung demonya masih normatif, kalau demonya telanjang, bisa runyam urusannya.

Beri Tanggapan

Wednesday, 18/06/2014,12:13:08
Eyangmodin @eyangmodin
pasti ada yg bekingi n ngomporin mereka !! selidiki tuh aktor pengeruh nya !!

Beri Tanggapan

Wednesday, 18/06/2014,11:44:13
Lenny999 @lenny999
3 juta untuk modal ? biasanya dapt 3 juta / hari. nanti juga mereka datang lagi. wisma2 itu hancurin.

Beri Tanggapan

Wednesday, 18/06/2014,11:36:26
Blues Brother @jogobonito88
Sebenarnya Pemkot sudah baik hati, mau kasih modal usaha untuk melanjutkan hidup, tapi, mental sudah terlanjur bobrok, inginnya cepet dapet duit, dalam semalam.,.Mana bisa kerja normal(halal) cuma digaji 1-3jt per bulan...

Beri Tanggapan

Wednesday, 18/06/2014,11:21:59
Masguanteng
di ajak bener gak mau....


Kotor


From: A.Syauqi Yahya 


SENIN, 23 JUNI 2014

Kotor

Bagaimana menghakimi, ketika tak ada lagi yang tak berdosa? Ketika ukuran dosa dan bukan dosa berganti? Ketika yang kotor dan suci jadi serba mungkinâ€"dan manusia makin tak mengerti apa yang akan terjadi dengan sejarah?
Kita telah menyaksikanâ€"ya, kita telah menempuhâ€"pembunuhan besar dan kecil. Kita bergulat terus-menerus bagaimana seharusnya bersikap. Diam-diam kita berharap pada akhirnya sejarah akan membawa kita ke sebuah keputusan yang diterima kapan saja oleh siapa saja.
Tapi tidakkah kita terlalu percaya kepada sejarah? "Bukankah sejarah selamanya tak manusiawi, pembangun yang tak punya hati, yang mengaduk semennya dengan dusta, darah, dan lumpur?"
Itu pertanyaan yang suram dalam novel Arthur Koestler, Darkness at Noon. Novel itu datang dari pengalaman yang berbeda dengan pengalaman kita, tapi mungkin tak sepenuhnya berbeda. Koestler menulisnya di akhir 1939 di Eropa ketika sejarah adalah pergolakan politik yang gemuruh, bergairah, dan brutal. Baik gerakan Nazi (yang mau membangun Neue Ordnung, "Orde Baru") maupun Komunisme (yang hendak membangun "Kehidupan Baru") yakin bahwa sejarah akan bergerakâ€"dengan langkah pasti dan tak peduliâ€"ke arah yang ditunjukkan cita-cita mereka, meskipun selalu "meninggalkan lumpur yang dibawanya beserta mayat mereka yang tenggelam". Sejarah, dengan kata lain, tak pernah salah.
Dengan keyakinan itu, kekerasan dan pembunuhan tak bisa dikutuk.
Darkness at Noon tak menyebut di mana ceritanya berlangsung. Tapi pembaca akan tahu bahwa peran utamanya, Nicholas Salmanovitch Rubashov, adalah seorang aktivis Partai Komunis Rusiaâ€"tokoh fiktif yang dibentuk dari pengalaman sejati para pejuang Revolusi Oktober yang ditembak mati kawan seperjuangan mereka sendiri, Stalin, ketika orang ini memegang tampuk pimpinan. Rubashov adalah orang yang berjasa kepada Partai dalam mengukuhkan kekuasaan, tapi kemudian dianggap berkhianat oleh Sang Ketua (disebut sebagai "No. 1"). Ia disekap, disiksa, disuruh mengakui perbuatan yang tak pernah dilakukannya, dan ditembak mati.
Tapi jangan-jangan Sang "No. 1" benar. Rubashov sendiri jadi ragu. Dengan keyakinannya tentang sejarah, ia tak serta-merta sanggup mengatakan bahwa sang "No. 1" sewenang-wenang. Orang-orang yang dibunuhnya mungkin akhirnya harus mengakuiâ€""meskipun dengan peluru di tengkuk"â€"bahwa penguasa tertinggi itu tak berdosa. Ia telah bertindak sebagai alat sejarah untuk membangun dunia yang lebih baik. Ia ganas, tapi tak bisa dihakimi dengan vonis yang meyakinkan.
"Tak ada kepastian," gumam Rubashov dalam selnya, tak berdaya. Kita hanya bisa naik banding ke hadapan Sejarah (ditulis dengan huruf kapital "S"). Tapi yang tragis dalam hidup manusia ialah bahwa keputusan Sejarah diberikan "hanya setelah rahang orang yang naik banding itu sudah jadi debu bertahun-tahun yang lalu".
Sang hakim datang terlambat, selalu terlambat.
Tapi saya kira tidak. Saya kira ada yang salah dalam pandangan ini. Sejarah bukanlah hakim. Ia bukan orakel sakti yang menebak. Sejarah tak berada di luar diri kita, dan kita tak berada di luarnya, dan manusia bukan cuma sarananya. Kita tak perlu menuliskannya dengan huruf kapital "S". Marx benar ketika ia mengatakan bahwa bukan sejarah yang menggunakan manusia sebagai cara untuk mencapai tujuannya. "Sejarah hanyalah kegiatan manusia dalam mengejar tujuan."
Artinya, manusia itulah yang hakim.
Tapi di sini juga persoalan tak mudah diselesaikan, ketika orang mulai mengatakan bahwa, seperti konon kata Napoleon, bahkan "nasib adalah politik". Nasib, yang dianggap tak terelakkan datang dalam hidup manusia, semakin dibaca sebagai hasil interaksi manusia, zoon politikon. Tak ada ketentuan yang datang dari langit. Tak ada nilai yang tak tersentuh pergulatan di bumi. Tak ada nilai yang universal yang ditentukan begitu saja.
Tapi jika demikian halnya, menghakimi akan mustahil. Ketika yang universal diasumsikan tak pernah terjadi, ukuran guyah. Apa yang pada suatu keadaan dianggap "baik" pada keadaan lain dianggap "jahat". Tak ada yang tak berdosa, ketika ukuran dosa dan tak berdosa tiap kali bisa berganti.
Namun bisakah kita hidup tanpa menghakimi? "Aku harus mendapatkan keadilan, atau aku akan menghancurkan diriku sendiri," kata Ivan Karamazov dalam novel Dostoyevsky yang termasyhur itu. Dan bagi orang ini keadilan yang dikehendakinya bukan yang berada di "ruang dan waktu yang tak terhingga". Ia menghendaki keadilan yang ada di bumi.
Yang diingatkan Ivan Karamazov ialah bahwa keadilanâ€"salah satu nilai yang universalâ€"meskipun tak pernah penuh dan kekal di dalam hidup yang terbatas, sepenuhnya berharga. "Atau aku akan menghancurkan diriku sendiri."

Goenawan Mohamad

--

tidak berubah...





From: Suhardono

Lihat Bandara Masih Kotor, Dahlan Iskan Jadi Cleaning Service Dadakan
Feby Dwi Sutianto - detikfinance
Senin, 09/06/2014 09:08 WIB

 

Jakarta -Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan kembali mengeksprsikan kekesalannya terhadap pelayanan dan kebersihan di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng. Kekesalan tersebut diungkapkan Dahlan dengan menjadi petugas kebersihan alias cleaning service dadakan. 

Dahlan membersihkan dan mengajari petugas cleaning service Bandara Soetta untuk mengelap kaca di Terminal 2 F. Mantan bos PLN tersebut kecewa dengan kebersihan lorong garbarata atau jembatan penghubung antara terminal dan pintu pesawat Garuda Indonesia.

"Pagi-pagi Pak Dahlan praktekin bagaimana membersihkan kaca. Palang besinya pengikat kaca yang masih terlihat kotor," kata Staf Khusus Menteri BUMN Abdul Aziz kepada detikFinance Senin (9/6/2014).

Dengan sabar, Aziz menuturkan Menteri BUMN membersihkan kaca di area lorong menuju garbarata. "Dengan sabar Pak Dahlan mengelap kaca sambil disaksikan petugas cleaning service Bandara Soetta di terminal 2 F," katanya.

Aziz menjelaskan aksi Dahlan tidak dilakukan secara terencana. Pasalnya rombongan akan terbang dari Bandara Soetta menuju Palembang pukul 07.30 WIB untuk menghadiri acara PT Kereta Api Indonesia.

Melihat kondisi area terminal 2 F masih kotor, khususnya lorong garbarata, Dahlan berhenti sejenak untuk bersih-bersih sambil ditonton oleh petugas cleaning service Bandara Soetta.
(feb/hds) 


6.21.2014

Tugas Berat Risma, Pulihkan Psikologi Anak-anak Dolly-Jarak


From: A.Syauqi Yahya 


Tugas Berat Risma, Pulihkan Psikologi Anak-anak Dolly-Jarak

AFP PHOTO / JUNI KRISWANTO

Anak-anak melintas di depan kawasan bordil di Dolly, Surabaya, 19 Mei 2014. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini telah menetapkan menutup kawasan bordil di Dolly pada 18 Juni 2014.
Kamis, 19 Juni 2014 | 19:22 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com - Meski sudah berhasil menggelar deklarasi Penutupan Dolly, Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, mengaku masih memiliki tanggung jawab berat untuk memulihkan kondisi psikologi anak-anak di lokalisasi Dolly dan Jarak.

"Kata siapa, penutupan sudah selesai, justru tanggung jawab saya bertambah berat, karena masih memulihkan kondisi psikologi anak-anak lokasi," kata Risma, Kamis (19/6/2014).

Selama ini, faktor psikis anak-anak memang menjadi pertimbangan utama pemkot memutuskan merehabilitasi Dolly dan Jarak. Pasalnya, kegiatan prostitusi secara terbuka membaur dengan kehidupan permukiman sehingga pemandangan penampilan seronok PSK menjadi pemandangan sehari-hari anak dibawah umur.

Kebanyakan anak-anak sekitar lokalisasi kata Risma, memiliki trauma tersendiri atas lingkungannya.

"Tugas berat bagi saya saat ini adalah menghapuskan memori lokalisasi yang kurang sehat dari benak anak-anak tersebut. Kami sudah siapkan psikolog untuk tugas berat ini," tambahnya.

Selain itu, rencana pemkot untuk memulihkan lokalisasi dengan merencanakan pembangunan sejumlah fasilitas umum pengganti wisma-wisma lokalisasi.

Penulis: Kontributor Surabaya, Achmad Faizal
Editor: Caroline Damanik

--
--

6.19.2014

Kangkung...



Kangkung Tak Sekedar Menu Para Napi

Oleh: Abyarsyyad | 27 February 2013 | 15:23 WIB


Seringkali kita mendengar dalam candaan atau orang yang pernah meringkuk di Lembaga Pemasyarakatan akan menu sayur yang hampir setiap hari menjadi menu spesialnya. Ya, benar sayur kangkung. Bahkan juga semua orang pasti mengetahui kangkung dan kelezatannya saat di tumis atau saat dipakai sebagai pelengkap sayur asam. Selain nikmat, aneka olahan berbahan dasar kangkung ini juga sangat murah dan mudah didapat.
Banyak prediksi miring tentang kangkung ini, salah satunya adalah menu spesial para napi. Selain itu tuduhan lainnya adalah kangkung tidak baik di konsumsi karena kandungan zat kapur yang tinggi yang tak dapat dihilangkan dari dalam tubuh. Atau juga tentang kangkung yang dituduh membuat orang mengantuk atau menjadi malas usai mengkonsumsinya.
Tapi apakah demikian? Rasanya kurang fair tentang tuduhan miring tentang kangkung ini tanpa disertai bukti ilmiah tentang manfaat kangkung bagi tubuh. Dalam sebuah literatur kangkung setelah melewati uji klinis, ternyata kangkung ini banyak manfaatnya. Disebutkan disitu, kangkung adalah layak disebut sebagai penyembuh ajaib. Tak salah rupanya jika menu ini menjadi menu spesial para napi, karena hemat biaya dan tentu saja bermanfaat bagi tubuh manuia. Berikut saya sarikan dari berbagai sumber akan manfaat kangkung bagi kesehatan dan pengobatan.

Anti anemia
Karena kaya akan kandungan zat besi maka kangkung disaran untuk dikonsumsi secara rutin terutama bagi mereka yang menderita gejala kurang darah atau anemia. Sebab zat besi adalah zat yang sangat penting untuk tubuh kita, peranannya dalam membentuk sel darah merah sangat vital.

Haid Belebihan
Adakalanya wanita mangalami haid yang berlebihan. Kondisi ini tentu sangat membahayakan. Untuk mengatasi hal tersebut ternyata hanya perlu kangkung. Caranya, ambilah setengah kilogram daun kangkung segar. Cuci hingga bersih lalu tumbuk halus. Tuangkan air setengah gelas, saring dan tuangkan satu sendok akan madu. Minum sekali sehari sekaligus. Haid akan jadi baik dan lancar.

Cegah Diabetes
Ekstrak kangkung telah diuji di laboratorium dan hasilnya kangkung adapt dipakai sebagi obat anti diabetes. Sebab kandungan pada kangkung mampu menghambat penyerapan kadar gula pada tubuh kita. Cara paling mudah dan murah untuk mencegah diabetes adalah dengan rutin dan banyak mengkonsumsi kangkung.

Sariawan dan Gusi Berdarah
Kangkung adalah gudangnya vitamin C. Dan kadar vitamin C pada kangkung lebih banyak dibanding kebanyakan buah. Itulah sebabnya pada pengobatan medis bagi orang yang kekurangan vitamin C dengan tanda-tanda sariawan dan gusi berdarah disarankan dan rutin konsumsi kangkung dalam jumlah yang cukup.

Mimisan
Bagi orang tua yang memiliki anak yang kerap mimisan atau keluar darah dari hidung, tidak usah cemas. Untuk mengobatinya cukup ambil seikat kangkung segar cuci bersih, lalu tumbuklah sampai halus. Tambahkan sedikit gula aren, seduh dengan segelas air panas. Setelah dingin, saring, minumkan sehari dua kali. Maka mimisan akan segera hilang.

Sakit Kepala
Bila kepala cenut-cenut berkepanjangan. Atau pusing tujuh keliling, ambillah seikat daun kangkung segar. Rebus dengan dua gelas air hingga menjadi satu gelas. Minum hasil rebusan ini. sakit kepala akan berangsur-angsur hilang.

Tenangkan Otak
Jika anda dalam posisi ketegangan pikiran, entah itu karena beban pekerjaan atau tekanan psikologis, sebaiknya Anda mengkonsumsi kangkung. Kangkung ternyata mempu menciptakan suasana nyaman pada otak kita. Kadar vitamin B komplek dan Omega 3 pada kangkung, sangatlah besar. Keduanya merupakan peningkat produksi serotin dalam otak kita. Maka dari itu, seiring meningkatnya produksi serotin, akan menciptakan suasana yang nyaman pada otak kita. Sekaligus menyenangkan dan menyegarkan kembali otak kita.

Ambeien
Ambillah segenggam akar kangkung. Cuci bersih terus direbus dengan tiga gelas air, hingga tersisa setengahnya. Setelah dingin, minum dua kali sehari, setengah gelas setiap kali minum. Maka penyakit ambeien akan berangsur-angsur sembuh. Semoga! Demikian manfaat dari kangkung dan semiga bermanfaat. Matur suwun
Powered by Telkomsel BlackBerry®

--


6.17.2014

Joyoboyo




Joyoboyo
Senin, 17 Maret 2014
Selalu ada apokalipse, selalu ada ramalan, selalu ada Joyoboyo. Mungkin gempa dan letusan gunung yang tak putus-putusnya yang merundung hidup kita—dan sesekali juga guncangan politik dan ekonomi yang mencemaskan—telah membuahkan pola seperti itu dalam pandangan kita tentang sejarah.
Tak lama setelah tsunami, banjir, letusan Gunung Sinabung dan Merapi, orang (terutama di Jawa Tengah) berbisik-bisik kembali menyebut "ramalan Joyoboyo". Ini bukan pertama kali ini terdengar. Dari buku Peter Carey Takdir, Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855), sebuah karya historiografi yang dengan saksama dan penuh simpati menguraikan sosok Diponegoro dan masanya, kita tahu bahwa "ramalan" muncul dan dibicarakan sebagai tanda krisis.
Antara Januari 1817 dan April 1821, Jawa Tengah selatan adalah sebuah dunia yang sakit dan ambruk. Panen padi nyaris tanpa hasil. Kemarau panjang yang tak lazim saat itu menimpa. Hampir empat bulan tak turun hujan, sawah terbengkalai kekurangan air, angin kering bertiup dari arah laut. Kemudian, Juni 1821, "wabah kolera Asia pertama" melanda. Di Pacitan, tiap hari ada orang mati, dan diangkut dari perkebunan lada dan kopi. Tubuh mereka lemah karena pangan tak lagi cukup; hanya akar-akaran dan dedaunan yang bisa dimakan. Warga desa semua mengungsi.
Wabah itu dijangkitkan para pelaut dari Pulau Pinang dan Melaka. Mula-mula yang terserang penduduk kompleks kaum pendatang di Terboyo, Semarang. Pada awal Mei, penyakit menular itu menyebar ke sepanjang pantai utara Jawa. Di Batavia, hampir 160 orang mati setiap hari. Hingga akhir 1821, di Surabaya, Madura, dan ujung timur, korban mencapai 110 ribu orang, atau sekitar 7 persen dari seluruh penduduk.
Syahdan, dua tahun sebelumnya ada seorang "guru pertapa" di Blitar, Jawa Timur, yang telah meramalkan bencana itu. Meskipun nujumnya sedikit meleset dalam soal waktu, malapetaka yang dilukiskannya mirip:
"Dalam tahun Jawa Alip mendatang (Masehi: 21 Oktober 1819-8 Oktober 1820) akan datang wabah besar dari bagian barat. Bala tentara dari roh Taragnyono akan tampak seperti kabut; bentuknya macam-macam, ada yang seperti lipan, kalajengking, ular, dan macan, pokoknya semua yang berbisa. Sampar yang dari timur akan dibawa oleh Nyai Roro Kidul dan bala tentaranya...."
"Setelah wabah itu datang, Jawa akan menjadi lautan darah dengan mayat-mayat yang hanyut mengambang...."
Memang pada 1825 kita tahu sesuatu ternyata terjadi dan ribuan orang akan tewas dalam perang.
Gunung Merapi meletus;
pucuknya seolah terlontar mencapai langit.
Yogyakarta serasa tertutup olehnya.
Langit menjadi api....
Baris-baris dalam Babad Dipanegara itu, yang disebut sebagai otobiografi sang pangeran pemberontak, disusul dengan sebuah deskripsi: Diponegoro bersama istrinya keluar dari pekarangan rumah Tegalrejo. Ia menyaksikan gunung yang sedang terbakar dan bumi yang terguncang. Sang pangeran tak kaget. Ia tersenyum dalam hati: murka Allah telah datang.
Itu saat apokaliptik, pertanda Ratu Adil akan muncul, sebagaimana tercantum dalam "Ramalan Joyoboyo".
Dalam khazanah sastra dan pemikiran Jawa, ramalan tampaknya satu bentuk wacana harapan-harapan yang hancur—baik yang kita dengar dari sang guru pertapa di Blitar maupun dari sebuah sumber yang disebut sebagai Raja Jayabaya. Tapi dari puing-puingnya terbit harapan yang radikal: di dunia yang tak adil, ada yang membawa penangkal semua itu, disebut "Ratu Adil".
Dalam mithologi lain, "tokoh" ini, Mesiah, hadir dalam waktu yang oleh orang Yunani (dan kemudian dipergunakan dalam theologi Kristen) disebut kairos, saat penantian yang intens yang melebur "dulu", "kini", dan "nanti". Tapi bila sebagian agama yakin Juru Selamat akan datang pada akhir zaman, di tengah paceklik dan kolera di Jawa pada abad ke-19 itu, atau kapan saja kehidupan sosial remuk-redam, justru waktu sendiri yang seakan-akan berakhir.
Maka Ratu Adil, seperti yang dikisahkan dalam riwayat Diponegoro, tak mengenal "kelak". Dalam meditasinya di Gua Selarong, sang pangeran merasa ia dipertemukan dengan Ratu Adil sendiri (meskipun ia tak bisa melihat wajahnya) di atas sebuah bukit.
Pada saat itulah tekadnya matang: ia akan melawan zamannya yang buruk. Dengan itu tampak kesadaran bahwa janji tentang Keadilan hanya bisa dipenuhi dalam waktu kehidupan praktis sehari-waktu yang linear, yang dapat dihitung dalam hari, pekan, bulan, dan tahun. Kairos ditarik ke dalam kronos, waktu yang linear itu. Dengan kata lain, Keadilan (dengan "K") hanya bisa jadi keadilan dalam sejarah. Diponegoro melancarkan perang yang sengit untuk sebuah harapan yang radikal seraya tahu bukan dia sang Ratu Adil yang mengatasi waktu. Ia hanya sarananya. Sebuah nujum menyebut, peran itu tak akan lama: sira srananipun/ mapan iku tan dawa..." (engkaulah sarananya/ meskipun hal itu tak akan lama).
"Sekali berarti, sudah itu mati," tulis Chairil Anwar dalam sajaknya, Diponegoro. Yang penting bukanlah hidup atau mati, melainkan membuat perjuangan berarti. Dengan itulah harapan mendapatkan "daya mesianik": harapan akan Keadilan itu mampu melebur batas waktu.
Goenawan Mohamad


Guru Pahlawan yang Kurang Diperhatikan?



From: "A.Syauqi Yahya"

Guru Pahlawan yang Kurang Diperhatikan?
Michael Sendow
14 Mar 2014 | 01:02
Edison adalah sebuah kota kecil di salah satu Negara bagian di Amerika Serikat, New Jersey. Namanya diambil dari seorang penemu bernama Thomas Alfa Edison. Di kota ini terdapat sebuah museum tua berisi beberapa hasil karya Edison, termasuk ribuan percobaan penemuannya yang gagal. Ada lampu yang meledak terbakar. Ada kertas berisi catatan-catatannya yang terbakar. Ada semacam teropong kecil, entah apa itu yang putus di bagian tengahnya. Dan masih banyak lainnya.
Di kota ini saya tinggal selama bertahun-tahun, sebelum pindah ke kota yang lebih besar dan lebih megah. Edison adalah sebuah kota kecil namun sangat berpengaruh di New Jersey. Makanan kesukaan saya banyak dijumpai di kota ini. Bahkan "nasi goreng kampung" dan "tinutuan" pun ada di sini. Di kota ini pula saya untuk yang pertama kalinya menyaksikan sekumpulan guru mengadakan demontsrasi. Inti dari demonstrasi tersebut adalah mereka menuntut hak-hak guru lebih diperhatikan lagi. Mereka juga rupa-rupanya menolak subsidi pendidikan dikurangi.
Saya kemudian jadi ingat. Saya pernah membaca sebuah catatan tentang pemogokan guru secara besar-besaran yang terjadi pada tahun 1975, di New York. Salah satu negara bagian yang bertetangga dekat dengan New Jersey. Ibu kota dunia kata sebagian orang. Karena itu, apapun yang terjadi di sini pasti akan jadi sorotan dan perhatian publik.
Menyaksikan dan mendengarkan guru-guru itu berorasi, melempar pendapat namun tanpa berpolemik, saya kemudian berpendapat, bahwa peran guru memang amat vital di sebuah negara. Dan rasa-rasanya, tidak ada di antara kita yang dapat menisbikan pengaruh guru dalam setiap sendi kehidupan sebuah negara, semaju apapun negara tersebut. Amerika pun tidak akan mungkin memandang sebelah mata profesi guru. Di manapun guru mestinya menjadi bak pahlawan. Merekalah yang pertama memerdekakan sebuah daerah bebas dari buta huruf dan buta ilmu.
Masih ada lagi catatan pemogokan guru yang pernah dituliskan oleh kawan saya Sonny. M. Ia adalah seorang doktor ilmu ekonomi yang menamatkan sekolahnya di Jerman. Ia menuliskan tentang pengalamannya melihat langsung pemogokan guru yang terjadi selama satu bulan penuh, di sebuah kota kecil di Jerman, Goderich.
Kita berdua pernah melihat demonstrasi dan guru yang mogok kerja. Bedanya, ia menyaksikan hal tersebut di Goderich, dan saya di Edison.
Ia menuliskan demikian, "Siang hari, guru-guru itu membuka rumah mereka menjadi sekolah alternatif. Hanya mata pelajaran utama yang diajarkan. Pada malam hari, para guru datang ke gereja atau ke balai-balai pertemuan umum. Bergabung bersama warga. Di sana orang berdiskusi dan berdebat. Ramai sekali. Ada deliberasi, ada orasi, ada agitasi. Ada macam-macam. Kadang-kadang juga ada penganan enak. Kecintaan saya pada cokelat hangat, hot chocolate, bermula dari sini...."
Di Indonesia, guru juga tidak sedikit yang pernah berdemonstrasi, mereka mengangkat spanduk dan pena. Untunglah bukan pedang dan samurai yang diangkat serta diancung-ancungkan. Ada di antara mereka yang mungkin saja ikut pemogokan, walau tidak besar-besaran. Namun apakah perhatian terhadap apa yang dituntut setiap guru ini akan sama seperti yang terjadi di Amerika maupun di Jerman sana? Entahlah.
Baru-baru ini ada sekumpulan guru honorer yang bahkan mengancam akan melakukan demo telanjang. aksi demo itu tentu akan menjadi salah satu tamparan bagi pemerintah karena tidak konsisten menjalankan amanat PP 56 Tahun 2012 tentang pengangkatan honorer tertinggal sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
"Kami tidak malu lagi untuk telanjang. Buat apa malu wong pemerintah saja gak malu kok melihat tenaga pendidiknya tidak sejahtera," demikianlah kata Soebandi, Ketum PHSNI kepada JPNN, Bulan Februari yang lalu.
Soebandi yang sudah menjadi guru honorer sejak 1996 itu mencontohkan kasus di Jogjakarta. Bahwa ternyata di Kota Pelajar itu ada begitu banyak guru honorer yang berusia kritis malah tidak lulus. Padahal pemerintah menyatakan bahwa honorer dengan masa pengabdian lama dan berusia kritis akan mendapatkan perhatian lebih.
Nurani kita mestinya turut tergetar. Apakah kita tega melihat guru honorer dibayar dengan upah 50 ribu sampai 200 ribu rupiah per bulan? Apapun alasannya, guru adalah tetap guru. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa tersebut. Pertanyaannya sederhana, apakah pemerintah mau menuntaskan dan mendengar keluh kesah para guru honorer ini atau tidak. Padahal sebentar lagi kita akan dipimpin Presiden baru. Mudah-mudahan Presiden baru punya persepsi bagus terhadap para guru ini.
Saya kembali terkenang masa-masa tinggal di Edison. Di sana, ada seorang lelaki yang sudah agak tua. Rambutnya sudah mulai memutih. Ia berkebangsaan Irlandia namun sudah naturalisasi menjadi warga Amerika. Dan dia adalah seorang guru yang ikut demonstrasi kala itu.
Kevin, begitulah nama yang diberikan orang tuanya. Tinggal di kompleks yang sama dengan saya. Hanya berbatas pagar terbuat dari kawat, dan beberapa pohon cemara kurus. Ia sering menjadi kawan diskusi saya yang mengasyikan. Dia jugalah yang sering menraktir saya makan 'mie daging' di restoran Vietnam 'Pho Anh Dhao'. Mie daging kesukaan kami berdua tentunya.
Kevin bilang, "Our voice will always be heard by government…..no matter what…" Tentu dia berani bilang seperti itu karena yang mereka perjuangkan didengarkan pemerintah. Mereka tidak berteriak dan berorasi dengan sia-sia. Itu juga, diolehkarenakan pemerintah memang siap untuk mendengar.
Kita diciptakan memiliki dua telinga supaya mau dan mampu mendengar suara dari kiri dan kanan kita, namun hanya satu mulut untuk berucap. Supaya kita banyak mendengar dan sedikit saja bicara. Semoga keluh kesah para guru ini bisa didengarkan dengan telinga yang bijak milik para penguasa negeri. ---Michael Sendow---
Dibaca : 24 kali
--


6.16.2014

Doa Ibu


From: <syauqiyahya@gmail.com>



Senin, 16/06/2014 13:48 WIB

Jilan Bisa Raih Nilai UN SMP Tertinggi Juga Berkat Doa Sang Ibu

Edward Febriyatri Kusuma - detikNews

Jakarta - Alunan doa Wisma Pratiwi (48) ibunda Jilan Zahra Jauhara siswi berhasil mengantarkan gadis belia ini meraih nilai UN tertinggi. Selain doa orang tua, juga ditambah kerja keras dalam berlatih mengerjakan soal latihan.

"Doa nggak pernah putus-putus buat anak saya, biasanya selesai solat subuh saya selalu berdoa, lalu kalau di kantor saya selalu sempatkan untuk salat Duha," ujar ibunda siswi peraih nilai UN tertinggi Wisma Pratiwi (48) saat ditemui di SMPN 99, Senin (16/6/2014).

Sebagai ibunda siswi berprestasi, ia kerap mengingatkan buah hatinya untuk rajin beribadah. Selain itu ia menanamkan sikap bertangungjawab.

"Kalau saya dari awal buat ke Jilan dan ke kakak-kakaknya sudah menanamkan sifat bertangung jawab untuk masa depan. Karena apa yang ditempuh saat ini bukan buat orang tuanya tetapi buat kebaikan diri sendiri," ujarnya. Jilan meraih nilai UN 39,75. Dia bersekolah di SMP 99 Jakarta.

Wisma sendiri juga tak menyangka jika anaknya dapat meraih nilai UN tertinggi se-Indonesia. Layaknya orang tua murid lain, ia menitipkan sejumlah harapan untuk anak kedua dari dua bersaudara itu.

"Nggak nyangka saja pikiran kita Jilan bisa dapet nilai bagus nggak tahunya bisa top berasa mimpi. Harapan saya simpel, yakni pingin prestasi Jilan bisa dipertahankan demi masa depannya juga," ungkapnya
Powered by Telkomsel BlackBerry®

--

6.15.2014

Jenuh




Sabtu, 14 Juni 2014 | 23:04 WIB

Jenuh

Putu Setia

ROMO Imam datang ke kampung saya di lereng Batukaru yang dingin. Saya suguhi teh bunga rosela kering hasil tanaman di kebun sendiri. "Di sini adem dan tenang," katanya, "Tentu saja, Romo. Juga tak dipusingkan oleh riuhnya kampanye capres," kata saya.

Romo tersenyum. "Ya, saya tak melihat ada baliho dan spanduk calon presiden. Yang ada malah bendera Belanda, Italia. Prancis, Jerman," Romo menunjuk bendera yang berjejer di jalan. Saya mengangguk: "Itu bendera dijahit sendiri di kampung. Warga juga menjagokan Brasil dan Spanyol, tapi benderanya sulit dibuat. Untung ada hiburan Piala Dunia."

Romo minum. "Di kota jenuh dengan capres-capresan. Apalagi kalau menonton televisi berita. Yang satu jagoannya pasti menang, presiden pilihan rakyat. Yang satu lagi presiden kita, selalu disambut di mana-mana. Bingung dan lama-lama jenuh."

"Romo menonton televisi partisan. Keberpihakan stasiun itu sudah kebablasan. Komisi penyiaran sudah merekomendasikan supaya izinnya dicabut. Televisi dan radio, menurut undang-undang, harus netral. Kan siarannya membutuhkan frekuensi, dan itu milik publik. Terbatas adanya. Bukan milik nenek moyangnya yang seenaknya bisa dipakai. Cuma, rekomendasi komisi penyiaran macet di Menteri Komunikasi, entah berani menteri menutup televisi itu atau takut."

"Jadi, soal keberanian?" Romo menyela. "Ya dong, masalah pokoknya berani atau tidak menegakkan aturan," kata saya. "Kasusnya sama dengan tabloid Obor Rakyat. Orang resah, tapi polisi belum berani melakukan pengusutan. Alasan polisi, kan tidak ada yang melaporkan tabloid itu. Tapi, ketika Bawaslu melaporkan, tidak diterima polisi. Dalih polisi, Bawaslu bukan pihak yang berwenang melaporkannya."

"Yang membuat tabloid itu orang kuat, mungkin," lagi Romo menyela. "Tidak juga. Darmawan Sepriyossa, yang membuat tabloid itu, sudah memberikan pernyataan terbuka di media online tempatnya bekerja, dikutip juga di Facebook. Kalau mau mengusut, ya, panggil saja, nama dan alamatnya juga jelas. Alasan membuat tabloid pun dibeberkan."

"Apa alasannya?" Romo antusias sampai mendekatkan duduknya ke arah saya. "Keberpihakan juga," jawab saya. "Darmawan merasa Jokowi perlu diingatkan karena semua media memujinya. Lalu, ia meracik bahan dari Internet, terutama Facebook dan Twitter yang memojokkan Jokowi, ia masukkan ke Obor. Alasannya, toh bahan-bahan itu sudah dibaca ribuan atau jutaan orang di media maya. Kalau Darmawan tidak memihak salah satu capres, kenapa yang jelek-jelek tentang Jokowi dimasukkan ke Obor, sementara yang jelek-jelek soal Prabowo tidak ada?"

Romo diam. Barangkali dia bingung soal begitu mudahnya membuat tabloid yang tak membutuhkan frekuensi seperti membuat stasiun televisi. Saya terus menjelaskan: "Pokoknya, kalau polisi punya niat baik mengusut kasus ini, mudah sekali. Tapi ujung-ujungnya yang disalahkan bisa penulis di Facebook, yang kebanyakan nama palsu. Pengusutan bisa bertele-tele, lalu pemilihan presiden selesai, kasusnya pun mengambang dan dilupakan."

Tiba-tiba Romo bertanya kasus lain: "Panglima TNI mau mengusut siapa pembocor surat keputusan Dewan Kehormatan Perwira yang memeriksa Prabowo. Itu serius apa tidak?" Saya langsung menjawab: "Surat yang dibocorkan itu sudah dikonfirmasi, asli bukan palsu. Lha, kalau sudah asli, apa perlu diusut siapa pembocornya? Didiamkan juga berhenti sendiri."

Romo minum teh. "Ruwet juga, ya?" keluhnya. Saya bilang: "Hal gampang diruwet-ruwetkan, makanya orang jenuh dengan keriuhan yang diakibatkan oleh pemihakan kebablasan ini."

Cerita






Adakah wanita seperti ini sekarang.... Sore itu sembari menunggu kedatangan teman yang
akan menjemputku di masjid ini seusai ashar.
Kulihat seseorang yang berpakaian rapi, berjilbab
dan tertutup sedang duduk disamping masjid.
Kelihatannya ia sedang menunggu seseorang juga.
Aku mencoba menegurnya dan duduk disampingnya, mengucapkan salam, sembari
berkenalan. Dan akhirnya pembicaraan sampai pula pada
pertanyaan itu. "Anti sudah menikah?".
"Belum ", jawabku datar. Kemudian wanita berjubah panjang (Akhwat) itu
bertanya lagi "kenapa?"
Pertanyaan yang hanya bisa ku jawab dengan
senyuman. Ingin kujawab karena masih hendak
melanjutkan pendidikan, tapi rasanya itu bukan
alasan. "Mbak menunggu siapa?" aku mencoba
bertanya.
"Menunggu suami" jawabnya pendek. Aku melihat kesamping kirinya, sebuah tas laptop
dan sebuah tas besar lagi yang tak bisa kutebak apa
isinya. Dalam hati bertanya-tanya, dari mana mbak ini? Sepertinya wanita karir. Akhirnya
kuberanikan juga untuk bertanya "Mbak kerja di
mana?" Entah keyakinan apa yang membuatku demikian
yakin jika mbak ini memang seorang wanita
pekerja, padahal setahu ku, akhwat-akhwat seperti
ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai ibu rumah
tangga. "Alhamdulillah 2 jam yang lalu saya resmi tidak
bekerja lagi" jawabnya dengan wajah yang aneh
menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan
hati. "Kenapa?" tanyaku lagi.
Dia hanya tersenyum dan menjawab "karena
inilah PINTU AWAL kita wanita karir yang bisa
membuat kita lebih hormat pada suami" jawabnya
tegas. Aku berfikir sejenak, apa hubungannya? Heran.
Lagi-lagi dia hanya tersenyum. Saudariku, boleh saya cerita sedikit? Dan saya
berharap ini bisa menjadi pelajaran berharga buat
kita para wanita yang Insya Allah hanya ingin
didatangi oleh laki-laki yang baik-baik dan sholeh
saja. "Saya bekerja di kantor, mungkin tak perlu saya
sebutkan nama kantornya. Gaji saya 7 juta/bulan.
Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di
pagi hari dan es cendol di siang hari. Kami menikah
baru 3 bulan, dan kemarinlah untuk pertama kalinya
saya menangis karena merasa durhaka padanya. Kamu tahu kenapa ? Waktu itu jam 7 malam, suami saya menjemput
saya dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore jam
3 sudah pulang. Setibanya dirumah, mungkin hanya
istirahat yang terlintas dibenak kami wanita karir.
Ya, Saya akui saya sungguh capek sekali ukhty. Dan
kebetulan saat itu suami juga bilang jika dia masuk angin dan kepalanya pusing. Celakanya rasa pusing
itu juga menyerang saya. Berbeda dengan saya,
suami saya hanya minta diambilkan air putih untuk
minum, tapi saya malah berkata, "abi, umi pusing
nih, ambil sendiri lah !!". Pusing membuat saya tertidur hingga lupa sholat
isya. Jam 23.30 saya terbangun dan cepat-cepat
sholat, Alhamdulillah pusing pun telah hilang.
Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya
tidur dengan pulasnya. Menuju ke dapur, saya liat semua piring sudah
bersih tercuci. Siapa lagi yang bukan mencucinya
kalo bukan suami saya (kami memang
berkomitmen untuk tidak memiliki khodimah)?
Terlihat lagi semua baju kotor telah di cuci.
Astagfirullah, kenapa abi mengerjakan semua ini? Bukankah abi juga pusing tadi malam? Saya segera
masuk lagi ke kamar, berharap abi sadar dan mau
menjelaskannya, tapi rasanya abi terlalu lelah, hingga tak sadar juga. Rasa iba mulai memenuhi jiwa saya, saya pegang
wajah suami saya itu, ya Allah panas sekali pipinya,
keningnya, Masya Allah, abi demam, tinggi sekali
panasnya. Saya teringat perkataan terakhir saya
pada suami tadi. Hanya disuruh mengambilkan air
putih saja saya membantahnya. Air mata ini menetes, air mata karena telah melupakan hak-hak
suami saya." Subhanallah, aku melihat mbak ini cerita dengan
semangatnya, membuat hati ini merinding. Dan
kulihat juga ada tetesan air mata yang di usapnya. "Kamu tahu berapa gaji suami saya? Sangat
berbeda jauh dengan gaji saya. Sekitar 600-700 rb/
bulan. Sepersepuluh dari gaji saya sebulan. Malam
itu saya benar-benar merasa sangat durhaka pada
suami saya. Dengan gaji yang saya miliki, saya merasa tak perlu
meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu
memberikan hasil jualannya itu pada saya dengan
ikhlas dari lubuk hatinya. Setiap kali memberikan
hasil jualannya, ia selalu berkata "Umi, ini ada
titipan rezeki dari Allah. Di ambil ya. Buat keperluan kita. Dan tidak banyak jumlahnya, mudah-mudahan
Umi ridho", begitulah katanya. Saat itu saya baru
merasakan dalamnya kata-kata itu. Betapa harta ini
membuat saya sombong dan durhaka pada nafkah
yang diberikan suami saya, dan saya yakin hampir
tidak ada wanita karir yang selamat dari fitnah ini" "Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk
berhenti bekerja, mudah-mudahan dengan jalan ini,
saya lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan
suami. Wanita itu sering begitu susah jika tanpa
harta

Ikhtisar Canting





From: dewanto

Ikhtisar Isi Buku
Canting berkisah jatuh bangunnya sebuah usaha batik yang dikelola oleh istri dari Pak Bei Sestrokusuman. Usaha keluarga ini dulunya sangat maju. Dengan buruh yang banyak, pengelolaannya memang dilakukan secara tradisional, namun memberikan keuntungan yang bagus. Seiring perkembangan zaman, perusahaan keluarga 'Batik Canting' yang mengkhususkan diri pada batik tulis pun perlahan-lahan ambruk. Penyebabnya, tak lain semenjak ditemukannya metode batik cap yang bisa berproduksi dengan cepat dan harganya murah.
Adalah Pak Bei, sosok priyayi yang berwibawa dan sangat dihormati oleh lingkungannya, adik-adiknya, dan terutama putra-putrinya. Beliau pengagum dan pengikut Ki Ageng Suryamentaraman yang mengajarkan kebahagiaan sejati orang jawa. Pak Bei tergolong priyayi yang antik. Dengan berani, dia melanggar adat, bahwa seorang bangsawan harus menikahi sesama bangsawan. Alih-alih seorang bangsawan, dia justru memilih seorang buruh. Di antara buruh batik yang tinggal di kebon belakang rumah, dipilih satu orang untuk mendampinginya. Dialah Bu Bei.
Bu Bei yang mengelola batik canting dengan ratusan buruhnya. Setiap pagi pergi ke pasar untuk menjual batik. Pada saat yang sama, Bu Bei adalah seorang istri dan ibu. Semua itu bisa dikerjakan oleh beliau dengan sangat baik. Menghadapi kemanjaan Pak Bei, menggembleng putra-putrinya menjadi pribadi-pribadi yang berhasil, mengelola rumah tangga, sungguh banyak pekerjaan yang harus diselesaikan oleh Bu Bei.
Satu ketika, Bu Bei mengandung lagi. Ini yang tidak disangka-sangka oleh semua orang termasuk Pak Bei. Kandungan itu menimbulkan tanya di antara para bangsawan dan buruh yang tentu saja hanya berani berbisik-bisik. Jabang bayi perempuan yang tak secantik dan seelok saudara-saudaranya pun lahir, dialah Subandini Dewaputri.
Mula-mula, Pak Bei enggan menerima bayi kecil ini. Namun, seiring berjalannya waktu, justru Subandini atau Ni yang lebih banyak mendapatkan perhatiannya. Beliau pun menerima Ni dengan perasaan yang sama terhadap putra-putrinya yang lain.
Ni kemudian tumbuh dan menjadi seorang sarjana farmasi. Persis seperti ayahnya, Ni, juga menjadi seorang yang aeng alias aneh. Alih-alih menjadi seorang apoteker seperti jenjang pendidikan yang ditempuhnya, ia justru memilih untuk melanjutkan usaha 'Batik Canting'. Sebelum itu, Ni, berkata pada keluarganya, bahwa ia tak ingin menghadiri wisuda kelulusannya. Baginya, bila hal itu tak penting, maka tak perlulah ia datang. Kemudian, ia yang sudah berencana akan menikah dengan kekasihnya, Himawan, pun memilih untuk tak mengikuti Himawan ke Batam. Tak seperti mbakyunya yang mengikuti tugas sampai Merauke, Ni malah memilih untuk menggantikan ibunya mengurus Batik Canting.
Keputusan Ni ini tentu saja ditentang oleh semua anggota keluarga, kecuali Pak Bei. Bagi beliau, apabila itu baik maka lakukanlah. Keputusan Ni itu justru memberikan dampak yang sangat hebat bagi Bu Bei. Bagi beliau, apa yang akan dilakukan Ni dengan Batik Canting, kecintaannya pada para buruh, semua perhatiannya itu, justru seperti membuka luka lama: kecurigaan bahwa Ni bukan anak biologis Pak Bei.
Barangkali apa yang menjadi keputusan Ni itu begitu sulit diterima oleh Bu Bei. Beliau pun jatuh sakit sampai dengan meninggal.
Sepeninggal Bu Bei, Batik Canting memang dikelola oleh Ni. Benar-benar sebuah keputusan yang nekat. Dia tak paham sama sekali dengan seluk beluk usaha batik. Mulai dari mengkoordinir buruh-buruh batik, memasarkan batik itu di pasar, mencari pelanggan, sampai hal-hal lain yang terkait. Dia benar-benar bermodalkan tekat semata. Kondisi makin runyam manakala batik cap mulai menggusur pasar Batik Canting. Harganya yang murah, kecepatan produksinya juga tak bisa ditandingi oleh batik tulis seperti Batik Canting. Ni pun pusing tujuh keliling.
Dari sisi para buruh, Ni dipandang sebagai pengambil keputusan. Semua serba terserah, sumangga, mangga kersa, Ni. Ini yang memberatkan hatinya. Kendati banyak di antara buruh-buruh batik itu jauh lebih berpengalaman, namun mereka memilih menunggu Ni yang mengambil keputusan. Lagi pula, perkembangan batik cap tak bisa mereka ikuti. Mereka tak paham hal itu.
Dari sisi saudara, Ni pun mendapat perlawanan yang alot. Ada kakak iparnya perempuan yang merasa lebih mampu mengurus batik. Semenjak keputusan Ni dahulu itu untuk mengurus batik daripada melakukan hal lain yang sesuai dengan sekolahnya, Ni dipandang kurang waras oleh kakak-kakaknya.
Dari saudara sepupunya, Ni pun dimusuhi karena memutus tunjangan bulanan untuk mereka. Tunjangan bulanan ini dahulu sewaktu Bu Bei masih sugeng selalu diberikan kepada keluarga adik-adik Pak Bei. Namun semenjak Ni yang memegang keuangan keluarga Ndalem Ngabean Sestrokusuman, tunjangan itu pun tak lagi sampai. Oleh saudara-saudara jauhnya, Ni dipandang gila.
Dan yang paling parah adalah Himawan, calon suami Ni. Dia pun mulai meragukan kemampuan Ni untuk mengelola Batik Canting. Dia bergabung dengan kakak-kakak Ni agar merelakan Batik Canting untuk dikelola orang lain atau sekalian dijual. Aduh!
Rupanya hanya Pak Bei yang tetap menaruh kepercayaan kepada Ni, bahwa ia sanggup mengemban tugas. Pak Bei tak menuntut apa pun. Bahkan kalau pun Ni gagal, dia tak menyalahkan Ni. Semua sudah dipasrahkan kepada Ni.
Semua hal yang terjadi itu membuat Ni akhirnya jatuh sakit. Hampir-hampir ia menemui ajal kalau tidak karena Pak Bei yang mendoakannya dan memberikan kekuatan.
Pada akhirnya, Ni menemukan sebuah cara untuk mempertahankan usaha batik keluarganya. Dari buruh-buruhnya ia belajar. Sedikit demi sedikit, kehidupan Ni, Pak Bei, buruh-buruh, dan usaha batik pun kembali lagi ke jalurnya.
Kelebihan dan Kekurangan Buku
Menurut saya, Canting sangat bagus menggambarkan sebuah keluarga Jawa. Seorang ayah yang sangat berwibawa, bahkan sekadar gerakan alisnya pun sudah menciutkan nyali putra-putrinya. Kendati demikian, ayah yang sama juga sangat menyayangi dan melindungi keluarganya.
Dituliskan dalam Canting, "menjadi ayah itu juga harus menanggung malu—di samping kebanggan—atas apa yang diperbuat anaknya." Dalam Canting, selain keberhasilan putra-putri Pak Bei, masing-masing dari mereka rupanya memendam kisah kelam. Semua itu, kebanggan dan juga persoalan yang terkadang memalukan harus ditelan oleh Pak Bei, diterima, menjadi tanggung jawabnya.
Di sisi lain, Canting menggambarkan dengan gamblang bagaimana bangunan hubungan dalam sebuah keluarga Jawa. Sebagai contoh, kemarahan yang tak pernah ditujukan secara langsung. Dalam budaya Jawa, simbologi, sindiran dan sikap lebih banyak digunakan. Seseorang harus tahu tanpa diberitahu. Budaya semacam ini, barangkali akan sukar diterima oleh keluarga lain bukan dari Jawa yang membangun hubungan dalam keluarga dengan kelugasan dan ketegasan tanpa jalan memutar.
Lebih lengkap di sini:  http://unclegoop.com/2013/11/06/resensi-canting


6.14.2014

Douch





From: syauqiyahya@gmail.com

Senin, 10 Februari 2014

Douch

Apa yang dapat dikatakan tentang seorang algojo?

Sudah kita saksikan Anwar Congo dalam film dokumenter The Act of Killing Joshua Oppenheimer: preman Medan yang dengan bangga mengaku telah membantai banyak orang "komunis" di pertengahan 1960-an, tapi di adeÂ-gan terakhir hampir sepenuhnya diam, hanya batuknya yang terdengar di rumah bekas tempat pembunuhan itu, hanya tubuh tuanya yang lelah menuruni tanggaâ EURO |.

Ketika film berakhir, tak ada cerita tentang apa yang terjadi dengan Anwar Congo di saat itu, setelah itu. Akhirnya manusia tak bisa lengkap didokumentasikan, pikir saya. Anwar Congo tak hanya satu.

Mungkin begitu juga Douch. Nama sebenarnya Kang Kek Iew. Dalam sejarah Kamboja yang berlumuran darah selama dasawarsa 1970-an, ia pejabat Khmer Merah yang memimpin Penjara Tuol Sleng, yang juga disebut "S-21". Ia tokoh kebengisan yang tak kalah mengerikan.

Selama empat tahun Partai Komunis berkuasa di Kamboja, ribuan disekap di tempat yang berarti "bukit pohon beracun" itu.

Douch, direktur "S-21" sejak 1975, adalah sang pencabut nyawa. Ketika Khmer Merah kalah dan ia ditangkap dan diadili, bukti-bukti ditunjukkan: ada perintah tertulisnya, misalnya, untuk "menghantam sampai hancur" 17 tahanan (8 pemuda belasan tahun dan 9 anak-anak). Dalam daftar 20 tahanan perempuan ia menulis instruksi di bawah tiap nama: "bawa untuk dieksekusi"; "terus diinterogasi"; "untuk eksperimen medis".

Douch juga mengakui: anak buahnya merenggutkan bayi dari ibu mereka dan membenturkan kepala orok itu ke pohon, sampai mati.

Dari sekitar 17 ribu tahanan, hanya tujuh yang hidup.

Pejabat yang dulu seorang guru matematika ini orang yang teliti tampaknya. Hampir tiap korban dicatat dan dipotret. Ketika Khmer Merah meninggalkan Phnom Penh, lari dari pasukan Vietnam yang masuk dan membentuk pemerintahan sosialis baru, Douch tak sempat membakar dokumentasi itu-dan itu yang menjeratnya.

Mengapakah kekejaman itu harus direkam? Ekspresi sadisme seorang jagal? Atau bagian desain masa depan yang diperkirakan akan perlu bukti pembantaian itu-masa depan yang akan membenarkannya?

Douch percaya, itulah yang akan terjadi: masa depan akan membenarkannya. Baginya, kekejaman tak terelakkan untuk menggerakkan sejarah. Bukankah revolusi Prancis "memenggal beratus-ratus kepala"? "Tak peduli besarnya korban," kata Douch, "yang penting adalah keagungan tujuan itu sendiri."

Ia katakan semua itu di suatu malam, di sebuah sudut hutan, di depan orang yang ditangkapnya dengan tuduhan "mata-mata CIA": François Bizot.

Bizot, antropolog muda dari Prancis, sedang mempelajari Buddhisme di pedalaman Kamboja. Itu tahun 1971: bukan periode yang aman bagi siapa pun. Kelompok komunis lokal, "Khmer Merah", baru bangkit, dan makin kuat justru karena pengeboman Amerika. Berada di sekitar Angkor Wat yang mereka kuasai, Bizot ditangkap. Ia dirantai di sebuah kamp tahanan kecil di hutan.

Dua temannya, orang Kamboja, juga ditangkap (dan kemudian dibunuh). Bizot dibiarkan hidup. Bahkan akhirnya setelah tiga bulan disekap, ia dibebaskan. Sekitar 30 tahun kemudian, setelah lama diam, ia menulis buku tentang pengalamannya itu, Le Portail-sebuah buku yang ditulisnya dengan "kepahitan yang tak terhingga".

"Kepahitan" agaknya bukan datang dari Douch. Orang yang ia sebut "penyiksa" ini membiarkan Bizot mandi di sungai dan berjalan-jalan di sekitar kamp. Bizot bisa berbahasa Khmer, Douch berbahasa Prancis. Berangsur-angsur, ada semacam kecocokan di antara mereka berdua.

Di malam menjelang Bizot dibebaskan, Douch membuat pesta: pidato, lagu-lagu, dan jamuan, dengan 13 ekor ayam dipotong. Dan sampai fajar merekah, si tahanan dan si algojo duduk bercakap-cakap di depan api unggun yang pelan-pelan padam.

Apa yang bisa dikatakan tentang Douch? Ia lelaki yang amat yakin tentang masa depan dan pada umur 29 tahun bersiap jadi pembunuh. Tapi Douch juga yang mempertaruhkan nyawanya sendiri ketika ia mengusulkan kepada para atasannya yang bertangan besi agar Bizot dibebaskan.

Ketika kemudian Douch tertangkap dan dibawa ke depan mahkamah, ada pertanyaan: maukah Bizot bersaksi? Kepada koran LibÃ(c)ration ia menjawab "ya, jika pihak penuntut memintanya, ya, jika pihak pembela memintanya".

Sikap yang mendua, tentu. Sebab baginya, jagal di Kamp "S-21" itu tokoh yang tragis, "seorang anak yang memberanikan diri hidup di antara serigala". Agar hidup terus, "ia minum susu mereka, dan belajar melolong seperti mereka". Sejak itu, Teror berkuasa dan "membujuknya untuk memakai wajah moralitas dan ketertiban".

"Moralitas" berarti keyakinan komunis yang murni semurni-murninya, "ketertiban" membasmi apa saja yang dianggap cacat. Douch hidup dengan ekologi kekerasan sejarah modern Kamboja: kolonialisme, Perang Dingin, intervensi Amerika dengan bombardemennya, Perang Vietnam, Revolusi Kebudayaan Cina, kebrutalan penguasa, dan kesengsaraan di pedalaman.

Dari semua itu lahir niat dengan ideologi untuk mengubah dunia, dengan iman yang mutlak dan menggelegak. Dunia pun dibelah: ada yang "lama" dan yang "baru", "patriot" dan "pengkhianat", "proletar" dan "borjuis". Sejarah adalah cerita dua kubu yang saling menghantam untuk jadi Merah atau Hitam.

Dengan pandangan itu, seorang Douch tak akan tertegun bila sadar bahwa selama pemerintahan Khmer Rouge sekitar dua juta orang Kamboja dibunuh. Dan kita pun akan ingat semua kebengisan sejak 1914 dan kata-kata Elias Canetti: "It is a mark of fundamental human decency to feel ashamed of living in the 20th century."

Agaknya itulah dasar "kepahitan yang tak terhingga" yang mengiringi Bizot menulis.

Goenawan Mohamad


Purwaceng





From: syauqiyahya@gmail.com

PURWOCENG, VIAGRA INDONESIA

Oleh: Darwono Masdar | 11 June 2013 | 16:48 WIB

Terdorong ingin mengetahui secara langsung habitat, cara tumbuh, legenda dan mitos-mitos yang berkembang di daerah asal dan daerah sekitarnya, penulis mencoba melakukan penelusuran tentang tumbuhan herbal yang satu ini. Tumbuhan Purwaceng, yang tumbuh khas (endemis) di dataran tinggi Dieng, Wonosobo Jawa Tengah.

Jika berbagai cerita masyarakat yang ditemui di Dieng atau sekitarnya (Kota Wonosobo), maka boleh jadi Purwaceng tidak terlepas dari legenda si Kidang dalam versi tertentu. Legenda sikidang yang berkaitan dengan pertarungan dengan pemuda yang tidak bisa menghamili (kemungkinan Impotensi), yang melahirkan Kutukan Si Kidang dengan kelahiran anak-anak berambut gembel, melahirkan upaya lain untuk mengatasi impotensi tersebut.

Pencarian tersebut menghasilkan temuan adanya tanaman herbal yang ternyata dapat membuat pria dewasa yang semula mengalami disfungsi seksual menjadi ereksi (maaf dalam bahasa jawa disebut ngaceng). Tumbuhan Pertama (purwa) yang dapat menyebabkan ereksi (ngaceng) ini disebut sebagai Purwaceng. Artinya pertama ereksi, juga dapat diartikan dapat ereksi yang lama.

Masyarakat sekitar memanfaatkan Purwaceng sebagai herbal yang dapat meningkatkan stamina, terutama kejantanan pria dewasa, sehingga purwaceng hanya dikonsumsi oleh kaum lelaki. Masyarakat juga meyakini, pengaruh purwaceng terhadap rata-rata jumlah anak dalam satu keluarga, yang rata-rata di atas empat orang.
Sementara itu, wikipedia menulis ; Purwaceng (Pimpinella pruatjan) tumbuhan herbal dari genus Apiaceae. Terkenal karena khasiatnya yang dapat meningkatkan stamina bagi si peminum. Biasanya diolah dalam bentuk bubuk purwaceng, kopi purwaceng dan susu purwaceng.

Meski agak sulit mencarinya, namun tak sedikit orang rela bersusah payah mendapatkan Purwaceng. Tanaman yang dikenal dengan viagra tradisional ini memang tersohor karena khasiatnya yang bikin stamina lebih greng.

Purwaceng adalah tanaman legendaris yang dijadikan obat kuat oleh para raja atau kalangan istana di daerah Jawa. Di Indonesia tumbuhan atau tanaman obat yang memiliki khasiat penambah stamina (aprosidiak) umumnya digunakan atas dasar mitos, kepercayaan dan pengalaman. Namun khasiat tanaman Purwaceng ini bukan sekedar mitos belaka karena studi sudah membuktikannya.

Kompas.com menulis, Tanaman yang satu ini punya banyak man¬faat, salah satunya sebagai obat kuat. Tak ¬heran, banyak yang menjulukinya "viagra"-nya ¬Indonesia.

Belakangan ini, popularitas tanaman purwaceng makin meningkat. Tanaman mungil ini dikenal sebagai obat kuat alias penambah gairah dan vitalitas pria. Sebetulnya, purwaceng sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu. Konon, di zaman dahulu hanya para raja yang mengonsumsinya sebagai minuman.

Namun, semakin lama tanaman yang aslinya tumbuh liar di Gunung Perahu dan Gunung Pakujiwo di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah ini, makin banyak dikonsumsi rakyat biasa. Kini, purwaceng pun sudah banyak dibudidayakan.

Purwaceng banyak ditemukan di pegunungan seperti di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah. Nama latin Purwaceng adalah Pimpinella pruatjan (alpina). Pertama kali ditemukan di pegunungan Alpen, Swiss dengan ketinggian 2000-3000 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan ini dikenal juga dengan nama lain Suripandak abang (pegunungan Lyang, Jawa Timur) dan Gebangan Depok (Gunung Tengger).
Penampakan fisik Purwaceng adalah semak kecil merambat di atas permukaan tanah seperti tumbuhan pegagan dan semanggi gunung. Daunnya kecil-kecil berwarna hijau kemerahan dengan diameter 1-3 cm.

Dari berbagai penelitian yang dilakukan beberapa perguruan tinggi dalam negeri diketahui bahwa ada efek nyata antara tanaman purwaceng terhadap peningkatan kemampuan seksual. Oleh karena itu, Purwaceng sering disebut sebagai Viagra tradisional atau Viagra Indonesia.

Seperti dikutip dari hasil studi peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2007, seluruh bagian tanaman purwaceng dapat digunakan sebagai obat tradisional, namun bagian yang paling berkhasiat adalah akarnya.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan juga membenarkan bahwa akarnya mempunyai sifat diuretika dan digunakan sebagai aprosidiak, yaitu khasiat obat yang dapat meningkatkan atau menambah stamina.

Umumnya tumbuhan atau tanaman yang berkhasiat sebagai aprosidiak mengandung senyawa-senyawa turunan saponin, alkaloid, tanin, dan senyawa-senyawa lain yang berkhasiat sebagai penguat tubuh serta memperlancar peredaran darah.

Bahan aktif purwaceng paling banyak terdapat pada bagian akarnya yang menyerupai wortel dan berwarna putih, panjangnya sekitar 10 cm. Akar purwaceng mengandung turunan senyawa kumarin yang sering digunakan dalam industri obat modern, tetapi bukan untuk aprodisiak melainkan untuk anti bakteri, anti fungi dan anti kanker.
Namun sebuah penelitian yang dikutip dari buku Mitos Seputar Masalah Seksual dan Kesehatan Reproduksi, Sabtu (23/1/2010) menyebutkan, Purwaceng dapat meningkatkan gairah seks, meningkatkan hormon testosteron dan meningkatkan jumlah spermatozoid.

Untuk mendapatkan khasiat secara nyata, Purwaceng harus diminum teratur selama 7-15 hari. Selain itu tanaman ini juga berkhasiat menghangatkan tubuh, saraf dan otot, menghilangkan masuk angin dan pegal linu, melancarkan buang air kecil, obat analgetika (menghilangkan rasa sakit), menurunkan panas, obat cacing, antibakteri serta anti kanker. Purwaceng yang asli memiliki rasa khas, yaitu pedas, yang dihasilkan oleh akar dan bijinya.

Purwaceng sebenarnya tergolong tanaman langka, namun kini dapat diselamatkan dengan budi daya menggunakan metode kultur in vitro.

Meski sebetulnya sulit ditanam, purwaceng yang bernama latin Pimpirella pruatjan makin banyak dicari. Sepintas, purwaceng tak jauh berbeda dari tanaman perdu yang tumbuh liar di pinggir jalan atau kebun-kebun kosong.

Padahal, bisa dibilang tanaman ini tak bisa diremehkan lantaran punya manfaat besar. Meski termasuk jenis perdu, purwaceng merupakan tanaman yang tergolong langka. Purwaceng juga hanya bisa tumbuh baik di Dataran Tinggi Dieng, dengan ketinggian 2.000 dpl (di atas permukaan laut). Purwaceng memang tergolong "rewel" dalam memilih tempat untuk hidup.

Bahkan di Dataran Tinggi Dieng yang merupakan daerah asalnya, tak semua tempat di sana bisa ditanami purwaceng. Selain ketinggian permukaan, tanah tempatnya tumbuh juga harus mengandung unsur-unsur tertentu, dengan kelembaban dan cuaca yang tertentu pula.

"Di Kalimantan dan Gunung Slamet (Jawa Tengah) juga ada yang menanam purwaceng, tapi hasilnya tidak sebaik seperti di Dieng," tutur Saroji yang sudah 18 tahun membudidayakan purwaceng di Dieng.

Jika ditanam di Purwokerto, pegawai di Komplek Candi Arjuna, Dieng ini mengandaikan, purwaceng memang tetap tumbuh, tapi cabangnya memanjang dan khasiatnya sudah jauh berkurang. Aromanya pun berbeda.

Selain itu, purwaceng juga hanya mau ditanam oleh orang-orang "bertangan dingin". Banyak yang gagal menanamnya ketika pemerintah daerah setempat menyerukan untuk membudidayakan tanaman ini.

Tanpa Pupuk

Purwaceng punya ciri khas berdaun kecil agak bulat dan bergerigi di bagian pinggirnya. Purwaceng memiliki satu batang dengan beberapa cabang daun yang tumbuh melebar di atas tanah.

Purwaceng yang subur bisa memiliki cabang daun yang diameternya mencapai 20 cm. Bila tumbuh di tempat yang tepat, daun purwaceng tumbuh subur dengan ukuran agak besar. Purwaceng yang subur dan bagus juga bisa memiliki akar yang panjangnya mencapai 20 cm, dan saat dipanen akarnya berwarna kuning.

Sebetulnya, cara menanamnya cukup mudah. Purwaceng diperbanyak dari bijinya. Biji yang sudah masak akan jatuh ke tanah dan tumbuh dengan sendirinya. Biji yang jatuh sendiri ini akan tumbuh lebih cepat daripada biji yang disebar dengan tangan manusia.

Cara kedua ini bisa membuat purwaceng baru tumbuh empat bulan setelah disebar. Setelah benih mulai tumbuh, tanaman sebaiknya dipindahkan ke tanah yang lebih luas (bukan pot), misalnya halaman belakang rumah.

Dengan demikian, akarnya bisa tumbuh secara maksimal, bahkan mencapai 20 cm. Cabang daunnya pun akan lebih banyak dan lebar. Tanah yang ideal bagi purwaceng, menurut Saroji, adalah tanah yang lincit alias tak terlalu berlumpur.

Bila tumbuh di tempat yang tepat, purwaceng tak perlu terlalu sering disiram. Pada musim hujan malah tak perlu disiram, sedangkan saat musim kemarau tanaman ini cukup disiram tiga hari sekali.

Uniknya, purwaceng justru harus dibiarkan tumbuh alami tanpa pupuk. Pupuk kandang masih boleh digunakan untuk menyuburkan, tapi pemberian pupuk kimia justru akan membuatnya tumbuh tidak maksimal.

Setelah berusia satu tahun, purwaceng mulai bisa dipanen. Jika tumbuh bagus dan subur, enam tanaman purwaceng basah bisa berbobot sampai 1 kg

Astuti, Yayuk (2005)   memberikan abstraksi sebagai berikut :

Tanaman  (Pimpinella alpina Molk)  ini telah dikenal sebagai obat penggugah gairah seksual (afrodisiak) dan obat peluruh air seni (diuretik). Walaupun telah dikenal, namun penelitian mengenai kandungan senyawa dan toksisitasnya belum banyak dilakukan.

Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan identifikasi kandungan kimia purwoceng fraksi non-polar, sedangkan penelitian terhadap fraksi semi polar belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa yang terkandung dalam fraksi metilen klorida tanaman purwoceng serta toksisitas fraksi metilen klorida, etil asetat, n-butanol dan n-heksan.

Penelitian ini dibagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama pemisahan, pemurnian dan identifikasi senyawa hasil isolasi. Isolasi senyawa dilakukan melalui metode maserasi dengan pelarut metanol yang dilanjutkan dengan fraksinasi menggunakan pelarut n-heksan, metilen klorida, etil asetat dan n-butanol. Isolasi senyawa dilanjutkan terhadap fraksi metilen klorida, sedangkan pemisahan dan pemurnian digunakan metode kromatografi kolom dan KLT preparatif.

Identifikasi terhadap senyawa yang diperoleh meliputi uji golongan kimia serta analisis dengan GC-MS. Toksisitas senyawa-senyawa yang terkandung dalam fraksi metilen klorida, etil asetat dan n-butanol diuji menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dan hasilnya diolah menggunakan metode Finney untuk mendapatkan harga LC50.

Data hasil isolasi diperoleh 2 noda (Fx, Fy) dengan Rf 0.07 untuk Fx dan 0.82 untuk Fy. Hasil GC-MS untuk Fx dengan TR 15.717 dan 17.608 diduga merupakan senyawa asam heksadekanoat dan asam oktadekanoat. Sedangkan untuk Fy, diperoleh senyawa benzil benzoat dengan TR 13.150. Dari hasil uji toksisitas diketahui harga LC50 fraksi metilen klorida , etil asetat, n-butanol dan n-heksan berturut-turut sebesar 18.76 μg/mL, 18.76 μg/mL, 14.08 μg/mL dan 11.07 μg/mL.

Berdasarkan hasil analisis GC-MS terhadap senyawa hasil isolasi, diusulkan bahwa senyawa yang terkandung dalam ekstrak metilen klorida fraksi I adalah asam heksadekanoat, asam oktadekanoat dan benzil benzoat. Hasil uji toksisitas dengan BSLT menunjukkan bahwa keempat fraksi tersebut berpotensi sebagai antikanker

Ekstrak Purwoceng mengandung komponen golongan triterpenoid/steroid, alkaloid dan Flavonoid. Selanjumya pada tahun 2004 ini juga telah dilakukan pemisahan dan purifikasi senyawa kimia, khususnya dad fraksi non polar dan semi polar. Dad fraksi n-heksana telah dapat diperoleh satu kristal murni, yang setelah dianalisis dengan gas kromatografi-spektroskopi massa, dapat dibuktikan adanya senyawa stigmatosterol. Komponen kimia ini merupakan penelitian pertama yang melaporkan senyawa golongam triterpenoid tersebut dalam tanaman Purwoceng.

Fraksinasi dad bagian semipolar (kloroform) juga menghasilkan komponen murni. Meskipun demikian, analisis spektroskpi terhadap senyawa ini hingga sekarang mash dalam tahap penyelesaian di Berlin. Panting ditambahkan bahwa pada tahun ini juga, telah berhasil dilaporkan untuk pertamakalinya kandungan kimia minyak atsiri dari tanaman Purwoceng.

Senyawa germacren dan Brelemen merupakan komponen utama minyak atsiri, disamping telah teridentifikasi komponen lain, seperti champhen, B-pinen, limonen, champor, a-terpinen, B-kadopilen, bomeol, R-selinen, aromadendren, curzeren dan epi curzerenon. Penelitian-penelitian kelanjutan, khususnya dalam kajian °chemical prospecting" terhadap tanaman Pimpinella alpine Molk perlu dilakukan. Sesuai dengan perencanaan awal, fraksi polar dari tanaman ini akan dilakukan pada tahun kedua. Selain itu, uji aktivitas dari senyawa hasil isolasi akan pula dilakukan, khususnya dalam rangka standarisasi sifat afrodisiak.?

Berdasarkan hasil penelitian kandungan kimia pada tanaman purwaceng termasuk zat kimia organik dengan melalui proses kimia sehingga bermanfaat meningkatkan vitalitas pria, menghangatkan tubuh, menyembuhkan pegel linu, menambah stamina tubuh, melancarkan buang air kecil, menghilangkan rasa sakit, menurunkan panas, obat cacing, mengatasi disfungsi ereksi., impotensi, dan kanker prostat serta antikanker dan antibakteri


Tertawa





From: syauqiyahya@gmail.com

Minggu, 28 April 2013

Tertawa

Ada sebuah cerita yang saya temukan di Internet dan saya ubah di sana-sini untuk para pembaca:

Pada suatu hari di Slovenia, seorang atheis sedang joging di hutan. Ia menikmati hijau pohon-pohon seraya tubuhnya bergerak di udara pagi.

Tiba-tiba ia dengar suara mengaum. Ketika ia menengok, ia lihat seekor singa besar (dan tampak lapar) mengejarnya.

Ia lari, menerabas semak. Tapi malang tak dapat ditolak: ia tersungkur di sebuah sudut. Singa itu pun tegak di dekatnya bersiap menerkam.

Putus asa total, si atheis sadar: hanya Tuhan yang bisa menyelamatkannya. Ia insaf. Ia berdoa: "Ya, Tuhan, bebaskan aku dari hewan buas ini. Jadikanlah ia makhluk yang kristiani."

Tiba-tiba hutan bercahaya selama 30 detik. Mukjizat terjadi. Tokoh kita tahu, doanya dikabulkan.

Dan terdengarlah suara singa itu, takzim: "Bapa kami yang ada di Surga, terpujilah nama-Mu. Telah Kauberi aku santapan pagi yang lezat."

Andaikata peristiwa itu terjadi benar-benar, kita tak akan tertawa. Seseorang yang tersungkur di hadapan seekor singa yang lapar bukanlah adegan yang menggelikan. Keajaiban yang membuat seekor singa bisa berbicara juga bukan kejadian yang lucu. Cerita di atas kocak karena ia satu konstruksi imajinatif yang menabrakkan apa yang mula-mula tampak galib (seseorang ketakutan dan putus asa menghadapi maut) dengan apa yang mendadak tak masuk akal dan tak terduga (si singa jadi Kristen… dan tetap tak melepaskan mangsanya).

Tapi tak hanya itu. Ada olok-olok dalam lelucon tadiâ€"dan agaknya dalam tiap lelucon. Olok-olok, seperti yang kita kenal di dunia anak-anak, adalah unsur penting dalam permainan. Lelucon yang baik tak pernah serius, tak pernah ingin berpetuah. Cerita di atas tak bermaksud mengingatkan orang agar tak jadi atheis atau agar tak berputus asa di dalam krisis. Tak ada yang dicela. Tak ada pesan moral.

Tapi orang bisa melihat hal-hal yang nyata di dalam cerita itu, samar ataupun tidak. Seorang atheis dan seorang Kristen bukanlah sosok yang ganjil. Sebuah lelucon tak bisa seluruhnya terdiri atas alam fantasi. Ia menggelikan karena ia tak berada di satu dataran; ia meloncat-loncat. Di dalamnya selalu ada dunia sehari-hari yang kita alami yang hadir, meskipun umumnya tak pernah pas. Dalam batas tertentu, lelucon mengandung peniruan.

Sebab itu tiap lelucon bisa diartikan sebagai parodi. Parodi, peniruan yang dibengkokkan pada saat yang menentukan, kita temukan misalnya dalam cerita wayang yang terkenal, Petruk Jadi Raja. Di sini, sang badut yang datang dari kelas jelata bertakhta di Kerajaan Lojitengara dan bergelar Prabu Welgeduwelbeh.

Pada momen itu, yang lucu, yang komik, munculâ€"meskipun itu semua berhenti ketika lakon ini jadi sebuah satire. "Satire is a lesson, parody is a game," kata novelis Vladimir Nabokov dalam sebuah wawancara. Satire bisa agresif dalam memperlihatkan kebodohan, keculasan, atau ketidakadilan, semacam ajaran dan advokasi agar semua itu tak dilakukan lagi. Sebab itu satire tak merasa perlu jadi lucu. Lakon Petruk Jadi Raja, ketika bermaksud mencemooh orang bawah ketika berkuasa, akan menusuk hati bagi yang terkena; ia tak membuatnya terbahak-bahak.

Parodi, sebaliknya, lebih cenderung nakal, jahil, tapi tanpa sikap militan yang menghantam sasaran. Di dalamnya ada sifat humor yang mendasar. Di dalamnya tertawa adalah untuk kami dan sekaligus untuk kita. "Tertawa tampaknya butuh sebuah gema," kata Henri Bergson dalam risalahnya tentang tertawa. Ketika kita tertawa sendirian di perpustakaan membaca sebuah lelucon, kita sebenarnya tertawa bersama dengan orang lain, entah di mana, baik dengan si pembuat lelucon itu maupun mereka yang membaca lelucon yang sama.

Tapi sifat sosial humor tak cuma di situ. Jika satire sering tak lucu tapi menusuk, itu karena ia disuarakan sebuah subyek yangâ€"seperti dalam perang propagandaâ€"tegas, tajam, galak, memandang sasaran sebagai sesuatu yang harus dijatuhkan. Satire bukan kelaziman para punakawan dalam wayang. Mereka lucu benar karena tak menampilkan diri perkasa.

Sejak awal, mereka subyek-dalam-keterbatasan: jelek, tak anggun, bahkan cacat. Mereka memandang dunia sebagai proyeksi diri mereka: sesuatu yang rumpang, tak beres, tapi tetap bisa ditanggungkan jika kita mengambil jarak dari kerumpangan itu.

Ada kearifan dalam sikap itu, seperti kearifan Semar yang berjalan jauh mengikuti pengembaraan Arjuna. Orang tua ini tertawa ketika jalan terjal mendaki dan menangis ketika jalan turun landai. Hidup kita sambut justru karena kesulitan akan digantikan kemudahan, dan sebaliknya. Dengan kata lain: fana. Tapi juga dalam kefanaan, yang tragis tak mungkin diingkari.

"Comedy is a tragedy plus time," kata Woody Allen. Dunia, seperti dipetuahkan para aulia, memimpikan surga karena ia bukan surga. Malapetaka selalu terjadi. Hanya dengan jarak waktu kita bisa melihatnya sambil tertawa. Dengan komedi, kita menaruh yang tragis di dalam kurungan, beberapa saat.

Seperti tokoh Cecilia dalam film Woody Allen The Purple Rose of Cairo. Ia, pekerja restoran yang dianiaya suami, hanya bisa menghibur diri di bioskop. Suatu hari, ia mendapatkan bahwa tokoh utama film yang ditontonnya tiba-tiba turun dari layar putih dan jatuh cinta kepadanya. Ia berbahagia sekali. "I just met a wonderful new man! He's fictional, but you can't have everything." Ia tahu laki-laki ganteng dan baik budi itu hanya fiktif. Tapi dalam hidupnya yang rudin, ia tak meminta banyak.

Melankoli itu membuat kita tersenyum. Cecilia yang konyol. Cecilia yang bersyukur di tengah kemuraman. Cecilia kita.

Goenawan Mohamad


Ciuman !





Humor : Arti Ciuman Menurut Para Dosen

Dosen Fisika : Ciuman adalah gaya tarik menarik antara dua mulut dimana jarak antara satu titik dengan titik yang lain adalah nol.

Dosen Kimia : Ciuman adalah reaksi akibat interaksi dari senyawa yang dikeluarkan oleh dua hati.

Dosen Mikrobiologi : Ciuman adalah pertukaran bakteri uniseksual di dalam air liur.

Dosen Biologi : Ciuman adalah menyatunya dua otot orbicularisoris dalam keadaan kontraksi.

Dosen Ekonomi : Ciuman adalah sesuatu dimana permintaan lebih besar daripada penawaran.

Dosen Statistik : Ciuman adalah kejadian yang peluangnya bisa sangat tergantung dari angka statistik berikut: 36-24-36.

Dosen Teknik : Ciuman? Apa itu..?

Dosen elektro : Ciuman Adalah bertemu antara ion positif dan negatif yang mengakibatkan arus lemah menjadi arus kuat…!!

Dosen Kedokteran : Ciuman adalah proses pendiaknosaaan fisik secara langsung yang berakibakan aliran darah ke organ reproduksi meningkat.

Dosen psikologi : Ciuman adalah proses penjiwaan terhadap pola piker seseorang untuk mengetahui akan kenikmatan….

Ciuman menurut dosen program komputer : If kiss >= Hot then go to bed room else go to bathroom end.

Ciuman Menurut Dosen Seni : Ciuman adalah sesuatu yang indah bila dinikmati bersama.

Ciuman menurut guru olahraga : jika berciuman berkategori sangat hot, sama besar dengan kalori yang terbuang untuk berjalan tergopoh-gopoh (brisk walking).

Ciuman menurut dosen politik (ilmu transformasi konflik): ciuman adalah kemampuan untuk mentransformasi gesekan-gesekan konflik dari dua kelompok berbeda sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang positif (win win solution: "semua senang, semua nyaman..semua melayang).

Ciuman menurut dosen matematika (teori kemungkinan) : Ciuman itu gambling, sekarang nyium Tinggal tunggu balasannya, digampar ato dibalas cium…!!

Ciuman menurut Dosen olahraga (again) : Ciuman adalah suatu peregangan & pemanasan  untuk "olahraga" yang lebih berat….

Menurut dosen kewiraan : Ciuman adalah hak yang dimiliki oleh seorang pasangan yang hubungannya telah diakui oleh negara berdasarkan hukum dan undang-undang yang berlaku.

Menurut dosen bahasa : Ciuman adalah berasal dari sebuah kata dasar "cium" yang mendapatkan akhiran "an".

Menurut dosen seksiologi : Ciuman adalah suatu teknik rangsangan dan pemanasan (foreplay) dimana tahapan ini menyentuh titik titik rangsangan di seluruh tubuh…

Menurut anaknya dosen : Ciuman adalah temannya ciunyil, ciucrit, ciusrok. Bisa juga berarti sudah sadar dari pingsan .


The Jakarta Post


From: A.Syauqi Yahya 


The Jakarta Post Tidak Akan Mempertaruhkan Kredibilitasnya

Equalaws Consultant
14 Apr 2014 | 20:36

Sumber: Media Online The Jakarta Post. (www.thejakartapost.com)

Sangat menarik membaca artikel yang ditulis oleh Kompasianer Mawalu yang berjudul "Jokowi Diusir Puan Maharani, The Jakarta Post Kehilangan Kepercayaan Pembacanya" dan dijadikan headline oleh Kompasiana. Kompasiana pun seperti biasa memberikan judul pendukungnya terhadap artikel yang berhasil menjadi headline. Kali ini judul pendukung tersebut berjudul "Jokowi Diusir Puan, The Jakarta Post Kredibel?"

Kali ini penulis tidak bermaksud membela The Jakarta Post ataupun Puan Maharani maupun Jokowi atas berita yang dituliskan oleh The Jakarta Post dengan judul "Jokowi shrugs off infighting" yang dituliskan oleh Hans David Tampubolon dan sempat menjadi headline di The Jakarta Post pada hari Sabtu, 11 April 2014 lalu. Penulis akan berbagi sekelumit pengalaman terkait hubungan penulis dengan The Jakarta Post selama ini. Pada khususnya pengalaman terkait pemberitaan yang dilakukan oleh wartawan The Jakarta Post beberapa tahun yang lalu.

Pada tanggal 27 Juli 2002, penulis pernah diwawancarai oleh wartawan The Jakarta Post dengan judul beritanya "AEKI starts Rp 1b coffe-drinking drive". Selain itu The Jakarta Post pun pernah memberitakan perkara yang pernah ditangani oleh penulis dan tim beberapa tahun yang lalu. Adapun terkait perkara yang ditangani tersebut dituliskan menjadi berita dengan judul "Megawati, Hamzah, Amien morally responsible for scam: lawyer", serta ditayangkan pada tanggal 3 September 2002 dan berita tersebut masuk dalam "Indonesia News Digest No 34 – September 2-8, 2002" pada situs asia-pacific-solidarity.net.

Selain hal tersebut di atas, penulis pun pernah meminta bantuan kepada The Jakarta Post terkait kegiatan penulis sewaktu membantu Asosiasi Bisnis Alih Daya Indonesia (ABADI) terkait outsourcing. The Jakarta Post pun pada akhirnya menurunkan tulisannya yang berjudul "Outsourcing rule leads to kickbacks, confusion" pada tanggal 22 November 2013. Apa yang sebenarnya ingin penulis sampaikan pada kali ini?

Sebagaimana kita ketahui bersama, peraturan perundang-undangan tentang jurnalisme telah diatur di dalam UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers (UU Pers). UU Pers tersebut menjamin kebebasan pers, namun kebebasan yang bukan tanpa batas. Bilamana para wartawan atau pekerja pers melakukan delik pers, maka dapat dituntut secara hukum.

Selain UU Pers tersebut, para pekerja pers yang menggunakan media online dapat juga dijerat dengan menggunakan UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Pada praktiknya, tidak hanya kedua UU tersebut yang digunakan untuk menjerat para pekerja pers ataupun medianya. Beberapa ketentuan di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (UU Penyiaran) bilamana menggunakan elektronik (televisi dan radio), UU No. 40 Tahun 2008 tentang Pornografi, UU No. 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara, UU No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial dan peraturan perundang-undangan lainnya, dapat pula digunakan terkait kejahatan/pelanggaran yang dilakukan oleh pers.

Dalam Kode Etik Jurnalistik (KEJ) pun telah ditentukan rambu-rambu bagi pekerja pers dalam memberitakan sesuatu peristiwa. Adapun Kode Etik Jurnalistik yang berlaku di Indonesia telah ditetapkan oleh Dewan Pers melalui Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 03/SK-DP/III/2006 Tentang Kode Etik Jurnalistik. Syofiardi Bachyul Jb, Roni Saputra dan Andika D. Khagen dalam bukunya yang berjudul "Memahami Hukum Pers", menyatakan bahwasanya KEJ dapat dijabarkan ke kode perilaku sebagai berikut: Independen, Niat yang Baik, Selalu Mencari Kebenaran, Menghormati Perbedaan, Asas Praduga Tak Bersalah, Patuh pada Aturan Profesional dan Menjaga Kesopanan.

Selain itu bilamana Puan Maharani ataupun Jokowi merasa pemberitaan yang diberitakan The Jakarta Post tersebut tidak benar adanya, maka mereka dapat memberikan hak jawab kepada The Jakarta Post. Bilamana mereka tidak menggunakan hak jawab tersebut, maka penulis dan pembaca lainnya dapat sependapat dan membenarkan pemberitaan The Jakarta Post. Apakah hal tersebut telah dilakukan oleh Puan Maharani ataupun Jokowi? Wallahu a'la

Salam keadilan… ;)

Referensi:
- Syofiardi Bachyul Jb, Roni Saputra dan Andika D. Khagen, Memahami Hukum Pers, LBH Pers Padang dan Yayasan TIFA, Padang: 2013.
Dibaca : 286 kali

--

6.13.2014

Iki ndak nggon Tomy sing nakal kae...?


From: Dadang Magelang Jawa


Payah tenan iki....
Wingi untuk jalan toll wae ijine susah...ora oleh makai lahan mangrove...

Rabu, 11 Juni 2014, 22:53 WIB
SBY Terbitkan Peraturan Presiden Reklamasi Teluk Benoa
Feri Kristianto
Share: Twitter | Facebook | Follow Us | Mail

Bisnis.com, DENPASAR—Di akhir masa kepemimpinannya, Presiden Susilo Bambang Yudhono merestui reklamasi Teluk Benoa, Bali, meskipun mendapatkan penolakan yang luas dari masyarakat Pulau Dewata.

Restu Presiden tersebut tercermin dari penerbitan Peraturan Presiden No.51/2014 tentang rencana tata ruang kawasan perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita).

Salah satu poin terpenting dari aturan tersebut adalah mengubah peruntukkan Perairan Teluk Benoa dari kawasan konservasi perairan menjadi zona budi daya yang dapat direklamasi maksimal seluas 700 Hektare.

Aturan yang ditetapkan 30 Mei 2014 tersebut merevisi Peraturan Presiden No.45/2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Sarbagita yang memasukkan kawasan Teluk Benoa sebagai kawasan konservasi perairan.

Lebih  rinci, aturan tersebut juga mengubah kawasan konservasi pulau kecil dari seluruh Pulau Serangan dan Pudut, menjadi sebagian Pulau serangan dan Pudut.

Dalam aturan tersebut juga menghapus besaran luas taman Hutan Raya Ngurah Rai sebagai kawasan pelestarian alam. Dalam aturan sebelumnya ditetapkan secara spesifik luas taman Hutan Raya Ngurah Rai, yakni 1.375 hektar.

Pepres anyar tersebut menetapkan zona budi daya baru, yakni zona P yang merupakan zona perairan pesisir dengan karakteristik kawasan teluk.

Zona P berfungsi sebagai kawasan pemanfaatan umum yang potensial untuk kegiatan kelautan, perikanan, kepelabuhanan, transportasi, pariwisata, pengembangan ekonomi, permukiman, sosial budaya, dan agama.

Zona P yang dimaksud adalah kawasan Teluk Benoa. Lokasi Teluk Benoa Kabupaten Badung berada di timur Bandara Ngurah Rai Bali, dan dilintasi oleh Jalan Tol Bali Mandara.

Di sekitar kawasan ini terdapat Pelabuhan Benoa, dan wisata perairan Tanjung Benoa.  Di lokasi ini pula, Presiden SBY bersama pemain klub Real Madrid Cristiano Ronaldo pernah menanam mangrove sekitar setahun lalu.

Rencananya di lokasi inilah, PT Tirta Wahana Bali Internasional akan mereklamasi  lahan seluas 831 Ha untuk dimanfaatkan sebagai pusat wisata dengan nilai investasi sekitar Rp30 triliun.

Sebelumnya, upaya anak usaha Artha Graha itu terbentur aturan Perpres No.45/2011 karena kawasan Teluk Benoa termasuk dalam areal konservasi perairan.

Editor : Donald Banjarnahor

--

Kq qqq q qqq




ARTI KETAWA ALA GAYA POLITISI
Berbagai macam jenis gaya tertawa yang punya makna, dipandang dari sudut filosofi psikogrogi dan ketawalogi.
1. Ketawa ha-ha-ha-ha
Orang yang punya jenis ketawa ini mempunyai sifat penggembira, sehingga sangat cocok sebagai penggembira kongres, penggembira PON maupun event mega proyek apa saja yang membutuhkan kegembiraan. Ciri khas orang jenis ini adalah suka minum soda gembira dan lebih suka kongkow di gembira loka.
Selain sifat gembira, sifat berani dan terbuka juga dimilikinya, tetapi belum tentu berani buka bukaan apa saja, misalnya membuka skandal century maupun hambalang, apalagi sampai membuka pakaian orang lain.
2. Ketawa hi-hi-hi-hi
Orangnya pemalu, cenderung menghindari tindakan yang memalukan, sangat malu untuk dipermalukan. Cinta keluarga, terutama keluarga sendiri dan keluarga berencana (beberapa ada yang sudah menjadi tokoh teladan KB lestari). Gemar lelucon dan dagelan, terutama dagelan mengenai politik dagang sapi maupun daging sapi. Sangat pintar menyimpan uang, misalnya uang DP anggaran, uang hasil arisan korupsi, tetapi bukan uang palsu.
3. Ketawa he-he-he-he
Orangnya berani, terutama menghadapi hal hal yang tidak menakutkan, misalnya berani malu mengambil uang rakyat, berani digantung di Monas maupun berani membuat BUMN menjadi sapi perah. Mempunyai jiwa humor yang tinggi, yang membuat para konstituennya tertawa menyaksikan kebodohannya.
4. Ketawa ho-ho-ho-ho
Berjiwa tekun, tapi tidak pikun, meskipun tidak berbakat menjadi dukun. Bukan pekerja keras dan suka keindahan, meskipun kadang kadang mengeras saat melihat keindahan. Watak selanjutnya adalah keras kepala, sehingga sering dimanfaatkan kepalanya untuk memecahkan kebekuan proyek proyek di birokrasi, misalnya pada kepala bagian, kepala biro, maupun kepala departemen, tapi tidak dengan kepala suku.
5. Ketawa hu-hu-hu-hu
Punya daya tarik (dalam beberapa event 17 an dikampung, selalu terpilih menjadi peserta tarik tambang). Pecinta buku, terutama buku tamu, buku harian dan buku tabungan, tidak termasuk buku catatan si boy. Berbakat menjadi penyanyi, terutama nyanyi dirumah rumah dan di warung tenda, juga nyanyi dari jeruji mengenai aliran dana yang dikorupsi. Banyak diantaranya sukses menjadi artis karbitan,tetapi lebih banyak menjadi pesakitan.
6. Ketawa hik-hik-hik-hik
Konon dijuluki "ketawa tikus". Banyak memiliki teman, terutama teman seperjuangan, teman sependeritaan, teman seperguruan, bahkan teman tapi mesra. Suka menghadapi tantangan, terutama tantangan alam dan tantangan jaman. Raji bekerja, apalagi bila diberi imbalan gratifikasi yang luar biasa seperti gratifikasi mobil mewah dan gratifikasi esek esek. Murah hati, terutama menjelang pemilu atau pemilihan kepala daerah.
7. Ketawa huk-huk-huk-huk
Ketawa yang terkesan seperti suara peliharaan ini mempunyai arti punya tanggung jawab. artinya, bila ada yang menanggung, maka selalu siap untuk menjawab. Dapat menjadi pendengar yang baik, tapi hanya mendengarkan tidak melakukan tibdakan. Ciri paling populer adalah mereka makan secukupnya, misalkan cukup kenyang dan cukup mewah. Tidak pernah menuntut, kecuali menuntut ganti rugi atas jasanya melobby para menteri dan petinggi supaya anggaran dapat segera direalisasi.
Demikian hasil riset bidang ketawalogi, sampai saat ini baru mendapatkan 7 jenis ketawa, semoga setelah Pemilu 2014 nanti banyak menemukan jenis ketawa yang warna warni akibat banyaknya politisi yang terjerat kasus korupsi.


cita2 murid




Cita-Cita Murid

Di kelas terlihat seorang guru sedang menanyakan cita-cita kepada murid-muridnya.

Guru : "Supeno apa cita-citamu kalau suda besar?"

Supeno : "Saya mau jadi polisi Pak. Kalau ada penjahat yang jahatin Bapak, bisa saya tembak. Gratis buat Pak Guru"

Guru : "Bagus sekali, Bapak terharu." "Kalau kamu Windha?"

Windha : "Saya mau jadi dokter Pak. Kalau Bapak sakitm saya akan mengobati Pak Guru gratis"

Guru : "Oh WIndha, Bapak jadi tersanjung." "Sekarang giliran Paijo neeh...."

Guru : "Paijo, apa cita-cita kamu?"

Paijo : "Saya mau jadi tukang gali kubur Pak"

Guru : "Lah Kenapa? Apa nggak ada yang lain?

Paijo : "Nggak Pak saya kepinginnya begitu"

Guru : "Kenapa? Alasannya?

Paijo : "Kalau nanti Bapak digangguin penjahat tapi Supeno gagal menangkapnya. Terus penjahat itu melukai Bapak. tpai Windha juga gagal mengobati. yaah saya tinggal menyiapkan kuburannya buat Pak Guru GRAAAATEEEEEEES"

Guru : "Dasar anak kampreeeeet!!!!"

kesempatan untuk para paranormal jika memang tahu...


From: Suhardono


Senin, 09/06/2014 10:10 WIB
Imbalan 5 Juta Dolar Bagi Pengungkap Misteri MH370

ABC Australia - detikNews
Jakarta - Sejumlah keluarga penumpang pesawat MH370 meluncurkan gerakan pengumpulan dana sebesar $5 juta untuk dihadiahkan kepada orang 'dalam' yang berani mengungkapkan dan menuntaskan misteri hilangnya pesawat tersebut 3 bulan lalu.

Dalam rilisnya, keluarga korban menyatakan kampanye "Hadiah MH370" diluncurkan bersamaan dengan peluncuran website penggalangan dana Indiegogo yang mentargetkan sumbangan senilai $5 juta untuk mendorong whistleblower membeberkan informasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi dengan pesawat MH370.

Maskapai Malaysia itu hilang kontak pada 8 Maret 2014 lalu dalam rute penerbangan dari Kuala Lumpur menuju Beijing dengan membawa 239 orang penumpang, dimana sepertiganya adalah warga negara China.

Boeing 777 diyakini jatuh di Samudera Hindia Selatan, namun pencarian besar-besaran yang melibatkan tim pencari internasional hingga kini belum berhasil menemukan reruntuhan pesawat. Hal ini menyebabkan keluarga penumpang merasa frustasi dan keluarga korban yang marah menuding kecelakaan ini memang sengaja ditutup-tutupi.

"Kami yakin, kalau di suatu tempat, seseorang ada yang mengetahui sesuatu terkait apa yang sebenarnya terjadi dengan pesawat ini, dan kami berharap imbalan ini akan mendorongnya untuk muncul dan buka suara," kata Ethan Hunt, Direktur perusahaan teknologi yang memimpin proyek imbalan ini.

Sarah Bajc, pasangan dari penumpang berkewarganegaraa Amerika, Philip Wood, mengatakan sejumlah kecil keluarga korban mendukung proyek ini guna mengungkap misteri kasus penerbangan ini dengan 'cara pandang yang baru &rsquo.

"Pemerintah dan lembaga terkait lainnya telah melakukan upaya terbaik mereka, tapi sejauh ini belum berhasil mengungkapkan satu bukti apapun, mungkin karena pendekatan yang tidak tepat maupun kesalahan lokasi pencarian yang disengaja oleh seseorang atau lebih dari sejumlah individu, &rsquo kata mereka dalam rilis tersebut.

Malaysia dan Australia, yang memimpin pencarian di Samudera Hindia Selatan berjanji akan terus melanjutkan pencarian pesawat MH370.

Pencarian reruntuhan pesawat itu difokuskan pada area lengkung ke-7 di Samudera Hindia.

Biro Keselamatan Transportasi Australia mengatakan kawasan pesisir di ; Australia Barat diyakini sebagai lokasi terakhir yang dilintasi pesawat naas itu sebelum kandas karena kehabisan bahan bakar dan jatuh ke laut.

Lokasi itu juga menjadi area dimana tercatat kontak terakhir dengan pesawat MH370 yang sempat terekam data satelit.

Australia juga merilis permintaan untuk mentenderkan perusahaan yang akan terlibat sebagai kontraktor utama dan memberikan keahlian, peralatan dan kapal yang dibutuhkan untuk melaksanakan pencarian di bawah laut pada Agustus mendatang.
;
Awal bulan ini terungkap bahwa ping akustik yang diduga dari kotak hitam pesawat itu ternyata tidak terkait dengan pesawat.
Ping itu mendorong pencarian multinasional yang meliputi kawasan seluas 4.640.000 kilometer persegi tapi tidak ada tanda-tanda reruntuhan dari pesawat yang hilang.
;
Sekarang sinyal ping yang didapat para pencari mungkin berasal dari salah satu kapal pencari.

Malaysia – yang diperintah oleh koalisi yang sama sejak tahun 1957, menjadi bulan-bulanan kemarahan dan kritik dari pihak keluarga korban yang marah.

Negara di Asia Tenggara itu bersikeras telah melakukan segala sesuatu yang bisa dilakukan dengan bekerja sama dengan Australia, China dan negara-negara lain untuk menemukan pesawat tersebut.
--