1.29.2014

Smash lagi ......


Dari: <djuliadi55@gmail.com>

>
> Anas: Seandainya Saya SBY, Saya Antar Ibas ke KPK
>
> 
>
> Rabu, 29 Januari 2014 | 09:27 WIB
>
>
> JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Ketua Umum DPP Demokrat, Anas Urbaningrum, kembali mengeluarkan pernyataan terkait Susilo Bambang Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas. Melalui kuasa hukumnya, Firman Wijaya, Anas meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adil dalam menangani kasus Hambalang. Anas, yang kini mendekam di Rumah Tahanan KPK, adalah tersangka kasus dugaan gratifikasi terkait proyek Hambalang. Pernyataan Anas melalui pengacaranya ini merespons polemik tentang pemeriksaan Ibas dalam kasus itu.
>
> "Ini terkait posisi Mas Ibas yang ramai dibicarakan terkait keterangan Nazar dan Yulianis. Mas Anas berpesan 'Seandainya saya SBY, saya akan mengantar sendiri Mas Ibas ke KPK'," kata Firman Wijaya menirukan pernyataan Anas, seusai menjenguk kliennya di Rutan KPK, Jakarta, Selasa (28/1/2014).
>
> Firman mengatakan, selama ini Anas kooperatif dengan penyidik. Oleh karena itu, ia berharap KPK adil dalam menangani kasus tersebut.
>
> Secara terpisah, seperti dikutip Kompas, Rabu (29/1/2014), Palmer Situmorang, Ketua Tim Advokat dan Konsultan Hukum Susilo Bambang Yudhoyono dan Keluarga, memastikan, Ibas akan memenuhi panggilan KPK jika dipanggil lembaga itu.
>
> "Tidak ada keengganan sama sekali dari kami. Bapak SBY selalu mendukung kerja KPK," ujarnya.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> --

Anas yang Kian Menyebalkan


Dari: "A.Syauqi Yahya"

> Quote
> Untuk bung Anas, Jadilah politisi yang tabah, jangan cengeng, bukalah apa yang perlu dibuka sejelas-jelasnya. Publik sudah bosan dengan metafora dan sindiran tiada guna.
> Unquote
>
> Hmm......./kung
>
> Anas yang Kian Menyebalkan
>
> Cerita buku Harry Potter pun disamakannya dengan kasus yang kini membelitnya. Duhhh… Nampaknya Anas sedang belajar menjadi penulis fiksi yang hebat seperti J.K Rowling J
>
> Twitter Anas; @anasurbaningrum baik sebelum sang empunya ditahan maupun setelah ditahan penulis menilai sama menyebalkannya. Kenapa? Karena sejak Anas lengser dari jabatannya sebagai ketum partai Demokrat, isi twitter Anas dan juga sebagian besar pernyataannya di media bernuansa sindiran, berbalut metafor kepada partai biru yang dulu sempat melambungkan namanya dan dikatakan sendiri oleh Anas sebagai ‘cinta pertamanya’ di dunia politik.
>
> Penulis pribadi bukan sebagai orang yang pro kubu Anas atau SBY tetapi apa yang dituliskan, dikatakan, dan dilakukan Anas menurut penulis adalah sesuatu yang jauh dari sifat kesatria yang selama ini coba dikonstruksi oleh Anas dan para loyalisnya.
>
> Hemmm… Coba kita renungkan Seorang kesatria akan menumpas lawannya dengan cara yang jantan tapi sekaligus elegan. Bukan menyindir dengan ‘No mention’ melalui akun sosmed dan kata-kata penuh metafor yang membuat gemas publik serta awak media. Dalam akun twitter Anas istilah ‘No Mention’ sepertinya diganti dengan #YouKnowWho dan #Sadisme politik yang dipopulerkannya beberapa hari belakangan ini dimana isi tweet- tweet dengan hashtag tersebut penuh dengan sindiran yang dialamatkan kepada seseorang.. Siapa orang itu, publik pasti sudah tahu bersama.
>
> Menurut hemat Penulis, cara menyindir seperti itulah yang dikatakan menyebalkan karena, publik pasti bisa melihat bagaimana Anas sebelum lengser sebagai ketum Demokrat getol sekali memuji SBY dan partai demokrat seperti yang terlihat pada; http://m.okezone.com/read/2012/09/05/339/685650 dimana berita tersebut berjudul Anas Sebut Demokrat Akan Jadi Yang terbaik di 2014. Berita itu diliput tahun 2012 dimana saat it AU masih menjabat sebagai ketum partai biru dan masih getol memuji SBY,
>
> Bacalah baik-baik berita itu, disitu Anas menerangkan bahwa salah satu ukuran kesuksesan Partai Demokrat dalam Pemilu 2014 nanti adalah konsolidasi partai yang berjalan dengan baik, dan berbuah kemenangan pada Pemilu 2014,”
>
> Nah kata-kata Anas pada tahun 2012 lalu itu sungguh berkebalikan dengan sikapnya sekarang yang getol menyindir. Inilah yang disebut menyebalkan. Sudah kalah tidak mau terima, sudah lengser tidak legowo malah seperti tupai. Loncat sana, loncat sini mencari dahan pohon yang aman untuk pegangan.
>
> Kembali menyoroti aktivitas Anas di dunia maya, dapat dilihat terjadi perubahan Biografi (Bio) di twitternya dimana sebelum ditahan adalah; pembaca Mahabharata, abahnya AkNaJiMa (Akmal, Nawal, Najih, Najma), Pecinta Kuliner Nusantara, Penulis, Seneng Bal-Balan se
>
> Sekarang setelah ditahan menjadi; “Tirakat Mencari Keadilan; Akun ini dikelola oleh tim admin, tweet dengan tanda bintang (*) abah berasal dari AU.”
>
> Publik bisa menilai dimana perubahan dari bio pertama ke Bio kedua adalah sarat dengan sindiran berdasarkan pilihan katanya. Disitu juga tertulis kalimat: Tirakat; mencari keadilan hemm… Coba dinalar dengan logika sederhana; keadilan apa yang akan didapat Anas dan rakyat Indonesia, jika yang dilakukan Anas hanya menyindir-nyindir terus, bukannya membuka halaman demi halaman yang dia janjikan? Lalu “Tweet dengan tanda bintang (*abah) berasal dari AU”. Seperti bisa dilihat di twitter abas bahwa tweet bertanda *Abah yang (katanya) berasal dari AU makin banyak akhir- akhir ini. Lalu bagaimana bisa Anas memasukan perangkat elektronik ke rutan KPK hingga Anas bisa ber-tweet ria, bukankah kalau benar perangkat elektronik itu bisa masuk kedalam rutan berati Anas juga telah curang dan melanggar aturan seperti yang terpapar diatas. Nah ini satu lagi yang menyebalkan, dirinya sendiri curang tapi berteriak orang lain curang, sungguh tak layak untuk dicontoh.
>
> Satu lagi kelakuan Anas yang penulis anggap menyebalkan yaitu suka menyalahkan orang dan keadaan seperti terlihat dalam tweet-tweet nya yang bertagar #SadismePolitik dan #YouKnowWho Pertanyaannya kalau sekarang dia terkena kasus kenapa dia harus menyalahkan politik, jalan yang dulu dipilihnya? Padahal dengan dia mematangkan diri sebagai organisatoris yang handal dan kuliah dijurusan yang berhubungan dengan politik itu artinya dia sudah bersiap untuk terjun ke dunia politik, setelah kesempatan itu datang lalu ia mereguk dunia politik via partai demokrat, namun setelah kena kasus kenapa politik yang disalahkan padahal politik hanyalah alat dan manusialah yang bertindak sebagai usernya. Lalu kenapa pula Anas mesti menggunakan tagar #YouKnowWho untuk menyindir lawan politiknya, yang notabene dulu adalah ‘Kekasih’ yang amat dicintainya. Ini menunjukan sikap ketidakikhlasan dalam menerima kekalahan dan keadaan. Berbeda 180 derajat dari apa yang sering keluar dari mulut Anas, bahwa “Saya Nerimo” yang tentunya dengan tindak-tanduk yang bagai bunglon membuat rakyat justru hilang simpati terhadap Anas.
>
> Untuk bung Anas, Jadilah politisi yang tabah, jangan cengeng, bukalah apa yang perlu dibuka sejelas-jelasnya. Publik sudah bosan dengan metafora dan sindiran tiada guna.
>
> Anas…
>
> Tunjukanlah bahwa kau cerdas
>
> Buktukan kharismamu belum kandas
>
> Tunjukan korupsi wajib ditebas
>
> Jangan hanya meracau tak jelas
>
> Justru membuatmu terlihat tak berkelas
>
> Salam anti Pencitraan
>
> Sumber Berita Okezone.com
>
> Dibaca : 47 kali
> Penulis : Syifa Ann
>
> --

Mendobrak Stagnasi Pemanfaatan Panas Bumi


Dari: "suhardono"

>
> Rabu, 29/01/2014 15:49 WIB
> Mendobrak Stagnasi Pemanfaatan Panas Bumi
> Ahmad Redi - detikNews
> http://news.detik.com/read/2014/01/29/154944/2482162/103/2/mendobrak-stagnasi-pemanfaatan-panas-bumi
>
>  
>
> Jakarta - Krisis listrik di beberapa daerah Indonesia ahir-akhir ini menjadi pertanda bahwa telah terjadi ledakan ‘bom waktu’ atas lambannya upaya pembentukan dan penerapan kebijakan pemanfaatan sumber energi alternatif di Indonesia. Selain bahwa krisis tersebut juga diakibatkan oleh lambatnya pembangunan jaringan transmisi listrik karena berbagai kendala di antaranya kendala perizinan. Ketergantungan pembangkit tenaga listrik dari sumber energi fosil yang berasal dari minyak bumi berakibat pada semakin high cost-nya penggunaan minyak bumi bagi kepentingan kelistrikan nasional. Hal tersebut dilihat dari besarnya subsidi listrik pada tahun 2013 yang mencapai Rp 78,63 triliun.
>
> Ironis, padahal Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi energi alternatif berupa sumber energi panas bumi yang sangat besar. Menurut catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral terdapat 299 lokasi panas bumi dengan total potensi 28.617 megawatt (MW) atau 40 persen dari potensi panas bumi dunia, sayangnya saat ini pengembangannya hanya sekitar 1.341 MA atau 4,6 persen dari potensi yang ada.
>
> Dalam hal aspek lingkungan, panas bumi merupakan sumber energi terbarukan yang proses pembentukannya terus-menerus sepanjang masa selama kondisi lingkungan dapat terjaga keseimbangannya. Sifat sumber energi panas bumi pun tidak dapat diekspor sehingga pemanfaatannya ditujukan hanya untuk mencukupi kebutuhan energi domestik. Dasar tersebut-lah yang sepertinya menjadi modus vivendi Pemerintah dan DPR untuk mengubah Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi yang dianggap tidak aplikatif.
>
> Hambatan UU Kehutanan
>
> Tidak berjalannya UU No.27 Tahun 2003 disebabkan beberapa faktor, antara lain ketegorisasi panas bumi sebagai kegiatan pertambangan, tidak dikotominya pamanfaatan langsung dan tidak langsung panas bumi, serta tidak mampunya UU No.27 Tahun 2003 bekerja di dalam kawasan hutan khususnya kawasan konservasi yang potensi panas buminya melimpah.
>
> Pertama, ketegorisasi ‘penambangan’ yang mempersempit ruang gerak panas bumi dalam kawasan hutan. Berbeda dengan kegiatan minyak dan gas bumi yang dalam UU No. 22 Tahun 2001 tidak dikategorisasikan ke dalam kegiatan pertambangan namun UU No.27 Tahun 2003 mengatur panas bumi sebagai kegiatan pertambangan. Hal ini menjadi kendala penerapan pemanfaatan panas bumi dalam kawasan hutan karena kegiatan pertambangan ‘haram’ dilakukan dalam kawasan hutan konservasi dan hutan lindung, untuk hutan lindung pun hanya dapat dilakukan dengan skema tambang tertutup.
>
> Hal tersebut sebagaimana diatur dalam UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan UU No. 5 Tahun 1990 tentang Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya. Padahal potensi panas bumi mayoritas terdapat dalam kawasan hutan konservasi. Upaya reformulasi pernah dilakukan misalnya melalui pengaturan dalam PP No.28 tahun 2011 yang mengatur bahwa pemanfaatan energi panas dapat dilakukan dalam kawasan hutan melalui skema izin usaha jasa lingkungan. Namun, reformulasi tersebut tidak mampu mendobrak ‘keharaman’ pemanfaatan panas bumi dalam kawasan hutan konservasi
>
> Kedua, permasalahan tidak dikotominya pemanfaatan langsung dan tidak langsung. Dalam UU No. 27 Tahun 2003, pemanfaatan panas bumi hanya fokus pada kegiatan untuk pembangkit tenaga listrik dengan tahapan survei pendahuluan, eksplorasi, studi kelayakan, eksploitasi, dan pemanfaatan. Pengaturan tahapan ini akan mengunci pemanfaatan langsung untuk kegiatan pembangkit tenaga listrik bukan untuk kepentingan umum, artinya bagi pemanfaatan langsung untuk listrik bagi kepentingan sendiri tidak dapat dijalankan apabila tahapannya dilakukan sesuai dengan tahapan dalam UU No. 27 Tahun 2003.
>
> Ketiga, tidak-mampunya UU No.27 Tahun 2003 bekerja di kawasan hutan konservasi. Dalam UU No.5 Tahun 1990 kawasan hutan konservasi hanya dapat dimanfaatan terbatas pada kegiatan: penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, wisata terbatas, dan kegiatan lainnya yang menunjang budidaya. Pemanfaatan tersebut tergantung dengan status kawasan tersebut, yaitu termasuk kawasan pelestarian alam (taman nasional, taman hutan raya, taman nasional) atau kawasan suaka alam (cagar alam, suaka margasatwa). Pembatasan pemanfaatan tersebut, menutup kemungkinan pemanfaatan panas bumi dalam kawasan hutan.
>
> Akrobat Hukum
>
> Perubahan UU No.27 Tahun 2003 menjadi akrobat hukum agar kebijakan pemanfaatan panas bumi dapat berjalan. Namun, perlu disadari bahwa kendala pemanfaatan dalam kawasan hutan bersinggungan pula dengan UU No.41 Tahun 1999 dan UU No.5 Tahun 1990. Kawasan hutan sebagai wilayah yang akan dimanfaatan dalam pengusahaan panas bumi tunduk pada ketentuan perundangan tersebut.
>
> Artinya walaupun UU No.27 Tahun 2003 diubah dengan pengaturan yang baru, namun dalam UU No.5 Tahun 1990 kewasan hutan konservasi hanya dapat dimanfaatan terbatas pada kegiatan penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, wisata terbatas, dan kegiatan lainnya yang menunjang budidaya, sehingga ‘haram’ hukumnya selain kegiatan tersebut dilakukan dalam kawasan koservasi.
>
> Begitu pula dalam kegiatan hutan produksi dan hutan lindung, sebagaimana diatur dalam Pasal 38 UU No.41 Tahun 1999 penggunaan kawasan hutan lindung dan produksi untuk kepentingan pembangunan di luar kehutanan dilakukan melalui izin pinjam pakai kawasan hutan, untuk kegiatan penambangan dalam kawasan lindung hanya dapat dilakukan melalui tambang tertutup.
>
> Berdasarkan ketentuan di bidang kehutanan tersebut maka hanya dalam kawasan hutan produksi dan lindung (hanya tambang tertutup) saja pemanfaatan panas bumi dapat dilakukan. Sedangkan dalam kawasan konservasi yang merupakan ‘gudang’ panas bumi tidak dapat disentuh oleh rezim pengaturan panas bumi. Bagaimanapun isi pengaturan baru dalam RUU tentang Panas Bumi yang mengubah UU No.27 Tahun 2003 maka tidak akan berjalan tanpa adanya pengubahan UU No.5 Tahun 1990. Berlaku asas lex specialis derogat legi generalis, yaitu bahwa pengaturan mengenai kehutanan berlaku khusus bagi setiap kegiatan pemanfaatan dalam kawasan hutan. Pengubahan UU No.5 Tahun 1990 merupakan harga mati agar pemanfaatan panas bumi dalam kawasan hutan konservasi dapat dilaksanakan.
>
> Akhirnya, upaya pemanfataan panas bumi harus disertai dengan infrastruktur hukum yang mapan dan mumpuni. Perubahan UU No.27 Tahun 2003 harus pula disertainya dengan keinginan dari DPR/Pemerintah untuk pula mengubah UU No.5 Tahun 1990. Tanpa ada perubahan UU No.5 Tahun 1990, kelak bila UU Panas Bumi yang baru disahkan, maka nasibnya sama dengan UU No.27 Tahun 2003, ia hanya akan menjadi macan kertas dan tidak aplikatif.
>
> --
> --

hendak memecahkan rekor keajaiban dunia


Dari: "A.Syauqi Yahya"

> Ahok Ngawur, Kemen PU Kerjanya Tidak Kampungan Kok!
>
> "Jadi, selama 10 sampai 20 tahun, tidak hanya nambal saja kita. Pakai teknologi kota dong, jangan kayak kampung gitu. Ini kan Ibu Kota, masa kerjanya kayak di kampung gitu," ucapnya.
>
> Kalau kita pergi ke kota tua, baik di Jakarta maupun di Semarang, kita akan melihat gedung-gedung yang masih kokoh ratusan tahun. Bahkan, istana negara didirikan tahun 1796. Atau, sudah berdiri selama 218 tahun.
>
> Indonesia punya ahli-ahli sipil yang hebat. Anda pernah dengar teknologi cakar ayam untuk jalan raya, dan teknologi sosro bahu untuk jembatan? Itu adalah karya-karya ahli-ahli sipil Indonesia. Anda tahu Bapak Beton Indonesia, Bapak Roosseno Soerjohadikoesoemo? Beliau adalah founding father dan mantan Menteri PU. Penulis buku Differential dan Integral, Perhitungan Cross serta Beton Tulang.
>
> Apakah menteri PU sekarang masih bisa mengerjakan differential dan integral?
>
> Indonesia kaya dengan para ahli. Namun jalan di ibukota masih bolong-bolog. Air hujan mengalir ke lubang yang mentok beton, tidak terhubung ke sungai. Pantas saja jalannya banjir. Lalu merusak aspal, sehingga harus ditambal lagi. Belum jalan yang sudah bagus digali lagi untuk fiber optic, gas, dan PAM. Tidak ada jalur khusus untuk pipa-pipa tersebut. Jadilah proyek tambal menambal ini proyek abadi.
>
> Dan Ahok menyebut Kemen PU kerjanya kayak di kampung. Tidak membuat jalan raya dan gedung yang bisa awet 300 tahun seperti Belanda.
>
> Pernyataan Ahok ini menunjukkan bahwa Ahok tidak bisa melihat visi kemen PU yang hendak memecahkan rekor dunia.
>
> Kalau Pyramid dibangun hanya selama 20-40 tahun, Tembok China dibangun hanya selama 276 tahun, maka Kemen PU hendak memecahkan rekor keajaiban dunia: menambal jalan ibukota dan Pantura sampai kiamat.
>
> .
>
> - Esther Wijayanti -
>
> Dibaca : 56 kali
> Penulis : Esther Lima
>
> --

1.28.2014

KPK Sita 17 mobil Wawan , antara lain Lamborghini, Ferrari, Bentley dan Roll Royce,


Dari: <syauqiyahya@gmail.com>

> Selasa, 28/01/2014 06:12 WIB
>
> Sudah 17 Kendaraan, KPK Belum Akan Berhenti Sita Aset Wawan
>
> Fajar Pratama - detikNews
>
> Jakarta - Untuk sementara ini KPK sudah menyita 17 kendaraan milik Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan. Lembaga antikorupsi ini belum akan berhenti melakukan penyitaan.
>
> "Proses masih terus berlangsung," ujar Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto kepada detikcom, Selasa (28/1/2014).
>
> Sedangkan untuk penggeledahan pada Senin malam tadi, dilakukan sampai Selasa dinihari. "KPK hingga pukul 02.30 dini hari masih terus melakukan penggeledahan dan penyitaan di beberapa tempat," ujar Bambang yang membidangi sektor penindakan KPK ini.
>
> Dari 17 kendaraan tersebut, termasuk di antaranya berupa sejumlah mobil mewah. "Seperti Lamborghini, Ferrari, Bentley dan Roll Royce," ujar Bambang.
>
> Sedangkan mobil-mobil lainnya antara lain: Dua buah Pajero, BMW, Honda Freed, 3 Innova, Avanza, Ford Fiesta dan Fortuner.
>
> Dari rumah di Jl Denpasar, penyidik menyita tiga mobil mewah: Nissan GTR warna putih B 888 GAW, Lexus B 888 ARD dan Land Cruiser B 888 TCW. Ada juga Harley Davidson.
>
> Mobil-mobil tersebut didapatkan sejumlah lokasi penggeledahan. Berikut lokasi-lokasi penggeledahan itu.
>
> 1. Rumah TCW - Jl Denpasar IV No. 35 Jaksel dan Jl Denpasar II No. 43 Jaksel
> 2. Rumah Dinas Walkot Tangsel- Jl Sutera Narada V No.16 Alam Sutera - Tangsel
> 3. Rumah Yayah Rodiah - Kompleks Grand Serang Asri Blok A3-4, Cipocok Jaya-Serang-Kompleks Griya Serang Asri K5 No.7 Serang - Banten.
> 4. Rumah Dadang Prijatna Taman Graha Asri Blok H5-9, Serang-Banten.
> 5. Rumah Dadang Sumpena Taman Graha Asri Blok CC5 no 13.
>
> Baca Juga:
>
> Dari Rumah Yayah Rodiah, KPK Bawa 6 Mobil Terkait Wawan
>
> Ini 3 Mobil Wawan yang Disita dari Rumah Dadang Sumpena di Serang
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> --
> --

Perlu Sedikit Narsis


Dari: <syauqiyahya@gmail.com>

> Jadi Bos? Anda Perlu Sedikit Narsis
>
> 
> Sabtu, 25 Januari 2014 | 09:49 WIB
>
> Kompas.com - Sedikit narsis tidak berbahaya untuk menjadi bos. Bos perlu sedikit narsis. Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang narsis melebih-lebihkan kemampuan mereka sendiri serta kurang simpatik. Namun dalam jumlah biasa saja, narsisme bisa membantu menjadi pemimpin.
>
> Peneliti Peter Harms, di University of Nebraska College of Business Administration, mengatakan bahwa narsisme dalam jumlah biasa saja memberikan keseimbangan dalam hidup antara sifat antisosial dan merasa puas dengan diri mereka sendiri. Jadi jangan berlebihan dalam narsis.
>
> Namun jika terlalu narsis maka akan melemahkan kepemimpinan. Penelitian ini rilis di jurnal Personnel Psychology. "Mereka yang narsis cenderung terbuka sehingga akan ada hubungan baik dengan bawahan," menurut Emily Grijalva, profesor psikolog di University of Illinois.
>
> Sifat negatif dari kaum narsis adalah mereka sombong, akan menjadi diktator dan senang mengeksploitasi bawahan. Di masa depan, tes kepribadian akan berbeda untuk mereka yang dijaring menjadi pemimpin. Akan sangat menarik untuk meneliti pegawai seperti apa yang cocok bekerja dengan pemimpin narsis.
>
>
>
> Editor: Lusia Kus Anna
>
> Sumber: Intisari Online
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> --
> --

Trotoar yang Sudah 'Cantik' Dirusak Galian Kabel


Dari: <syauqiyahya@gmail.com>

>  Senin, 27/01/2014 06:50 WIB
>
> Sayang Sekali, Trotoar yang Sudah 'Cantik' Dirusak Galian Kabel
>
> Edward Febriyatri Kusuma - detikNews
>
> Jakarta - Perbaikan sarana trotoar menjadi salah satu langkah Pemprov DKI untuk memanjakan pejalan kaki. Tapi sayangnya, usaha perbaikan trotoar sepertinya sia-sia, karena ada proyek perbaikan kabel yang merusak keindahan trotoar.
>
> Seperti yang dilihat detikcom di kawasan Jl Warung Buncit hingga Jl Warung Jati Barat Raya, Jaksel, Senin (27/1/2014). Trotoar yang sudah 'cantik' kini berubah menjadi si 'buruk rupa'
>
> Entah galian kabel apa, pastinya itu dilakukan pekan lalu. Pekerja galian itu membongkar seluruh jalur trotoar. Tapi kemudian, setelah penggalian selesai mereka hanya memasang konblok bata trotoar sekenanya.
>
> Mungkin bukan hanya di kawasan Jl Warung Buncit saja pemandangan ini dilihat. Bisa jadi ada kawasan lain. Sebenarnya bukan mempersoalkan penggalian, tapi setidaknya pimpinan proyek penggalian bisa kembali membuat trotoar seperti sedia kala.
>
> Bukan tanpa alasan, bila trotoar nyaman tentu pejalan kaki juga akan merasa enak berjalan.
> 
>
> Kirim Komentar
>
> Monday, 27/01/2014,08:00:00
> Ngecuwes @ngecuwes
> Mestinya bikin gorong\ atau drainase terintegrasi kayak di LN atau itu contoh Kota Surabaya, yg ga perlu bongkar pasang lagi. Para pejabat kalo studi banding ke LN apa yg dilihat yaaa..?
>
> Beri Tanggapan
>
> Monday, 27/01/2014,07:59:48
> CoolBandit @coolbandit
> Perkarakan kontraktornya.... jangan seenaknya gitu merusak fasum.
>
> Beri Tanggapan
>
> Monday, 27/01/2014,07:59:24
> papaernest @papaernest
> ini lagu lama. bongkar pasang, biar tiap taun ada proyek terus. kong kalikong busuk antara X Y.
>
> Beri Tanggapan
>
> Monday, 27/01/2014,07:59:04
> Wustenfuchs
> Yang penting duit proyek udah masuk. Mau jadi apa kek emang gw pikirin.
>
> Beri Tanggapan
>
> Monday, 27/01/2014,07:57:43
> Dedoy66 @dedoy66
> KONTRAKTOR KATROK,...KATROK,...!!! WONG NDESO,... KERJAANYA SELALU NGRUSAK JALANAN YG SUDAH BAIK DAN NYAMAN. MULAI SAAT INI HARUS ADA IJIN PEMPROF DKI DAN JUGA PU KARENA,... YG PUNYA WILAYAH YA PEMPROF DKI. DAN SETELAH SELESAI PENGERJAANYA HARUS DI KONTROL DAN DI CEK KALAU TERNYATA TIDAK SESUAI DENGAN KEADAAN SEMULA YA HARUS DI KENAKAN DENDA, JANGAN SEENAKNYA AJA,.... UDAH DI GALI GAK DI RAPIKAN LAGI. INI YG TERJADI SELAMA INI. JOKO-HOK LAKUKAN YG TERBAIK UNTUK WARGA JAKARTA. DEMI KEADILAN.
>
> Beri Tanggapan
>
> Monday, 27/01/2014,07:56:25
> renatabenhil @renatabenhil
> apa yg ngebongkar ini tidak ganti rugi ke pemda DKI dan duitnya masuk kemana ????
>
> Beri Tanggapan
>
> Monday, 27/01/2014,07:56:10
> Pengasinan @pengasinan
> Lebih parah lagi, biasanya got yang sudah rapi pun setelah kegiatan gali-menggali ini malah ditinggal dalam kondisi rusak dan mampet.
>
> Beri Tanggapan
>
> Monday, 27/01/2014,07:55:18
> koding74 @koding74
> Ayo terus dukung sampe 10.000 komentar supaya di denger ..... Kontraktor gebleg.
>
> Beri Tanggapan
>
> Monday, 27/01/2014,07:53:46
> Agus Narky @agussubarkah.narky
> Sebaiknya ada petugas kusus AElig;#x94;Icirc;not;Iuml ;#x9e;AElig;#x8d; menangani masalah ini . Seharusnya. Pimpro/kontraktor proyek tersebut harus di kenakan denda ganti rugi atas kerusakan trotoar tersebut .. Agar kontraktor tersebut membenahi kembali trotoar trsbut bila tdk mau kena denda ... Kalo di biarkan saja sampe kapan pun terus demikian adanya .. Bongkar tinggal tanpa di benahi seperti semula ..
>
> Beri Tanggapan
>
> Monday, 27/01/2014,07:52:05
> Sobi Ghozani @sego_megono
> Yaaaa emang begitu, sejak jaman VOC yg namanya Telkom, PDAM, sama PU ga pernah bisa berkoordinasi dengan baik. Capek liatnya !

Beras Vietnam, siapa yg BERMAIN ?


Dari: "A.Syauqi Yahya"

> Senin, 27/01/2014 18:19 WIB
>
> Kasus Beras Ilegal Vietnam, Suswono Sebut Ada Pejabat yang Teledor
>
> Rista Rama Dhany - detikFinance
>
> Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Suswono menanggapi soal temuan beras impor ilegal asal Vietnam di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, pekan lalu.
>
> Suswono menegaskan kementeriannya tak pernah merekomendasikan izin impor beras khususnya jenis beras medium dari Vietnam. Ia malah menyatakan ada pejabat yang menerbitkan izin impor di kementerian perdagangan (Kemendag) yang lalai alias teledor.
>
> "Mestinya kalau ada impor beras tertentu atau khusus sebetulnya ada tim yang memberikan rekomendasikan importasi itu, dan berdasarkan apa yang saya tahu tim tidak pernah mengeluarkan izin untuk impor beras medium," tegas Suswono ditemui disela Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR-RI, Senin (27/1/2014).
>
> Suswono meyakini keberadaan beras medium Vietnam di Pasar Induk Cipinang dipastikan pelanggaran, karena impor beras medium merupakan hanya kewenangan Perum Bulog dari penugasan pemerintah.
>
> "Jadi keberadaan beras itu menyimpang, karena kalaupun impor itu kewenangan Bulog, jelas dalam hal ini Bulog tidak melakukan impor, apalagi yang melakukan impor ini swasta itu lebih salah lagi," katanya.
>
> Ia menambahkan bahwa berdasarkan informasi dari Badan Karantina Kementan, bahwa masuknya beras impor dari Vietnam itu sah karena ada Surat Persetujuan Impor (SPI dari Kemendag.
>
> "SPI ini tentunya yang mengeluarkan dari Perdagangan, dari kami tidak pernah mengeluarkan izin rekomendasi impor," ucapnya
>
> Suswono menyesalkan masuknya beras medium asal Vietnam ke dalam negeri. Apalagi produksi beras dan pasokan beras lokal ke Pasar Induk Cipinang cukup sehingga tidak perlu ada impor.
>
> "Tentu ini saya sesalkan, karena kita tidak perlu impor, produksi dan pasokan beras cukup, di Cipinang per harinya 2.000 ton masuk, pemerintah juga tidak merekomendasikan harus impor, apalagi impor ini diberikan ke swasta," ungkapnya.
>
> Suswono menegaskan, dengan adanya SPI tersebut beras Vietnam yang masuk seperti ijazah palsu atau asli tapi palsu (aspal). "Jadi tentu pejabat yang mengeluarkan izin tersebut teledor," tandasnya.
>
> Masalah ini sudah menjadi bola panas, bahkan ditanggapi kalangan politisi Senayan. Wakil Ketua Komisi IV Firman Subagyo mengatakan Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan saling lempar tanggung jawab soal kasus tersebut.
>
> "Ini Kementan dan Kemendag kenapa saling olok-olokan, pertanyaan bagaimana beras Vietnam itu sampai masuk," ujar Firman.a
>

Pemimpin yang ada sekarang belum mampu .........


Dari: <djuliadi55@gmail.com>

>
> Selasa, 28/01/2014 04:38 WIB
>
> Ali Masykur: Pemimpin Harus Bisa Bawa Indonesia Maju, Tanpa Korupsi
>
> Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews
>
> Jakarta - Salah satu kandidat konvensi Partai Demokrat, Ali Masykur Musa memiliki pendapat mengenai bagaimana seharusnya sosok pemimpin. Menurutnya, pemimpin harus bisa membawa Indonesia menjadi negara yang maju, tanpa melakukan praktek korupsi.
>
> "Faktanya pemimpin yang ada sekarang belum mampu meningkatkan kualitas pembangunan Indonesia. Pemimpin mendatang harus bisa mambawa Negara kita maju secara merata tanpa ada korupsi," ujar Ali Masykur Musa dalam orasinya pada Peringatan HUT ke-2 Penerus Perjuangan Perintis Kemerdekaan Indonesia (PPPKI) di Makassar, Senin (27/1/2014).
>
> Ali Masykur menggambarkan kondisi kepemimpinan bangsa saat ini dengan sebutan "3 Tuna". Dan hal ini menurutnya sangat mengkhawatirkan.
>
> Yang pertama, adalah "Tuna Kepemimpinan". Menurut pria yang akrab disapa Cak Ali, tokoh yang hadir ditengah masyarakat saat ini seringkali memiliki etos kebangsaan yang tipis. Umumnya karena para tokoh tersebut muncul secara instan tanpa memiliki rekam jejak pengalaman yang mumpuni.
>
> "Seorang pemimpin tentunya harus memiliki kepemimpinan yang kuat. Pemimpin terlahir dari sebuah proses yang panjang dan tidak mudah. Seperti para pejuang kemerdekaan, pemimpin berangkat dari bawah, bukan tiba-tiba muncul dengan pencitraan semata," ujarnya.
>
> Kedua, adalah "Tuna Visi". Menurut anggota BPK ini, seorang pimpinan harus mempunyai visi misi yang memperjuangkan kepentingan rakyat dan bangsa. Sedangkan, yang ketiga, disebut Cak Ali sebagai "Tuna Komitmen".
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> --
> --

1.27.2014

detikcom | Mengenang Wafatnya Jenderal Besar Soeharto 6 Tahun Silam

> http://m.detik.com/news/read/2014/01/27/064739/2478639/10/mengenang-wafatnya-jenderal-besar-soeharto-6-tahun-silam?9922022

Gempa Kebumen Hari Ini, Gempa di Zona Benioff Dangkal


Dari: "A.Syauqi Yahya"

> http://m.kompasiana.com/post/read/630538/2oupsforumalu
>
> --

Hmm....mm...


Dari: "A.Syauqi Yahya"

> Proses Pengajuan SIM akan Lebih Diperketat
>
> 26 Januari 2014 18:31 WIB
>
> REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Pemohon Surat Izin Mengemudi (SIM) harus lebih bekerja keras dalam mendapatkan lisensi untuk dapat berkendara tersebut. Seiring dicanangkannya Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalulintas (GNPKB) oleh pemerintah pusat, Polri sebagai penyedia layanan pembuat SIM akan lebih selektif dalam mengeluarkan lisensi.
>
> Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Irjen Pudji Hartanto mengatakan, melalui program ini Polri akan meningkatkan kualitas dalam pengeluaran surat izin mengemudi. Cara tersebut dengan lebih memberikan tes yang mampu merangsang kecakapan pemohon dalam berkendara baik motor maupun mobil. Artinya, tingkat kesulitan dalam menjalani tes SIM akan lebih berat.
>
> "Mekanismenya akan ditingkatkan, semoga masyarakat juga sadar dan menjauhi jalan singkat dalam mendapatkan SIM," ujar jenderal bintang dua ini di Jakarta Ahad (26/1).
>
> Ia menjelaskan, peningkatan ini sengaja dilakukan juga untuk ikut menekan angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia. Pudji berujar, perilaku pengendara masuk dalam lima pilar penyelematan lalu lintas yang ditegakan oleh Polri dalam GNPKB. Pilar itu sendiri terdiri dari manajemen keselamatan jalan, jalan yang berkeselamatan, kendaraan yang berkeselamatan, perilaku pengendara yang berkeselamatan dan penanganan pra dan pasca kecelakaan.
>
> "Masyarakat juga harus berubah agar lebih tertib berkendara, untuk itu Polri akan bantu mewujudkan," kata dia.
>
> Red: Yudha Manggala P Putra
> Rep: Gilang Akbar Prambadi
>
> --
> --

1.26.2014

Zaman “Enek” di Zaman Golkar


Dari: "A.Syauqi Yahya"

> Zaman "Enek" di Zaman Golkar
>
> OPINI | 26 January 2014 | 15:13  Dibaca: 42
>
> Enak dan "Enek" cuma beda di huruf "a", namun memiliki arti yang jauh berbeda. Enak sesuatu yang menyenangkan, sedangkan "Enek" sesuatu yang memualkan. Tinggal kita tanya kepada diri sendiri,  di jaman Golkar itu jaman "Enak" atau jaman "Enek".
>
> Dan bung Ical meng-klaim bahwa:
>
> "Siapa pun yang jujur dan obyektif di republik ini pasti mengakui bahwa Partai Golkar telah terbukti dengan prestasinya, yang oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sekarang menggambarkan dalam ungkapan 'zaman Golkar memang zaman enak'," ucap Ical dalam sambutannya di kantor DPP Partai Golkar, Kamis (23/1/2014).
>
> " Apa betul kang, statemen pak Ical seperti yang saya baca di laman Kompas.com." tanyaku
>
> " Sik, sik dulu jaman Golkar media belum seheboh sekarang. Media bener-bener dikendalikan oleh penguasa waktu itu. Kalau ada berita yang jelek apalagi menjelekan pemerintah sudah pasti dibredel atau paling tidak Pemred-nya di telpon. Apalagi jaman itu belum ada TV milik swasta  seperti TV One yang kadang, malah sering  memberitakan sisi buruknya  saja." jawab kang Toha
>
> " Jadi klaim pak Ical tidak benar ?" tanyaku
>
> " Klaim itu benar !  menurut sudut pandang Ical dan kawan-kawan. Tetapi bagi sebagian orang klaim tersebut mengada-ada. Dulu ada penderitaan di berbagai sudut wilayah, mana kita tahu. Tetapi sekarang begitu ada penderitaan di sudut wilayah akan diburu oleh para awak media. Bukan untuk memberitakan bahwa hal itu harus dapat perhatian, tetapi justru untuk "menembak" lawan politik yang kebetulan sedang menjabat atau berkuasa. Seperti pemberitaan banjir DKI, kan semestinya memberitakan bahwa ada banjir dan banyak warga yang butuh perhatian dan pertolongan. Tetapi sekarang berita banjir justru diboncengi dengan niat untuk mencoreng  dan kalau bisa untuk menjatuhkan gubernur DKI. "ujar kang Toha sambil menggambarkan berita banjir yang terjadi di DKI
>
> " Oh, jadi dulu pemberitaan nggak sebebas sekarang ya kang !" ujarku
>
> " Kalau jaman pak Harto, model pemberitaan TV One atau acara TV One semacam ILC  pasti sudah lama diberangus. Ini jaman paling enak buat media tetapi justru "enek" buat penguasa. Media sekarang omong se-enak jidat, pengamat bicara se-enak mulutnya. Hantam dulu, koreksi belakangan. Contoh pemberitaan tenda presiden yang diberitakan harganya miliaran, tetapi fakta harganya "cuma" 60 juta. Kalau penguasa dulu, abis tuh TV maupun radio yang memberitakan." ucap kang Toha
>
> " Dengan kata lain, di jaman Golkar berkuasa atau tepatnya jaman pak Harto, enak bagi penguasa dan "enek" bagi media !' ujarku
>
> " Persis. Dulu para wartawan  terutama redaktur dan pemilik media sudah sangat paham mana berita yang harus disiarkan dan mana yang masuk laci pemberitaan. Para redaktur sudah memiliki sensor sendiri, tetep memberitakan dengan resiko dihajar atau "ngalah" yang penting koran tetap bisa jualan. Bung Karni yang sekarang di TV One,  pasti dulu tahu persis bagaimana mengelola berita di "Jaman Golkar", pak Jakob Oetama tahu persis bagaimana Kompas harus tetap eksis di jaman pak Harto. Dan masih banyak lagi wartawan dan mungkin (kini) pemilik media yang memiliki kepandaian untuk menampilkan pemberitaan yang tidak boleh menyinggung perasaan penguasa." ujar kang Toha
>
> " Mungkin maksud pak Ical, bukan enak di bidang penyiaran pers  dan kebebasan berbicara, tetapi di bidang ekonomi. Sandang pangan  masih murah, rumah masih bisa dijangkau, BBM masih sangat murah dan keamanan relatif terkendali. Mungkin yang dimaksud pak Ical itu ! Kang." ujarku
>
> " Oh…justru akibat dimanja oleh pak Harto, harga-harga disubsidi oleh pemerintah apalagi BBM, siapapun penguasa di jaman sekarang akan ikut merasakan bagaimana sulit dan memusingkan untuk menghilangkan subsidi yang sangat membebani anggaran. Kini  subsidi BBM membengkak nggak karuan. Begitu mau dicabut atau mau dinaikan, banyak yang protes dan muncul kalimat "Sih enak jamanku ? toh". " ucap kang Toha
>
> " Dan apalagi di jaman pak Harto, di jaman Golkar, jaman yang  melalaikan untuk memperkuat dan memberdayakan pendidikan serta mempersiapkan SDM yang unggul. Jaman pak Harto berkuasa, tanya orang-orang Golkar, "berapa alokasi anggaran belanja negara untuk sektor pendidikan ?  jawabannya sangat minimal.  Jadi kalau sekarang kita tertinggal lumayan jauh dengan bangsa lain  bahkan tetangga kita Malaysia dan Singapura ya…. wajar, di jaman pak Harto, sektor pendidikan seperti "di-anak-tirikan". ucap kang Toha
>
> " Jadi pak Ical untuk jadi capres tidak usah mengenang masa lalu, yang dikenang cuma enak dan kepenaknya saja ya Kang." tanyaku
>
> " Hadapi kenyataan saja. Dan ingat pemilih sekarang nggak akan inget jaman pak Harto, itu jaman yang sudah berlalu. Mengagungkan masa lalu juga tidak akan meningkatkan elektabilitasnya. Bagi Ical masih banyak yang harus dikerjakan. Misalnya bagaimana memberikan advis untuk Atut,  kader Golkar,  untuk mundur dari jabatan Gubernur. Agar pemerintahan Banten tidak seperti "tersandera'. Dan yang masih hangat kasus-kasus yang menyerempet elit Golkar terkait dengan kasus Akil Muchtar. Gimana cara Golkar memberikan yang terbaik dan memberi teladan kepada masyarakat. Titik." ujar kang toha
>
> --

Tanah Retak di Magelang


Dari: "A.Syauqi Yahya"

> Tanah Retak di Magelang, Warga Diimbau Waspada
>
> Minggu, 26 Januari 2014 | 15:36 WIB
>
> MAGELANG, KOMPAS.com - Warga Dusun Kranjang Lor I dan II, Desa Sidosari, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang diminta untuk mengungsi jika terjadi hujan selama tiga jam tanpa henti. Sebab hujan dengan intensitas tinggi dapat memicu bertambahnya keretakan tanah yang terjadi di daerah tersebut belakangan ini.
>
> Hal tersebut dikatakan Hiroshi Fukuoka, ahli tanah longsor dari Universitas Kyoto, Jepang, saat meninjau ke lokasi, Sabtu (25/1/2014). Peninjauan dilakukan bersama tim dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang.
>
> Menurut Hiroshi, meski masih akan dilakukan penelitian lebih dalam terkait penyebab keretakan, pihaknya mengimbau kepada warga setempat untuk terus memantau tingkat keretakan. Utamanya tanah di puncak tebing.
>
> "Warga di sini perlu untuk membuat catatan grafik tingkat keretakan tanah. Khususnya tanah tebing, karena rawan longsor, bisa membahayakan warga," ujar Hiroshi didampingi anggota tim, Yoshitada Mito.
>
> Namun demikian, Hiroshi mengatakan warga tidak perlu khawatir jika tingkat keretakan masih stabil, meskipun tetap siaga. Dalam tinjauan itu, tim melakukan pengamatan di beberapa lokasi fenomena keretakan tanah seperti di jalan dan tembok-tembok rumah warga. Mereka terlihat serius dan teliti mengukur setiap keretakan yang ada menggunakan penggaris, kompas geologi dan kamera.
>
> Dwi Nurita, ahli longsor dan manajemen bencana UGM Yogyakarta menambahkan, warga memang perlu siaga jika keretakan tanah semakin melebar. Untuk mengetahuinya, kata Dwi, warga bisa menandai keretakan di dinding setiap hari.
>
> "Kalau ada kenaikan lebar retakan, misalnya dari 10 centimeter mendadak menjadi 11 centimeter atau 13 centimeter, maka sudah berbahaya. Maka warga harus segera melakukan evakuasi ke tempat yang aman," ujar Dwi.
>
> Dwi melanjutkan, warga juga perlu mencermati kemiringan bangunan rumah serta mengamati keretakan pada tanah. Musim penghujan ini, kata Dwi, dapat memicu keretakan yang lebih lebar. Apalagi tanah tebing di desa itu memiliki kontur berjenjang-jenjang.
>
> "Parahnya, tanah di atas tebing, juga dimanfaatkan penduduk untuk kolam yang tidak kedap air. Akibatnya tanah gembur, ada resapan air, dan tanah masih aktif gerak lantas membuat rekahan. Maka, untuk penanggulangan, perlu dibuat drainase yang kedap air," urai Dwi.
>
> Seperti diketahui, beberapa waktu terakhir warga di Dusun Kranjang Lor I dan Kranjang Lor II, Desa Sidosari, Kecamatan Salaman diresahkan dengan fenomena keretakan tanah. Keretakan terjadi di beberapa bagian yang setiap waktu bertambah lebar dan panjang. Tanah merekah menjalar dari utara ke selatan dengan lebar keretakan 20 centimeter hingga 1 meter. Sementara panjang retakan mencapai 200 meter. Akibatnya tidak kurang 198 rumah di dua desa itu terancam roboh karena dinding rumah juga ikut retak.
>
> Penulis: Kontributor Magelang, Ika Fitriana
> Editor: Farid Assifa
>
> --

Keblinger


Dari: <syauqiyahya@gmail.com>

> Minggu, 26 Januari 2014 | 11:45 WIB
>
> Klaim Ical Soal Pak Harto dan Golkar Berlebihan  
>
> TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Gajah Mada, Ari Dwipayana, menganggap klaim Ketua Umum Partai Golongan Karya Aburizal Bakrie terhadap fenomena kaus bergambar Soeharto terlalu berlebihan. Aburizal menyebut munculnya fenomena kaus bergambar Soeharto merupakan bukti kerinduan masyarakat terhadap presiden dari Partai Golkar. "Itu kesimpulan yang melompat terlalu jauh," kata Ari saat dihubungi Tempo, Ahad, 26 Januari 2014.
>
> Menurut dia, tak ada sangkut-paut antara kaus bergambar Soeharto dengan dukungan politik terhadap Golkar, apalagi soal calon presiden dari partai berlambang pohon beringin itu. Ari menyebut kemunculan kaus, stiker, atau atribut lain bergambar Pak Harto merupakan bentuk sindiran masyarakat terhadap pemerintahan saat ini. Sebagian masyarakat seperti membandingkan kondisi ekonomi yang tak jauh berbeda dengan era Orde Baru.
>
> Gambar Suharto juga dianggap sebagai wujud sikap kritis masyarakat Indonesia, yang kemudian malah mengalir menjadi budaya pop. Bahkan kaus, stiker, dan atribut bergambar Pak Harto sengaja menjadi komoditas ekonomi bagi sebagian orang. "Jadi tak ada romantisme masyarakat akan Orde Baru," katanya.
>
> Ari mengatakan sah-sah saja jika Aburizal dan Golkar memanfaatkan fenomena gambar Pak Harto untuk kepentingan kampanye jelang Pemilihan Umum 2014. Istilah lain, upaya Golkar dan Aburizal untuk mengkomoditaskan sosok Pak Harto cukup kuat dalam pemilu mendatang.
>
> Sebelumnya, Aburizal mengklaim munculnya kaus yang bergambar Presiden Soeharto menandai keinginan masyarakat agar calon presiden dari Partai Golkar memenangkan pemilihan presiden 2014. Meski begitu, dia membantah kaus yang banyak beredar di pasar-pasar tradisional itu buatan kader partainya. (baca: Aburizal Bangga Beredar Kaos Pak Harto)
>
> Aburizal mengatakan Golkar di bawah Presiden Soeharto telah memerintah selama 34 tahun. Ia menilai selama masa pemerintahan Soeharto, Golkar telah memberikan kontribusi yang besar bagi rakyat Indonesia. "Ada rekam jejak partai yang menunjukkan Partai Golkar yang terbaik," kata dia saat memberi sambutan dalam rapat koordinasi pemenangan pemilu di kantor pusat Partai Golkar, Slipi, Kamis, 23 Januari 2013.
>
> Kaus bergambar Presiden Soeharto sempat menjadi perhatian khalayak beberapa waktu lalu. Sebab, di kaus tersebut tertulis pernyataan yang menyebut zaman pemerintahan Soeharto lebih baik dibanding saat ini. Gambar paling sering muncul adalah foto Soeharto setengah badan dengan wajah tersenyum lebar dan tangan kanannya memberi salam. Di samping gambar tersebut diselipkan kata-kata berbahasa Jawa: "Piye Kabare? Jik Penak Jamanku to? (Bagaimana Kabarnya? Masih Enak Zamanku, kan?)"
>
> INDRA WIJAYA

Pilihan


Dari: <syauqiyahya@gmail.com>

> Minggu, 26 Januari 2014 | 01:36 WIB
>
> Pilihan
>
> Putu Setia
>
> @mpujayaprema
>
> Selalu ada pilihan. Kata-kata ini terus diucapkan Romo Imam. Apa pun yang saya tanyakan, jawabannya selalu ada pilihan. Saya lantas memancing: "Kalau begitu, apakah saya masih punya pilihan? Pekerjaan sampingan apa yang cocok untuk saya?"
>
> Romo Imam terkekeh. "Menanam cabai atau jahe di dalam pot. Mau lebih keren, jadi penceramah. Selalu ada pilihan, kecuali menjadi sastrawan, apalagi yang berpengaruh. Itu tak bisa mendadak, ada proses panjang. Dipaksakan malah bisa mencemarkan predikat lain yang sudah disandang."
>
> Saya terbahak: "Ya, tidak Romo. Saya tak paham dunia sariawan, eh, sastrawan. Dunia yang suka ribut di kalangan mereka sendiri." Lalu saya serius: "Kalau menurut Romo, keputusan Mahkamah Konstitusi yang menyetujui pemilu serentak tetapi berlaku tahun 2019, pilihan tepat atau salah?"
>
> Romo minum air. "Itu pilihan terbaik untuk menyelamatkan posisi mereka. Hakim MK dalam keadaan serba salah. Perpu penyelamatan MK sudah berupa undang-undang, sementara para hakim, termasuk ketuanya, tak memenuhi syarat itu. Ada yang belum tujuh tahun meninggalkan partai politik, misalnya. Lalu muncul uji materi dari pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra, mempersoalkan pemilu serentak dan ketentuan mengajukan pasangan capres dan cawapres yang sesuai dengan konstitusi. Argumen Yusril sangat lengkap dan ada jalan keluar kalau uji materinya diterima. Misalnya, tak perlu membuat undang-undang yang baru, pakai saja aturan UUD 45 dan pemilu bisa serentak tahun ini juga, ya, sesuai jadwal pemilu presiden di bulan Juli 2014."
>
> Romo minum lagi. "MK pasti tertekan. Mengabulkan Yusril, bisa dituduh macam-macam, bikin gaduhlah, bikin huru-haralah. Apalagi ada hantu perpu yang bisa memangkas mereka. Selalu ada pilihan. Pilihannya, ada uji materi yang diajukan Effendi Gazali bersama Koalisi Masyarakat Sipil, nun setahun lalu. Musyawarah hakim sudah dibuat Maret tahun lalu, tapi keputusan belum sempat dibacakan. Mungkin tak ada niat. Nah, itu saja dibacakan setelah dua hari sebelumnya memeriksa gugatan Yusril. Kebetulan uji materi Effendi Gazali tak memberi jalan keluar, maka kesempatan MK memberi jalan keluar yang bijak, versi mereka. Yakni, uji materi diterima, tetapi pemilu serentak tahun 2019. Alasannya teknis, perlu membuat undang-undang baru dan seterusnya. Ah, kamu sudah tahu kok, kemarin sudah ditulis."
>
> Saya tersenyum, tak mau berbohong. "Romo, apakah Pemilu 2014 jadi sah?" Romo menjawab: "MK jelas menyebutkan pelaksanaan Pemilu 2014 ini menyalahi konstitusi. Kata keren: inkonstitusional. Kalau sudah salah, maka kita akan mendapatkan wakil rakyat yang salah, lalu presiden yang inkonstitusional. Dan NKRI jadi Negara in-Konstitusional Republik Indonesia."
>
> Romo tertawa, tapi saya menyela: "Yang saya tanyakan, Pemilu 2014 nanti sah apa tidak?" Romo menjawab: "Sah secara hukum karena ada pendapat, keputusan MK itu, apa pun isinya, adalah konstitusi. Karena MK menetapkan pemilu yang inkonstitusional, maka langkah inkonstitusional itu adalah konstitusi. Paham?"
>
> Saya terpojok, lalu berkelit: "Jangan gunakan kata paham atau tak paham, nanti Romo dicela di Instagram." Kasihan Romo bingung ke mana arah kalimat saya, lalu saya mengalihkan: "Ngomong-ngomong, apa Romo sudah baca buku Selalu Ada Pilihan karya presiden kita?"
>
> Eh, Romo cepat menjawab: "Belum, saya mau membaca setelah beliau tak lagi menjadi presiden, supaya lebih jernih mengomentari. Kan tinggal 270 hari." Saya kaget, kok Romo ikut menghitung mundur, ya?

1.25.2014

Bagaimana Menahan Tol Cipularang Tak Amblas?


Dari: "A.Syauqi Yahya"

> SABTU, 25 JANUARI 2014 | 12:41 WIB
>
> Bagaimana Menahan Tol Cipularang Tak Amblas?
>
> Petugas saat berjaga di lokasi jalan yang amblas di Tol Cipularang kilo meter 72, Purwakarta, Jawa Barat (24/1). Jalan di KM 72 + 100 Tol Cipularang menuju Bandung amblas setinggi 12-60 cm sepanjang 60 meter di lajur satu. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
>
>
> TEMPO.CO, Bandung - Jalan tol Cipularang di sekitar kilometer 72 +100 di daerah Purwakarta yang ambles, bisa diperbaiki dengan pemasangan konstruksi baru. Gunanya untuk meredam pergerakan tanah di bawahnya.
>
> Pakar jalan dari Teknik Sipil ITB Ade Sjafrudin mengatakan, pemasangan konstruksi itu bisa berupa tiang pancang dari beton atau pemasangan lembaran baja di bawah ruas tol. Cara itu bergantung pada kondisi tanahnya yang rawan bergerak di lokasi ambles. Tiang pancang dipasang tegak, sedangkan pelat baja horisontal. "Tinggi tiang atau ketebalan pelatnya tergantung seberapa dalam tanah yang bergerak itu,"katanya, Sabtu, 25 Januari 2014.
>
> Adapun langkah darurat pengelola, kata Ade, berupa pemantauan seksama kondisi tanah dan jalan tol di lokasi ambles dan sekitarnya. "Kalau ada penurunan jalan lagi sedikit, atau muncul retakan baru, pengelola harus mengawasinya ketat," kata dia.(Baca : Jalan Tol Cipularang Ambles, Apa Kata Pakar? )
>
> Aksi pengelola, harus membenahi daerah di kiri dan kanan jalan tol. Air yang mengalir diupayakan tidak sampai masuk ke badan jalan serta ke tanah bawah jalan. Aliran airnya harus dibelokkan ke sungai atau dimasukkan ke gorong-gorong buatan Jasa Marga. "Perbaikan itu realistisnya dilakukan secara bertahap," ujarnya.
>
> Kemarin, PT Jasa Marga menutup tol Cipularang dari Jakarta ke Bandung karena ruas jalan di kilometer 72 +100 ambles. Aspal jalan turun 12-60 sentimeter sepanjang 60 meter. Hari ini, PT Jasa Marga memberlakukan jalur lawan arah atau contra flow di tol Cipularang arah Jakarta. Tujuannya agar kendaraan dari Jakarta menuju Bandung dapat melintas.
>
> ANWAR SISWADI
>
> --
> --

Surat Jawaban Bohong !


Dari: "A.Syauqi Yahya"

> Ada yang Janggal dari Putusan MK soal Pemilu Serentak
>
> Sabtu, 25 Januari 2014 | 14:39 WIB
>
> JAKARTA, KOMPAS.com — Akademisi Effendi Gazali, yang mengajukan uji materi UU Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Presiden, mengaku menerima putusan Mahkamah Konstitusi terkait pemilu serentak. Mahkamah memutuskan pemilu serentak dilaksanakan pada Pemilu 2019. Namun, terkait presidential threshold, itu diserahkan kepada pembuat undang-undang. Gugatan ini diajukan Effendi bersama Koalisi Masyarakat untuk Pemilu Serentak.
>
> Akan tetapi, Effendi menilai, ada kejanggalan dalam proses pengambilan keputusan. Ia mengatakan, pada 19 Maret 2013, saat memasukkan kesimpulan dalam surat permohonan Koalisi, tercantum dengan jelas permintaan kepada MK agar segera memutus permohonan itu. Effendi menyebutkan, di halaman 10 tertulis bahwa pemohon meminta agar MK mengeluarkan putusannya sebelum 9 April 2014 sehingga tidak mengganggu persiapan pemilu. Namun, putusan belum juga dibuat.
>
> Tim kuasa hukum Koalisi kemudian melayangkan surat kepada pimpinan MK pada 20 Mei 2013. Isi surat tersebut menanyakan nasib permohonannya. Surat kemudian dijawab tanggal 30 Mei 2013.
>
> "Dijawab oleh panitera Sidahuruk yang menyatakan bahwa sesuai arahan Ketua MK saat itu (Akil Mochtar), bahwa saat ini permohonan masih dalam proses aquo, masih dalam rapat hakim yang bersifat tertutup," kata Effendi, di Jakarta, Sabtu (25/1/2014).
>
> Surat jawaban dari MK itu kemudian diketahui bertentangan dengan fakta yang diungkap oleh Mahfud MD. Sebelum pensiun, Mahfud menyebutkan telah melakukan rapat permusyawaratan hakim (RPH) pada 26 Maret 2013. Dalam rapat itu, Mahfud menyatakan RPH sudah menetapkan putusan terhadap gugatan Effendi dan kawan-kawan.
>
> "Para hakim lainnya berjanji kepada Mahfud akan membacakan putusan pada bulan April 2013. Ini adalah janji yang lalu dilanggar sehingga terlihat bahwa memang ada niat untuk menunda pembacaan putusan ini," ujar Effendi.
>
> Ia menduga, hakim MK sengaja mencari momentum yang tepat untuk mengeluarkan putusannya sehingga tak bisa dilaksanakan pada Pemilu 2014. MK berdalih persiapan pemilu yang sempit menjadi alasan bahwa pemilu serentak dilaksanakan tahun 2019.
>
> "Saking gugupnya, maka surat jawaban pun bohong," kata Effendi.
>
> Penulis: Sabrina Asril
> Editor: Inggried Dwi Wedhaswary
>
> --

Setya Novanto,


Dari: <syauqiyahya@gmail.com>

> Sabtu, 25 Januari 2014 | 08:39 WIB
>
> 
>
> Harta Setya Novanto, Sang Tuan Tanah
>
> TEMPO.CO, Jakarta-- Bendahara Umum Partai Golongan Karya Setya Novanto sering disebut dalam sederet perkara hukum, mulai dari kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia untuk Bank Bali, dugaan korupsi anggaran Pekan Olahraga Nasional di Riau, sampai dituding jadi orang yang mengongkosi penanganan sengketa pemilihan Gubernur Jawa Timur di Mahkamah Konstitusi. Keterlibatan Setya dalam kasus-kasus itu hingga kini tak jelas betul.
>
> Menurut laporan harta kekayaan penyelenggara negara di situs Komisi Pemberantasan Korupsi, pada 2001 harta Setya sudah Rp 34,98 miliar. Jumlah harta pengusaha itu melesat lebih dari dua kali lipat menjadi Rp 73,79 miliar dan US$ 17.781 pada akhir tahun 2009.
>
> Peningkatan mencolok ada pada nilai tanah dan bangunan yang dimilikinya. Pada 2001, 14 item tanah dan bangunan Setya bernilai Rp11,26 miliar. Delapan tahun kemudian, Setya mencatatkan 15 item tanah dan bangunan, yang nilainya meroket jadi Rp 49,7 miliar.
>
> Pada 2009, tanah dan bangunan seluas 890 m2 dan 654 m2 di Jakarta Barat adalah aset Setya yang paling mahal, dengan nilai jual Rp 7,55 miliar. Setya juga punya bidang-bidang tanah seluas 763 m2 dan 1.259 m2 di Jakarta Selatan yang harganya masing-masing Rp 6,95 miliar dan Rp 6,41 miliar. Selain sebelas properti di DKI Jakarta, Setya pun memiliki tanah dan bangunan di Bogor dengan kisaran harga Rp 244,22 juta hingga Rp 1,55 miliar.
>
> Tahun 2001, Setya "hanya" punya enam mobil dan dua motor dengan nilai total Rp 3,99 miliar. Saat melaporkan harta tahun 2009, Setya mengaku memiliki tujuh mobil dan lima motor, bernilai keseluruhan Rp 3,03 miliar. Empat mobilnya bernilai jual di atas Rp 500 juta, yakni BMW seharga Rp 525 juta, Mercedez Benz Rp 529,5 juta, VW Caravelle Rp 600 juta, dan Jeep Commander Rp 812,5 juta.
>
> Pada 2001, Setya dengan rinci mencatatkan pula peralatan elektronik yang dimilikinya. Dua pendingin udara Setya nilainya jumbo, masing-masing Rp 95 juta dan Rp 68 juta. Ada pula alat olahraga seperti sepeda Rp 6,74 juta, treadmill Rp 14,1 juta, dan alat fitness Rp 14,85 juta. Ia menyatakan punya 12 televisi berbagai ukuran, dari 14 inci hingga 29 inci, dengan rentang harga Rp 1,3 juta sampai Rp 6 juta. Genset senilai Rp 20 juta melengkapi harta Setya.
>
> Selain itu, tahun 2009 Setya pun mengaku punya surat berharga senilai Rp 6,51 miliar serta giro dan kas sebesar Rp 13,88 miliar dan US$ 17.781.
>
> BUNGA MANGGIASIH

Up date BMKG


Dari: <titikharyati73@gmail.com>

> Dengan hormat, berikut kami sampaikan  UPDATE Peringatan Dini Jabodetabek tgl. 24 Januari 2014,  hasil pantauan citra radar cuaca hari ini pkl 05.00 WIB:
>
> --1). Masih terjadi peningkatan aktivitas pembentukan awan hujan di wil Jabodetabek yg berpotensi terjadi hujan dgn intensitas sedang hingga lebat  pada pkl. 06.00 WIB di wil. Tangerang, BSD, Jelambar, Krukut, Pluit, Kalideres, Cengkareng, Harmoni, Roxy, Kemayoran, Senen, Pasar Baru, Rawamangun, Veaka Putin, Kelapa Gading, Pondok Gede, Cibubur, Pulo Gadung, Pondok Cabe, Ciputat, Ciledug, Serpong, Lebak Bulus Cikarang, Tambun, Jatiasih, Bekasi, Parung, Puncak, Ciawi, Bogor dan sekitarnya.
>
> --2).Kondisi ini diperkirakan masih berlangsung hingga pkl. 10.00 WIB dan meluas ke wil. Jagakarsa, Depok, Sawangan, Bogor, Ciawi, Bojong,  Pluit, Pantai Indah Kapuk, Muara Angke, Tj Priok, Sunda Kelapa, Cilincing, Rorotan, Kep. Seribu, dan sekitarnya
>
> --3) Bila kondisi cuaca signifikan masih akan dilakukan update sebelum masa berlaku peringatan dini berakhir.
>
> Forecaster on Duty, BMKG.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> --
> --

Character assasination ?


Dari: "Boediono"

>
>
> Home › Nasional › Umum
>
> SBY Mengaku Ditawari Banyak Benda Keramat
>
> 23 Januari 2014 12:42 WIB
>
> 
>
> Buku karya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat diluncurkan di JCC Senayan, Jakarta, Jumat (17/1).
>
> REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak bertarung dalam Pilpres 2004, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengakui banyak yang ingin menghubungkannya dengan 'orang pintar'.  Tak jarang sejumlah benda pusaka dan keramat hendak diserahkan kepadanya bahkan masa depannya pun ikut diramal.
>
> Hal tersebut diungkapkannya dalam buku Selalu Ada Pilihan di halaman 424. "Pak Sudi Silalahi pernah menyampaikan kepada saya bahwa banyak yang datang kepadanya untuk menyerahkan sesuatu, seperti pusaka atau benda-benda keramat yang lain, dengan permintaan agar selanjutnya diserahkan kepada saya," tulis SBY. 
>
> Benda itu misalkan cincin pusaka. Tujuannya tak lain agar SBY bisa menang dalam pemilihan presiden. Beberapa pemberian itu ditolaknya. Tetapi, ada pula yang disimpan oleh staf Sudi Silalahi karena yang bersangkutan memaksa, tetapi tidak diserahkan kepada SBY.   
>
> Selain sering diberikan benda keramat, ia juga mengaku sering disarankan untuk sowan ke sejumlah pemimpin spiritual sepanjang kampanye. Bahkan, lanjutnya, ada saran yang tidak masuk akal. 
>
> "Kalau hal itu saya lakukan berarti saya melakukan syirik, yang sangat dibenci agama. Kalau saya mau melakukan ritual yang tidak masuk akal itu bisa-bisa saya dicap sebagai kehilangan akal sehat. Justru hal demikian akan menjadi sasaran tembak lawan-lawan politik saya. Istilah yang sering kita kenal adalah character assasination," tulisnya di halaman 426. 
>
> Red: Mansyur Faqih
>
> Rep: Esthi Maharani
>
>
> DioN
>
> Powered by Telkomsel BlackBerry® Aja rumangsa bisa, hananging bisa rumangsa lan ngrumangsani.
>
> --
> --

Tetap Sah dan Konstitusional


Dari: <syauqiyahya@gmail.com>

> Guru Besar: Digelar Terpisah, Pemilu 2014 Tetap Konstitusional
>
> 
>
> Jumat, 24 Januari 2014 | 16:17 WIB
>
>
> JAKARTA, KOMPAS.com - Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan bahwa penyelenggaraan pemilu legislatif (pileg) dan pemilu presiden (pilpres) digelar secara serentak. Namun, putusan tersebut baru berlaku sejak Pemilu 2019. Meski demikian, Pemilu 2014 dinilai akan tetap konstitusional meski diselenggarakan terpisah.
>
> "Ada kekhawatiran Pemilu 2014 dianggap inkonstitusional. Menurut saya, Pemilu 2014 tetap sah, karena putusan MK pemilu serentak ini bukan berlaku sekarang, tapi lima tahun yang akan datang. MK menerapkan hukum antar-waktu," ujar Guru Besar Hukum Tata Negara dari Universitas Parahyangan Asep Warlan Yusuf saat dihubungi, Jumat (24/1/2014).
>
> Ia mengatakan, hukum antar-waktu biasa diterapkan dalam pembuatan produk hukum. Menurutnya, bisa saja suatu produk hukum, misalnya undang-undang ditetapkan hari ini, namun baru dinyatakan berlaku beberapa tahun yang akan datang.
>
> Asep berpendapat, MK memutuskan pemilu serentak baru berlaku sejak 2019 memang karena tidak banyak waktu untuk menyiapkan jika digelar serentak di 2014. "Baik penyelenggara pemilu, parpol, pemerintah bisa saja belum siap," kata Asep.
>
> Seperti diberitakan, MK mengabulkan sebagian uji materi UU Pilpres yang diajukan akademisi Effendi Ghazali bersama Koalisi Masyarakat untuk Pemilu Serentak dengan putusan pemilu serentak pada 2019. Jika dilaksanakan pada 2014, menurut MK, pelaksanaan pemilu dapat mengalami kekacauan dan menimbulkan ketidakpastian hukum yang justru tidak dikehendaki karena bertentangan dengan UUD 1945.
>
> MK dalam putusannya menegaskan bahwa penyelenggaraan pileg dan pilpres tahun 2009 yang berlangsung tidak serentak dan sistemnya akan diulangi Pemilu 2014 tetap dinyatakan sah dan konstitusional. Dengan keputusan pemilu serentak, diperlukan aturan baru sebagai dasar hukum untuk melaksanakan pilpres dan pileg secara serentak.
>
> Penulis: Deytri Robekka Aritonang
>
> Editor: Sandro Gatra
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>

Selamat jalan kiai. Semoga Allah melapangkan jalanmu.


Dari: "A.Syauqi Yahya"

> Kesederhanaan Kiai Sahal
>
> 24 Januari 2014 14:59 WIB
>
> Ribuan pelayat mengiringi proses pemakaman Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Kiai Sahal Mahfudz di kompleks makam Syeikh Ahmad al-Mutamakkin, Kajen, Margoyoso, Pati, Jateng, Jumat (24/1). Kiai Sahal Mahfudz wafat Jumat (24/1) dini hari di ked
> REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sangat menghormati waktu. Sikap itulah yang paling menonjol dari sosok seorang Kiai Haji Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh.
>
> "Bila mempunyai janji dengan seseorang, beliau pasti datang sebelum waktu yang sudah disepakati. Sikap inilah yang membuat semua orang menghormati beliau," ujar sekretarisnya Sholahudin Al-Ayubi, Jumat (24/1).
>
> Satu hal unik yang dikenang Sholahudin adalah sikap Kiai Sahal yang menjaga supaya tidak menjadi sosok yang dominan di MUI, meski ia adalah orang nomor satu di lembaga itu. Menurutnya, hal itu adalah cermin sikap tawadhu kiai.
>
> "Karena itulah cenderung yang banyak muncul adalah bapak-bapak (pimpinan) yang lain. Beliau memberlakukan pendekatan organisasi, bukan personal," katanya.
>
> Pendelegasian tugas dilakukan kiai kepada divisi masing-masing sehingga bisa berjalan baik. Namun, etika yang berlaku di MUI adalah pengambilan keputusan yang bersifat prinsip tetap menunggu keputusan dari Kiai Sahal.
>
> Mengenai kebiasaannya yang kerap mengenakan sarung, Kiai Sahal pernah berujar, "Saya ya begini, lebih nyaman begini." Namun, bukan berarti beliau tidak pernah mengenakan celana. Ia tetap memperhatikan kelaziman berpakaian dalam suatu acara.
>
> Kini, sosok sederhana itu telah berpulang ke keabadian. Selamat jalan kiai. Semoga Allah melapangkan jalanmu.
>
> Red: A.Syalaby Ichsan
> Rep: Ani Nursalikah
>
> --

Km 72 Cipularang ambles


Dari: <titikharyati73@gmail.com>

> Macet total panjangnya sampai 1 km karena jalannya ambles...../th'73
>
> 
>
> Jumat, 24 Januari 2014
>
> 
> ⁠#Jalan Amblas⁠ ⁠#Tol Cipularang⁠ ⁠#Banjir⁠
>
> Jumat, 24 Januari 2014 | 18:52 WIB
>
> Jalan Tol Cipularang Ambles, KM 72 Ditutup
>
> Oleh Septian Deny
>
> 
> (Antara/Novrian Arbi)
>
> Liputan6.com, Jakarta : Akibat amblas, jalan Tol Cipularang di wilayah Dawuan, Purwakarta arah Bandung di KM 72 ditutup. Penutupan ini telah berlangsung sejak sekitar pukul 12.00 WIB. Akibat penutupan ini, arus kendaraan yang melewati jalan itu dialihkan melalui Cikopo, Cikampek.
>
> "Itu ditutup total, yang ke arah Bandung. Dialihkan ke Cikopo Cikampek nanti masuk lagi nanti di Sadang. Mulai ditutupnya sekitar jam 12 siang," ujar Corporate Secretary PT Jasa Marga David Wijayanto kepada Liputan6.com, Jakarta, Jumat (24/1/2014).
>
> David belum dapat memastikan kerugian serta kemacetan yang diakibatkan kejadian tersebut. Saat ini, Jasa Marga masih memprioritaskan perbaikan dulu.
>
> "Kalau kemacetan, belum tahu seberapa besar, saya sedang menuju ke sana, memang agak macet terutama ke arah Cikampek," tandas David.
>
> Belum dapat dipastikan jalan ini akan kembali dibuka. Namun kemungkinan akan kembali dibuka Sabtu 25 Januari besok jika kerusakan jalan tidak terlalu parah. "Nanti lihat perkembangan mudah-mudahan bisa dibuka secepatnya," ujar David.
>
> Amblasnya ruas jalan tol sepanjang 60 meter ini diduga akibat pergeseran permukaan tanah jalan tersebut dan menimbulkan celah, sehingga berbahaya jika dilewati kendaraan. Permukaan yang ambles berada di bahu jalan, serta lajur jalur lambat arah ke Bandung. (Rmn/Ism)

"Monster Akil Mochtar"


Dari: "Daniel H.T."

>  
>
> http://hukum.kompasiana.com/2014/01/24/monster-akil-mochtrar-628691.html
>
>
> Ketika Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar tertangkap tangan oleh KPK pada tanggal 2 Oktober 2013, Indonesia gempar. Dunia hukum Indonesia bergetar hebat. Mulai dari rakyat biasa sampai Presiden SBY menyatakan keterkejutannya yang teramat sangat. Mereka, kita semua, tidak menyangka sosok seperti Akil Mochtar yangnota bene adalah pejabat tertinggi, seorang ketua di lembaga semulia MK, ternyata bisa disuap. Jangan-jangan kali ini KPK salah tangkap? Tetapi tak mungkin KPK bisa salah tangkap.
> Tetapi, ternyata kasus suap yang berkaitan dengan sengketa Pilkada Kabupaten Gunung Mas dengan calon bupatinya Hambit Bintih sebagai pihak penyuap, yang menyebabkan Akil Mochtar ditangkap KPK itu hanyalah pembuka, atau awal dari terbongkarnya satu per satu kasus, yang sedemikian banyaknya melibatkan Akil Mochtar. Ternyata kasus suap oleh Hambit Bintih itu hanyalah salah satu yang tergolong terkecil dari rangkaian kasus suap lainnya yang bukan hanya melibatkan Akil Mochtar, tetapi bahkan dia adalah aktor utama dan sekaligus sutradaranya.
> Ternyata selama ini Akil Mochtar telah menjadikan jabatannya di Mahkamah Konstitusi sebagai prasarana utama untuk mendapatkan uang haramnya bermilyar-milyar banyaknya. Untuk menutup-nutupi kejahatannya itu, Akil pun disangka telah melakukan berbagai praktek tindak pidana pencucian uang. Kabar terakhir dari KPK menyatakan bahwa mereka telah menyita aset haram Akil Mochtar sampai saat ini hampir Rp. 200 miliar, dan terbuka kemungkinan masih akan terus bertambah, mengingat mulai terungkap pula satu per satu kasus baru yang diduga melibatkan Akil Mochtar. Misalnya, saat ini KPK mulai menyidik dugaan ada suap dalam sengketa Pilkada Bali, Lampung Selatan, dan Jayapura, yang ketika disidang ketua panelnya juga Akil Mochtar. Sekarang, mulai disebut-sebut juga kasus sengketa Pilkada Jawa Timur.
> Pada saat penyidik KPK menggeladah ruang kerja Akil Mochtar, pada 3 Oktober 2013, secara mengejutkan mereka menemukan juga narkoba. Belakangan kemudian Badan Narkotika Nasional (BNN) mengumumkan narkoba (ganja dan sabu) itu positif milik dan pernah dipakai oleh Akil Mochtar. Rupanya selama itu pula Akil, sang Ketua MK adalah pemakai narkoba!
> Maka lengkap pula kejahatan-kejahatan yang diduga telah dilakukan oleh Akil Mochtar. Mulai dari tindak pidana penyuapan, pencucian uang dan narkoba. Selain disidangkan dalam kasus korupsi dan pencucian uang, Akil juga akan disidang sebagai tersangka pengguna narkoba. Kata mantan Ketua MK Mahfud MD, semua jenis kejahatan sudah dilakukan oleh Akil, yang belum cuma tindak kejahatan terorisme.
> Dari kasus-kasus penyuapan dalam sidang sengketa berbagai pilkada yang ditangani Akil Mochtar terungkap bahwa semua kasus itu benar-benar bukan sesuatu yang spontan terjadinya, tetapi sudah didesain matang-matang oleh Akil Mochtar dibantu beberapa orang kepercayaannya.  Akil pro-aktif menghubungi para calon kepala daerah sebagai pihak dalam sengketa-sengketa itu, dan menawari mereka sekaligus mengancam mereka untuk bisa diamenangkan atau dikalahkan dalam sidang sengketa tersebut, dengan syarat imbalan uang yang bermilyar-milyar jumlahnya.
> Dari hasil-hasil penyidikan KPK dan kesaksian-kesaksian di persidangan-persidangan, semakin banyak terungkap kasus-kasus suap baru dalam sengketa-sengketa pilkada lainnya. Misalnya, dalam persidangan kasus Hambit Bintih, yang mendengar kesaksian Chairun Nisa, disebutkan Akil juga pernah menerima suap Rp. 2 miliar dari Walikota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, yang disidang di MK pada Juli 2013. Ketua panel sidang itu memang adalah Akil Mochtar.
> Terbuka kemungkinan pula akan terungkap lagi kasus-kasus suap sengketa pilkada lainnya dengan aktor utama dan sutradaranya, Akil Mochtar.
> Majalah Tempo edisi 15 Desmber 2013 juga pernah menyebutkan kesaksian dari Mico, Fanji Tirtayasa, sopir orang kepercayaan Akil Mochtar, Muhtar Ependy, yang membawa uang sebanyak Rp 25 miliar ke rumah Akil Mochtar pada 26 Juni 2013. Uang itu dikatakan pemberian dari Budi Antoni yang ketika itu adalah calon Bupati Empat Lawang, Sumatera Selatan, yang dinyatakan kalah oleh KPUD setempat, tetapi kemudian melalui rekayasa bukti dan persidangan di MK, Akil memutuskan memenangkan Budi Antoni.
> Selain itu semakin kelihatan pula betapa Akil benar-benar menjadikan sengketa-sengkata Pilkada yang disidangkan itu sebagai lahan bisnis haramnya secara murni. Kasus-kasus itu di tangan Akil berubah dari kasus hukum menjadi obyek bisnisnya. Pilkada-pilkada itu yang telah menyedot uang negara dalam jumlah besar, terlebih suara rakyat di masing-masing daerah itu sama sekali tidak dianggap olehnya. Semua menjadi mubazir di tangan Akil Mochtar.
> Dari transkrip-transkrip percakapan dia dengan pihak-pihak yang mewakili calon kepala daerah yang bersengketa dan mengharapkan kemenangan secara haram itu terungkap pula bagaimana percakapan tawar-menawar harga rekayasa putusan MK yang mereka lakukan itu. Tak ada bedanya dengan tawar-menawar dalam bisnis saja. Benar-benar layak disebut "bajingan."
> Contohnya, seperti yang terungkap dalam kesaksian Chairun Nisa di persidangan Hambit Binti di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (22/01/14) mereka melakukan tawar-menawar harga kasus hukum itu seperti tawar-menawar komoditi dagang saja.
> Ketika Akil meminta fee Rp 3 miliar untuk memenangkan Hambit melalui Chairun Nisa, Hambit menawarkannya menjadi Rp. 2 miliar – Rp. 2,5 miliar.
> "Wali Kota Palangkaraya kan Rp 2 ton (Rp. 2 miliar)," kata Chairun Nisa kepada Akil melalui SMS ponsel. Lalu, dijawab Akil, "Itu kan diskon. Kalau ini (Hambit), kan lebih kaya." (Harian Kompas, Jumat, 23/01/14).
> Akil akan merasa terhina dan gusar apabila ada pihak yang memberi dia uang suap yang jumlahnya hanya berbilang puluhan atau ratusan juta rupiah. Seperti yang tergambar dalam transkrip percakapan via BlackBerry Messenger (BBM) antara dia dengan Ketua Partai Golkar Jawa Timur Zainudin Amali ketika berbicara tentang sengketa Pilkada Jawa Timur. Di situ terungkap kegusaran Akil ketika, menurutnya, Sekjen Partai Golkar Idrus Marham membuatnya jengkel karena hanya terbiasa memberinya uang kecil, yakni jumlahnya hanya pulihan juta rupiah (baca: Penyuap yang Beruntung?).
> Nama Sekjen Partai Golkar ini (Idrus Marham) juga disebut-sebut Chairun Nisa berperan aktif dalam penyuapan kepada Akil Mochtar dalam sidang sengketa Pilkada Palangkaraya. Nama Idrus juga, bersama Setya Novanto (Bendahara Umum Golkar), disebut-sebutkan dalam percakapan BBM antara Zainudin dengan Akil Mochtar.
> Akil juga benar-benar memperlakukan sengketa-sengekta pilkada yang dia pimpin sidangnya itu secara "bisnis profesional." Setiap kasus itu dia rancang dan dia manipulasi data-data dan barang buktinya sedemikian rupa supaya bisa cocok dengan keputusan yang diambilnya, yang tentu saja sesuai dengan kehendak pihak yang menyuapnya, yakni menang dalam sengketa tersebut. Uang-uang haram yang diperolehnya dari "bisnis"-nya itu pun segera dikamuflase dengan berbagai cara supaya tidak kelihatan (pencucian uang). Dengan uangnya ini pula Akil membeli dan menggunakan narkoba.
> Majalah Tempo pernah mengungkapkan kesaksian yang membongkar modus korupsi dan pencucian uang yang dilakukan Akil Mochtar dan orang kepercayaannya, Muhtar Ependy. Manipulasi putusan sengketa pilkada di MK dilakukan dengan cara merusak dan mengubah rekapitulasi surat suara.
> Dalam kasus sengketa Pilkada Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan, misalnya, terjadi perundingan antara Muhtar Ependy dengan calon bupati Budi Antoni mengenai besaran fee yang harus dibayar kepada Akil Muhtar. Setelah merunding beberapa kali dicapai kesepakatan fee-nya sebesar Rp. 25 miliar.
> Setelah itu sopir Muhtar Ependy berangkat ke MK, menemui Akil Mochtar,  mengambil formulir C1-KWK yang berisi rekapitulasi suara yang disahkan KPUD Empat Lawang dan Panitia Pengawas.
> Kemudian Mico mencorat-coret angka-angka yang tercantum di situ, dibuat sedemikian rupa sampai selisih suara Budi dengan Joncik, lawannya dalam sengketa pilkada itu, jauh menipis daripada aslinya. Paginya, di percetakan PT Promic International milik Muhtar di Cibinong, Bogor, Mico meminta seorang anggota staf memindai, mengubah jumlah suara sesuai dengan coretannya, lalu mencetak ulang formulir C1 yang masih kosong. Bentuknya sama persis, hanya kini dengan jumlah suara yang baru.
> Hasil dari manipulasi dokumen Pilkada Empat Lawang itu, kemudian dibawa kepada Akil Mochtar di MK. Berdasarkan hasil dokumen manipulasi itu, Akil kemudianmemutuskan kemenangan buat Budi Antoni, dengan memperhitungkan pula surat suara yang ternyata "rusak." Padahal suara suara yang rusak itu pun bagian dari rekayasa, yang dilakukan oleh Muhtar dengan cara membasahinya dengan air.
> Melalui pengacaranya, Akil Mochtar membantah kenal dengan Muhtar Ependy, meskipun mereka dua sama-sama alumnus Universitas Panca Bhakti, Pontianak. "Kepada saya, dia bilang tak kenal Muhtar sama sekali," ujar Tamsil Sjoekoer, pengacara itu. Namun, Tempo mempunyai bukti yang tak terbantahkan bahwa Akil Mochtar dan Muhtar Ependy itu bukan hanya saling kenal saja, tetapi sangat akrab. Terbukti dari 4 lembar foto yang dimiliki Tempo, menunjukkan Muhtar Ependy yang berfoto sambil tersenyum di meja kerja Akil Mochtar di MK, dan selembar foto yang menunjukkan Muhtar sedang duduk di kursi kerja Akil, dan Akil sedang menunjukkan sesuatu di lapotop-nya kepada Muhtar.
> Akil Mochtar dan Muhtar Ependu di ruang kerja Akil di MK. kepada KPK, Akil mengaku, sama sekali tidak kenal Mohtar (Majalah Tempo)
> Dari berbagai fakta-fakta seperti tersebut di atas, tak heran jika kemudian KPK, melalui Juru Bicaranya, Johan Budi menyatakan bahwa khusus untuk Akil Mochtar, KPK berencana untuk menyampaikan tuntutan hukuman maksimal, yakni hukuman penjara seumur hidup kepadanya, sesuai dengan ketentuan pasal di UU Tindak Pidana Korupsi.
> Kita juga sebenarnya juga harus mempertanyakan bagaimana bisa proses seleksi uji kelayakan (fit and proper test) yang pernah dilakukan DPR, yang katanya sangat ketat, meloloskan dengan mulus seorang "Hakim Monster" seperti Akil Mochtar  sampai duduk di kursi Ketua MK. Mengingat reputasinya yang sedemikian buruk, apakah "Hakim Monster" ini tidak pernah menggoda para anggoita DPR yang melakukan seleksi terhadapnya itu, dan apakah mereka tidak tergoda?
> "Hakim Monster"? Ya, dengan perilakunya seperti ini, tak berlebihan jika Akil Mohctar diberi julukan "Hakim Monster",  atau "Monster Akil Mochtar." ***
>

Ada Aroma Judicial Corruption


Dari: <syauqiyahya@gmail.com>

> Ada Aroma Judicial Corruption, KY Telusuri Putusan Pemilu Serentak 2019Andi Saputra - detikNews
>
> Jakarta - Aroma judicial corruption tercium di balik putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menyatakan pilpres dan pileg dilaksanakan serentak pada 2019. Atas hal ini, Komisi Yudisial (KY) akan memanggil seluruh hakim konstitusi yang memutus perkara yang diketok pada Maret 2013 tetapi baru dibacakan Kamis (23/1/2014) kemarin.
>
> "Nah, kayaknya di sini yang patut diduga ada pertimbangan non hukum. Kalau itu itu terjadi, jarak antara rapat permusyawaratan hakim dengan pembacaan putusan terlalu lama, 1 tahun, KY sudah tentu akan meminta klarifikasi," kata komisioner KY Taufiqqurohman Syahuri kepada detikcom, Jumat (24/1/2014).
>
> Putusan itu diketok oleh Mahfud MD, Akil Mochtar, Achmad Sodiki, Hamdan Zoelva, Muhammad Alim, Ahmad Fadlil Sumadi, Maria Farida Indrati, Harjono, dan Anwar Usman. Mahfud MD dan Achmad Sodiki kini telah pensiun dan Akil yang belakangan menjadi Ketua MK ditangkap KPK atas dugaan kasus korupsi.
>
> "Kalau ada Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi (MKHK), cara menunda yang terlalu lama bisa menjadi objek pemeriksaan karena jelas di situ ada pertimbangan non hukum, bisa politis atau pragmatis. Itu nggak boleh," ujar Taufiq.
>
> MKHK ini sendiri merupakan amanat UU Penyelamatan MK dan harus dilaksanakan paling lambat tiga bulan sejak jadi UU. Alhasil, KY masih menunggu untuk bisa bergerak secara hukum dalam kasus ini.
>
> "Artinya apa penundaan itu siasat atau murni hukum, harus dibuktikan," ucap Taufiq.

1.24.2014

PPATK


Dari: <syauqiyahya@gmail.com>

> Kamis, 23/01/2014 08:32 WIB
>
> PPATK Punya Bukti Anas Terindikasi Lakukan Pencucian Uang
>
> Ikhwanul Khabibi - detikNews
>
> Jakarta - Pusat Penelusuran Transaksi Keuangan (PPATK) telah menelusuri transaksi keuangan Anas Urbaningrum. Berdasarkan hasil analisis, Anas terindikasi telah melakukan pencucian uang.
>
> "Semua tersangka sudah ditelusuri PPATK. Dalam si tersangka (Anas) yang sedang dalam masa penahanan, maka permintaan inquiry KPK tentu akan diprioritaskan," ujar wakil ketua PPATK, Agus Santoso saat dihubungi, Kamis (23/1/2014).
>
> Setelah melakukan penelusuran, PPATK menemukan beberapa transaksi mecurigakan. Agus menyebut, transaksi Anas yang telah ditelusuri mengarah ke Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).
>
> "Laporan Hasil Analisi (LHA) Yang disampaikan itu disusun atas dasar transaksi-transaksi mencurigakan dan sudah mengarah adanya dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang," tegas Agus.
>
> Sementara itu, wakil ketua KPK Bambang Widjojanto belum mau membuka soal Anas yang akan dijerat pasal TPPU. Bambang berkilah, saat ini penyidik masih fokus pada sangkaan awal, yakni penerimaan hadiah atau janji.
>
> "Saat ini, KPK masih konsentrasi sesuai dengan Sprindik yang sudah dirumuskan," kata Bambang.
>
> Berdasarkan informasi yang dihimpun, KPK hampir pasti akan menjerat Anas dengan pasal TPPU. Profil harta Anas dianggap tidak sesuai dengan pekerjaan resmi Anas yang tidak jelas.
>
> Namun, KPK akan menunggu hingga proses penyidikan kasus gratifikasi Anas selesai baru menerapkan TPPU. Ada kemungkinan, Anas akan dijerat pasal pencucian uang saat kasus gratifikasinya masuk ke meja persidangan.
>
> Anas Urbaningrum yang biasanya ramah, selalu bungkam saat ditanya soal pekerjaan dan harta kekayaannya. Hal serupa ditunjukkan pula oleh istri Anas, Athiyah Laila. Athiyah selalu bungkam saat ditanya tentang pekerjaan suaminya dan asal muasal hartanya yang berlimpah.

Demi Gus Dur


Dari: "A.Syauqi Yahya"

> KAMIS, 23 JANUARI 2014 | 17:35 WIB
>
> Demi Gus Dur, Jaya Suprana Pilih 'Masuk Neraka'
>
> TEMPO/Arif Fadillah
>
> TEMPO.CO, Jakarta - Budayawan Jaya Suprana melontarkan guyonan satire tentang kehidupan setelah mati. Pria yang akan merayakan ulang tahunnya ke-65 pada empat hari lagi ini menganggap lucu agamanya. Katanya, ada postulat bahwa surga adalah hak monopoli umat Kristen. Maka jika ingin masuk surga, ikutlah agama kami. Jaya lalu bertanya kepada pendetanya.
>
> "Saat Presiden Abdurrahman Wahid wafat, apakah ia masuk surga?" kata dia retoris saat diskusi "Pluralisme dan Demokrasi" di kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Kamis, 23 Januari 2014. Lantaran bukan Nasrani, maka pendeta menjamin Gus Dur, begitu Abdurrahman Wahid kerap disapa, tak akan masuk surga.
>
> Jaya lalu memutuskan jika mati nanti ingin masuk neraka saja. "Daripada masuk surga ketemunya pendeta melulu, mending saya masuk neraka tetapi bisa tertawa bersama Gus Dur," kata dia disambut riuh rendah peserta diskusi. Bagi dia, Gus Dur adalah tokoh pluralisme yang konsisten membela mereka yang diserang khususnya dengan dalih agama. "Misalnya redaktur Monitor, Arswendo Atmowiloto dan pedangdut Inul Daratista."
>
> Dosen Universitas Driyarkara, Mudji Sutrisno, mengatakan bahwa pluralisme yang dihayati Gus Dur adalah para manusia biasa saja yang agamanya berbeda. "Namun, kita semua harus tetap bisa merayakan kemenangan bersama-sama," kata dia. Maksudnya, ia mengharap manusia bisa menghormati keimanan dan religiusitas masing-masing.
>
> Bekas Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud Md., menimpali bahwa pluralisme bisa dilukiskan sebagai rumah dengan banyak kamar. Saat penghuninya berada di kamar masing-masing, yang lain harus saling menghormati. Maka terserah, mereka mau mengenakan baju warna apa saat di ruangan privatnya itu. "Namun saat berkumpul di ruang tamu, semuanya harus tunduk pada atauran bersama."
>
> MUHAMMAD MUHYIDDIN
>
> --

1.23.2014

CDMA mati, pelanggan 5 operator ini akan merugi | merdeka.com

> http://m.merdeka.com/teknologi/cdma-mati-pelanggan-5-operator-ini-akan-merugi.html

Banjir

> Prof. Fahmi Amhar: Hubungan Banjir & Dosa
>
> Sahabat Voa Islam,
>
> Apa hubungan antara banjir dan dosa kepemimpinan DKI ?
> Apakah karena gubernurnya bukan dari parpol Islam dan bernama Jokowi?
> Ataukah karena wagubnya Cina non muslim otomatis Ciliwung jadi tinggi?
> Ataukah karena mereka membuat pesta rakyat ketika tahun berganti?
>
> Tentu tidak lah ya ...
> Andaikata soal parpol, banyak koq kota-kota tanpa bencana ...
> Tak cuma soal parpol, bahkan konon mereka tidak beragama ...
> Di sana tak cuma tahun barunan, bahkan judi dan zina itu biasa ...
> misalnya di beberapa bagian eropa, russia dan cina.
>
> Bila umat Nabi Nuh durhaka dibalas air bah, itu memang iya.
> Bila kaum Nabi Sholeh durhaka dibalas gempa, itu memang iya.
> Bila bangsa Nabi Luth durhaka dibalas petir menggila, itu memang iya.
> Tetapi umat Nabi Muhammad telah diberi tangguh, hingga akhir masa.
>
> Karena itu mari kita belajar cerdas bersama-sama.
> Benar ada dosa-dosa kepemimpinan di mana-mana.
> Tetapi banyak dosa yang tidak begitu sederhana.
> Dosa-dosa yang perlu ulil-albab untuk menjelaskannya.
>
> Dosa itu menyelinap di dalam sistem, birokrasi dan budaya kita.
> Budaya mengukur segalanya dari harta dan kuasa,
> tanpa peduli halal dan haram sehingga tata ruangpun dilanggarnya,
> baik oleh orang-orang kecil maupun oleh mereka yang berkuasa.
>
> Birokrasi menciptakan aparat defensif yang cuma cari muka.
> Mereka yang tak kompeten, abai terhadap tugas-tugasnya,
> tetap saja naik, karena dekat dengan yang sakti tandatangannya.
> Akibatnya ratusan setu dan embung di Bogor lenyap tak bersisa.
> Akibatnya kampung kumuh di pinggir sungai dibiarkan menggila.
> Akibatnya tanggul, pintu air dan pompa tak terawat jadinya.
> Sementara mereka yang cerdas, proaktif tetapi juga kritis suaranya,
> diasingkan di sudut-sudut sepi, agar pelan-pelan mati merana.
>
> Sistem demokrasi menyerahkan aturan pada pendapat siapa saja,
> yang mendapat mandat cukup dengan visi cukup lima tahun belaka.
> Padahal tak ada perubahan mendasar selesai seketika.
> Dari usaha yang biasa-biasa saja, tak akan muncul hasil istimewa.
> Sedangkan apa saja yang untuk rakyat seharusnya,
> diserahkan pada mekanisme pasar, dengan tangan-tangan gaibnya.
>
> Akhirnya hutan-hutanpun digunduli, karena pasar menginginkannya.
> Akhirnya rawa-rawapun diurug, karena ada investasi pengusaha.
> Akhirnya di mana-mana beton dan aspal, menutupi segalanya,
> juga lumpur dan sampah mendangkalkan sungai, menghalangi alirannya.
> Akhirnya air sulit mengalir atau meresap, lalu banjir kemana-mana.
>
> Banjir sebenarnya secara teknis amatlah sederhana.
> Hujan dan limpahan di suatu tempat, tidak diserap atau dibuangnya.
> Jadi amat mudah juga bila persoalannya teknis belaka.
> Alihkan hujan ke tengah laut yang tidak berbahaya.
> Perbanyak hutan, taman dan sumur resapan di kota-kota.
> Perdalam dan perluas seluruh kanal pembawa air ke samudra.
> Bila perlu tambah dengan tanggul, pintu air dan pompa-pompa.
>
> Namun jika masalahnya ada di sistem, birokrasi dan budaya,
> maka solusi teknis itu tidak akan bertahan lama.
> Kita perlu reformasi birokrasi, dan transformasi budaya,
> bahkan mungkin kita perlu membongkar sistem yang lama,
> untuk kita ganti dengan sistem yang baru sama sekali paradigmanya,
> yaitu sistem dengan aqidah Islam dan syariahnya yang sempurna.
>
> Ini bukan sekedar sistem tentang ibadah dan tatacaranya.
> Tetapi ini tentang bagaimana manusia memandang alam sekitarnya.
> Tentang apakah boleh mengkomersilkan hutan dan rawa-rawa.
> Juga tentang bagaimana mengatur pemukiman kaum tak berpunya.
>
> Subhanallah, bila para pemimpin itu menerapkannya,
> sistem yang begitu sempurna itu pasti memberikan berkahnya,
> sehingga tak perlu ada banjir kronis yang tiap tahun melanda,
> tak perlu negara dan masyarakat rugi puluhan trilyun rupiahnya,
> dan kita akan berhemat dari mencaci dan mencela,
> juga doa kita tidak akan sia-sia.
>  
> Prof. Dr.-Ing. H. Fahmi Amhar
> Badan Informasi Geospasial (BIG)
> Jl. Raya Jakarta-Bogor Km. 46  Cibinong - INDONESIA
> telp. +62 21 8790 6041   fax: +62 21 8790 6041
> mobile. +62 816 1403109
>
> e-mail: famhar@yahoo.com

'Mata Najwa' Sukses Mainkan Emosi Megawati


Dari: "A.Syauqi Yahya"

> 'Mata Najwa' Sukses Mainkan Emosi Megawati
>
> http://m.kompasiana.com/post/read/626735/1
>
> Sumber: Tawa renyah Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sewaktu menjadi bintang tamu pada talkshow Mata Najwa, Metro TV. (Foto: Mata Najwa, Metro TV)
>
> … Selamat malam / Selamat datang di 'Mata Najwa' / Saya Najwa Shihab / Tuan rumah 'Mata Najwa' ... // Perempuan berdiri di panggung politik / Dilatih waktu dan kuasa penuh intrik / Anak proklamator utama / Dan seorang ibu yang belum lama menjanda / Memasuki politik penuh sengaja / Pernah dihujani penguasa bahaya dan celaka / Pribadi yang biasa menahan rasa / Kelam sejarah yang kalah dan amarah / Dalam diam dia memagari partainya / Bersabar menentang partai penguasa / Di penghujung suksesi kepemimpinan / Keputusannya sangat menentukan / Inilah Mata Najwa / "Apa Kata Mega" //
>
> Pemirsa, di awal tahun politik ini, semua menanti keputusan dan instruksi dari seorang Megawati, putri Sang Proklamator yang berhati teguh, dan tak mudah terpengaruh. Kita sambut, Megawati Soekarnoputri … !!!
>
> Tepuk tangan penonton di studio pun membahana, mengiringi langkah Megawati Soekarnoputri menuju atas panggung talkshow, di mana sang interviewer Najwa Shihab sudah berdiri menanti Ketua Umum PDI Perjuangan itu. Terdengar pula bahagian terakhir dari lagu My Way yang dipopulerkan pada 1969 oleh Frank Sinatra:
>
> … For what is a man, what has he got? / If not himself, then he has naught / To say the things he truly feels / And not the words of one who kneels / The record shows I took the blows / And did it my way …
>
> * * *
>
> Sumber: Najwa Shihab, tuan rumah talkshow Mata Najwa, sukses membuat Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tertawa, menangis, tersipu, tertegun, sedih dan semburat emosi lainnya. (Foto: Acara Mata Najwa, Metro TV)
>
> Begitulah sesi pembuka talkshow 'Mata Najwa' di stasiun televisi MetroTV, edisi Rabu malam, 22 Januari 2014, yang mengangkat judul 'Apa Kata Mega', dan menghadirkan narasumber tunggal, yaitu mantan Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri.
>
> Seperti biasa, Najwa Shihab selalu mengawali talkshow-nya dengan sebuah tuturan kalimat pembuka, yang berlanggam puisi. Pembukaan talkshow yang seperti demikian, menjadi ciri khas 'Mata Najwa', sekaligus membedakannya dengan banyak acara sejenis di channel televisi lain. Inilah, pointpertama kelebihan Najwa Shihab secara profesionalitas, di mana ia mampu membuka talkshow dengan gaya tuturnya sendiri yang cenderung berpuisi. Apa yang menjadi trademark Najwa dalam melakukan opening talkshow-nya ini, sebenarnya merupakan 'jembatan' (bridging) yang baik, untuk menyampaikan kepada pemirsa, hubungan antara topik yang menjadi pembahasan, seraya memperkenalkan sosok bintang tamunya.
>
> Lantas apa lagi kehandalan Najwa Shihab yang dipertontonkan kepada pemirsa saat mewawancarai Megawati?
>
> Kedua, Najwa amat paham bahwa, tidak semua bintang tamunya akan langsung 'nyetel' dengan talkshow 'Mata Najwa' sesaat setelah berhadapan dengan si empunya mata cantik ini di atas pentas. Di sinilah, Najwa pantas diberi pujian berikutnya karena ia adalah interviewer sekaligus host talkshow yang cerdas, lantaran selalu mengajukan pertanyaan awal yang ringan, dan diupayakan untuk sanggup memecah kebekuan (ice breaking) atas kekurang-nyamanan posisi sang narasumber, atau pun mungkin malah demam panggungnya Najwa sendiri.
>
> Ketika mewawancarai Megawati, semalam, Najwa mengajukan pertanyaan ringan demi ice breaking yang ditujukan untuk mengusir rasa rikuh, gugup, dan mencairkan suasana. Begini pertanyaannya: "Ibu Mega, terima kasih sekali lagi sudah bersedia hadir di 'Mata Najwa'. Sehat-sehat Ibu? (Mega jawab:Alhamdulillah. Agak flu saja). Agak flu sedikit tapi tetap cerah sepertinya terlihatnya. (Jawab Mega:Terima kasih) Selalu cerah.
>
> Ice breaking yang dilakukan Najwa berlanjut, dengan pembahasan lagu My Way. Rupanya, tim kerja 'Mata Najwa' sudah mengetahui informasi bahwa, ternyata Megawati menggemari lagu yang dipopulerkan Frank Sinatra itu. Bisa dibayangkan, seorang tokoh politik sekaliber Megawati, diajukan pertanyaan perihal lagu My Way. Inilah sebuah pertanyaan berikut yang tetap ringan, dan membuat Megawati terlihat semakin nyaman dalam posisinya sebagai narasumber dalam talkshow. Sementara bagi Najwa, dengan membuat Megawati nyaman, artinya terbangun pula sebuah keakraban dengan narasumber secara obyektif dan profesional. Ini yang dilontarkan Najwa dalam ice breaking lanjutan tersebut: "Tadi 'tuh sengaja kita putarkan lagu My Way. Karena saya tahu rahasianya, Bu Mega suka sekali dengan lagu My Way. Betul Ibu suka sekali 'kan?"
>
> Larry King, host ternama stasiun televisi CNN, dalam bukunya Seni Berbicara (1994) menandaskan, untuk memecah kebekuan dengan narasumber yang baru pertama kali diajak berbicara, caranya adalah dengan membuat mereka nyaman. Misalnya, dengan menanyakan sesuatu tentang diri mereka sendiri. Dengan begitu, interviewer akan mempunyai bahan untuk dibicarakan, sekaligus, narasumber akan menganggap interviewer adalah host, atau pewawancara yang menyenangkan. Dalam talkshow-nya, putri ahli tafsir Al Qur'an, Quraisy Shihab ini berhasil membuktikan hal tersebut. Meski demikian, patut diingat, ice breaking jangan terlalu panjang durasinya. Khawatir, pemirsa malah beranggapan talkshow-nya kebanyakan ber-say hello yang condong basa-basi. Padahal, bukan itu yang ingin disaksikan khalayak.
>
> Sumber: Megawati Soekarnoputri sempat tertegun sedih pada acara Mata Najwa, Rabu malam, 22 Januari 2014. (Foto: Mata Najwa, Metro TV)
>
> Ketiga, Najwa menyatakan sebuah kejujuran bahwa selama ini, sebagai host talkshow, dirinya sudah lama berharap dapat menghadirkan Megawati sebagai bintang tamu. Kejujuran ini membuat posisi Najwa juga ikut merasa nyaman, tak terbebani, apalagi demam panggung. Meskipun, kegugupan Najwa sewaktu mewawancarai Megawati, tetap terlihat.
>
> Ia, yang sudah cukup banyak punya 'jam terbang' mewawancarai bintang tamu, tetap tidak bisa menyembunyikan sikap gugup plus takjub, sehingga beberapa kali---pada awal-awaltalkshow---, Najwa malah melontarkan pertanyaan dengan sedikit gagap. Misalnya, sewaktu ia bertanya soal banyak diamnya Megawati: "Eh, Ibu, eh, a.., ada juga yang menilai. Saya ini, sudah.., sudah lama ingin mewawancara Bu Mega, tapi memang baru mendapat kesempatannya sekarang. Karenanya ini banyak sekali pertanyaan-pertanyaan saya, khusus untuk sosok seorang Megawati. Ada yang menilai Megawati itu pendiam. Seringkali lebih banyak diamnya, ketika orang malah ramai berbicara. Itu memang kesengajaan, atau karena memang merasa tidak patut banyak bicara, karena 'toh yang lain sudah 'berisik'?"
>
> Kejujuran Najwa, yang mengaku secara apa adanya bahwa, ia sudah lama ingin mewawancarai Megawati, membuatnya sedikit melepaskan 'beban' seorang host. 'Beban' yang dimaksud adalah, ketakjuban dan keterpukauan yang berlebihan terhadap narasumber. Sehingga, fokusnya untuk bertanya secara kritis, tajam, obyektif, dapat saja luluh oleh keterpesonaan Najwa kepada sosok Megawati. Beruntung, Najwa bisa segera mengembalikan posisinya, sebagai host juga interviewer, yang mewakili pemirsa maupun khalayak, bukan malah menjadikan talkshow-nya semata sebagai ajang show dirinya sendiri, atau pun ego pribadi.
>
> Keempat, tak hanya dalam penampilannya saat mewawancarai Megawati saja, Najwa selalu menunjukkan mata yang menatap wajah narasumbernya, kontak mata, berikut mimik wajah dan tangan yang sesekali menjadi penyangga dagunya yang 'lancip nanggung'. Mendengarkan apa yang dikatakan narasumber, adalah merupakan hukum pertama dari sebuah percakapan. Ini pula yang ditegaskan Larry King, untuk menjadi pembicara (atau pewawancara) yang baik, harus pula menjadi pendengar yang baik. Alasannya, hal ini lebih dari sekadar menunjukkan rasa tertarik pada narasumber yang menjadi bintang tamu.
>
> Sumber: Megawati Soekarnoputri sempat emosionil dan menangis pada acara talkshow Mata Najwa, Metro TV. (Foto: Mata Najwa, Metro TV)
>
> Tak hanya menunjukkan mimik wajah yang menyimak, bahkan Najwa pun melakukan lebih dari itu. Seringkali, terlihat di layar televisi, posisi duduk Najwa menyorong ke depan, seolah bergerak mendekati narasumber. Bahasa tubuh (body language) ini jelas disukai narasumber, karena semakin memperlihatkan antusiasme alumnus Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) saat melakukan wawancara, menyimak jawaban narasumber, dan lebih dari itu, makin menambah erat, menyenangkan serta 'hangat' atmosfir talkshow-nya.
>
> Bahasa tubuh, menurut Mark L Knapp dalam bukunya Nonverbal Communication in Human Interaction, memiliki lima fungsi: repetisi (mengulang kembali gagasan, misalnya seseorang yang melonjak-lonjak kegirangan saat lulus ujian), substitusi (menggantikan lambang verbal, contohnya, seseorang yang menggeleng sebagai pertanda sebuah penolakan, atau ketidaksetujuan), kontradiksi (menolak sebuah pesan verbal dengan memberikan makna lain menggunakan pesan non-verbal, misalnya, menyatakan bersedia mendekat tapi kemudian malah lari menjauh), pelengkap (melengkapi atau memperkaya pesan non-verbal, semisal menunjukkan raut wajah yang sedih tanpa perlu bicara sepatah kata pun), dan,aksentuasi (menegaskan pesan non-verbal, seperti kondisi kesal yang diungkapkan dengan memukul meja). Dalam konteks Najwa sebagai host, banyak hal ditunjukkan Nana---sapaan akrabnya---melalui body language, dan keseringan ia menerapkannya sebagai fungsi substitusi juga pelengkap.
>
> Kelima, karena memang selalu mendengarkan penuturan narasumber secara seksama, posisi Najwa sebagai pewawancara pun selalu dalam keadaan siap, misalnya, untuk segera mengajukan pertanyaan lanjutan berdasarkan jawaban yang diluncurkan narasumber. Pertanyaan lanjutan yang masih berkaitan dan diajukan untuk lebih mendalami jawaban narasumber ini sering disebut sebagai pertanyaan balon, karena dapat beberapa kali didalami melalui pertanyaan lanjutan (bukan pertanyaan yang hanya diulang).
>
> Selalu dalam keadaan siap, juga membuat Najwa pandai memberi penegasan (ulang) terhadap beberapa hal yang disampaikan oleh Megawati. Misalnya, seperti cuplikan wawancara berikut ini:
>
> * * *
>
> Megawati:Banyak orang mengatakan, ketika saya kehilangan almarhum (suaminya Taufik Kiemas, red), "Oh, Ibu Mega 'kok tabah sekali ya?" Tidak seperti, kalau katakan, sinetron begitu 'kan? Sebentar-sebentar nangis, apa saja teriak-teriak, nangis. Ya, saya bilang 'kan, karena ekspresi itu 'kan tidak harus di depan umum. Jadi 'kan apapun juga bapak, ibu saya selalu mengatakan, katakan, ketika saya sudah mulai diberi tugas oleh ayah saya untuk mendampingi beliau. Bayangkan, waktu itu kami harus menjemput salah seorang tamu dari luar negeri, padahal saya pada waktu itu, penuh dengan ujian, ulangan, dan karena kebetulan, saya juga menjadi Ketua Tim Volley di sekolah. Jadi 'kan repot di sekolah.
>
> Najwa:Oh, Ibu jago main volley ya dulu?
>
> Megawati:Ya, katakanlah begitu. (Tepuk tangan pemirsa di studio) Jadi kan dengan kesal saya. Bayangkan, sejak umur 13 tahun, kalau menerima tamu, kami itu diharuskan berpakaian nasional. Kalau sekarang anak-anak muda enak ya, berpakaian cozy saja, santai, dan asal sederhana, atau baik. Dulu tidak begitu. Karena sifatnya resmi, kami harus berpakaian nasional, saya sudah bayangkan 'kan panasnya kayak apa ya? Umur segitu, pakai konde-lah, pakai pakaian nasional …
>
> * * *
>
> Sumber: Salah satu mimik wajah bahagia yang ditampakkan Megawati Soekarnoputri pada talkshow Mata Najwa, Metro TV. (Foto: Mata Najwa, Metro TV)
>
> Keenam, Najwa cukup jeli untuk membatasi komentar, terkait jawaban dari Megawati. Apalagi, gaya bicara Megawati yang speed-nya lambat, sebenarnya sangat tidak cocok untuk sebuah tayangan talkshow---baik TV maupun radio---, yang punya durasi waktu terbatas. Belum lagi, Megawati yang keibuan, beberapa kali justru nampak memberikan jawaban atas pertanyaan Najwa, dalam bentuk bercerita yang detil dan 'memakan waktu lama'. Saya yakin, dengan langgam tutur kata Megawati yang seperti itu, membuat Najwa dan tim kerja 'Mata Najwa' pasti cukup kesulitan dalam melakukan editing atas tayangan yang dibuat berdurasi 'hanya' 90 menit, dipotong Headline News dan iklan-iklan yang lumayan banyak jumlahnya.
>
> Membatasi komentar dan tidak terlalu banyak---juga tidak terlalu kencang---mengeluarkan suara sela, seperti "he'eh", "iya, ya", "oohhh", "ya ya ya", adalah juga merupakan kelebihan dari talkshow 'Mata Najwa'. Sebagai interviewer dan host, jurnalis terbaik Metro TV tahun 2006 ini paham benar bahwa, suara sela yang ia lontarkan ketika narasumber sedang berbicara, dapat mengganggu kenikmatan pemirsa dan penonton sewaktu menyimak talkshow-nya.
>
> Hanya saja, sekali waktu, Najwa sempat 'ditegur' juga oleh Megawati, karena dianggap mengajukan pertanyaan baru, padahal Megawati belum menuntaskan lanjutan jawabannya tentang 'misteri hubungan' antara Megawati dengan Soesilo Bambang Yudhoyono. Sampai-sampai, Megawati dengan tegas dan spontan setengah berseru kepada Najwa: "Ya, Mbak dengar dulu dong". Najwa pun hanya bisa cengengesan, sembari menjawab: "Penasaran, Bu".
>
> Lantas apa kelemahan 'Mata Najwa' edisi 'Apa Kata Mega' dengan bintang tamu, Megawati Soekarnoputri, tadi malam? Jujur, sulit untuk menemukan kekurangan atas talkshow­-nya Najwa, yang lahir di Makassar, 16 September 1977 ini. Maklum, meski sedikit canggung, gugup, gagap dan berlebihan dalam memendam keterpesonaan terhadap Megawati, Nana juga mampu membuat Megawati banyak bercerita, memancing humor dengan memperolok Jokowi dengan sebutan Gubernur Kurus, membuka rahasia masa kecilnya, menyimpan rahasia calon presiden partainya, tertawa, terkejut,tersipu, sedih, sampai-sampai emosi Megawati tumpah dan menangis, terutama ketika ditanyakan perihal, apa isi suara hati ibunda dari politisi PDI Perjuangan, Puan Maharani, untuk masa sekarang ini. Pendek kata, 'Mata Najwa' berhasil memainkan emosi Megawati Soekarnoputri. Sehingga sampai kapan pun, setiap pemirsa tayangan ini, pasti tidak akan pernah lupa, menyaksikan tangis Megawati yang pecah, tawa Megawati yang renyah, dan raut wajah sedih Megawati Soekarnoputri yang tepat pada Kamis, 23 Januari ini, merayakan Hari Ulang Tahunnya yang ke-67. (Happy Birthday ya, Bu Mega. Merdekaaaa….!!!!)
>
> Sumber: Tayangan Mata Najwa di Metro TV pada Rabu, 22 Januari 2014 dengan narasumber Megawati Soekarnoputri. (Foto: Mata Najwa, Metro TV)
>
> Karena baru semalam 'Mata Najwa' episode ini ditayangkan oleh Metro TV, dan esok harinya Megawati merayakan hari jadinya, maka boleh jadi, ini point pertama, yang menjadi kekurangan Najwa beserta tim 'Mata Najwa', karena tidak menyinggung sedikit pun, masalah ulang tahun Megawati. Padahal, bisa menjadi satu bahasan yang cukup menarik, bilamana mengaitkan antara usia Megawati yang sudah tidak muda lagi, tapi masih ada kader partainya, yang tetap menghendaki agar Megawati menjadi calon presiden dari PDI Perjuangan. Tapi, bisa dipahami kalau hal ini bukan menjadi concern dari tim 'Mata Najwa'. Maklum, tayangan semalam hanya rekaman yang sudah di-edit, alias, tidak dilangsungkan secara live.
>
> Kedua, kekurangan Najwa lainnya adalah, ia beberapa kali mengawali kalimat pertanyaannya dengan beberapa kalimat yang sebenarnya justru banyak dilakukan oleh para intervieweruntuk tayangan infotainment. Yakni, dengan menyebutkan, misalnya: "Banyak orang yang bilang … bla, bla, bla", atau, "Ada yang bilang kalau … bla, bla, bla". Padahal, siapa sebenarnya yang dimaksud dengan "Orang yang bilang itu?". Sangat absurd dan tidak jelas.
>
> Misalnya, pertanyaan Najwa yang berikut ini: "Karena Ibu suka lagu My Way, kemudian BANYAK ORANG YANG ANALISANYA macam-macam, Bu. Jadi analisanya itu karena Megawati 'kan terkenal teguh, kemudian kukuh. Ketika mengambil keputusan, akan betul-betul memegang pada keputusan itu. Karenanya, makanya sukanya lagu My Way, karena ada liriknya yang seperti itu. ADA JUGA YANG BILANG, itu karena Ibu Mega itu 'kan terkenal keras kepala, jadi makanya suka lagu My Way, betul Bu?
>
> Atau, pertanyaan lain yang seperti ini: "ADA YANG BILANG, Megawati itu pendiam Seringkali lebih banyak diamnya, ketika orang malah ramai berbicara … bla bla bla".
>
> Memang, ini adalah sebuah bentuk pertanyaan dengan tujuan untuk meminta konfirmasi. Tapi rasanya, kalau sering-sering 'Mata Najwa' mengajukan model pertanyaan seperti ini, agak riskan karena bakal tak ada bedanya dengan salah satu ciri khas jurnalisme infotainment yang biasa mengajukan pertanyaan dengan model seperti itu. Misalnya: "Ada yang bilang Ayu Ting Ting sudah melahirkan anak perempuan? Apakah kamu tahu, dimana persalinan itu, dan kenapa harus secara sembunyi-sembunyi seperti itu?"
>
> Ketiga, entah kenapa, Najwa juga beberapa kali mengawali pertanyaannya dengan kalimat pernyataan yang sebenarnya kurang perlu. Misalnya: "Ibu, SAYA INGIN BERTANYA, MUNGKIN SESUATU YANG SENSITIF, TAPI IZINKAN SAYA BERTANYA, karena sampai sekarang belum ada pernyataan, ataupun ungkapan apapun dari Ibu, pasca berpulangnya Pak Taufik Kiemas. SAYA BOLEH TAHU, bagaimana, apa yang terberat dari kehilangan dari suami yang selama ini mendampingi?"
>
> Dengan mengatakan 'Izinkan saya bertanya', rasanya posisi Najwa sebagai interviewer sudah terlalu seperti layaknya 'anak buah', ataupun 'ajudan' dari Megawati. Padahal, tugas Najwa sebagai host dalam talkshow-nya adalah memang bertanya, dan bertanya. Nana itu mewakili khalayak dalam mengajukan pertanyaan, jadi tidak perlu harus mengucapkan minta izin terlebih dahulu kepada narasumber---dalam hal ini Megawati---, sebelum melontarkan pertanyaan.
>
> Sumber: Najwa Shihab, pewawancara yang masih suka mengajukan pertanyaan, ya dan tidak, dalam talkshow Mata Najwa. (Foto: Mata Najwa, Metro TV)
>
> Atau, contoh pertanyaan 'lucu dan manja' Najwa lainnya, seperti ini: "Ibu, BOLEH SAYA NAKAL SEDIKIT ya Bu, pernah tidak sih Bu, bertanya begitu kepada Pak Jokowi?" Kiranya, sebagai interviewer tak perlu sampai mengkategorikan pertanyaannya sendiri sebagai bentuk pertanyaan yang 'nakal atau tidak', dan, 'sensitif atau tidak'. Akan lebih tepat, kalau sebutan interviewer yang 'nakal' itu justru disampaikan oleh pemirsa/penonton kepada Najwa. Kembali, tugas Najwa adalah bertanya, dan bertanya mewakili publik. Kalaupun gayanya gemar menyelipkan pertanyaan 'nakal', maka itu adalah salah satu kelebihan Najwa yang memang kritis, tapi ingat, ada baiknya Najwa tak perlu menandaskan bahwa dirinya 'nakal sedikit', atau yang semacamnya kepada narasumber.
>
> Terkait masalah ini, penting juga untuk membaca kembali tulisan Tedjomurti, Bertanya Mewakili Audience, dalam buku "Mencuri Kejernihan dari Kerancuan" (Gramedia, 1999) bersama Wimar Witoelar. Tedjomurti menegaskan kunci sukses Wimar dalam talkshow TV acara Perspektif Baru. Katanya, yang membuat acaranya segera menarik penggemar fanatik adalah kemampuannya 'mewakili' masyarakat luas, baik dalam soal akal sehat maupun moral sosial. Dalam setiap kesempatan---dan sembari berhadapan dengan tamunya---Wimar seolah-olah memunguti daftar pertanyaan, perasaan, dan nurani masyarakat, lalu mengartikulasikannya secara cerdas.
>
> Keempat, kekurangan lain dari Najwa pada episode 'Apa Kata Mega' ini adalah, sesuatu yang sebenarnya sudah dipahami Najwa sebagai interviewer tapi nyatanya tidak diterapkan. Yakni, mengajukan bentuk pertanyaan yang seharusnya dihindari untuk dilontarkan, yaitu bentuk pertanyaan "ya dan tidak", atau, "betul dan tidak". Contohnya saja adalah pertanyaan Najwa berikut ini:
>
> * * *
>
> Najwa: Kalau dibilang keras kepala. Betul enggak Megawati itu keras kepala?
>
> Megawati: Rasanya 'kok enggak keras ya.
>
> * * *
>
> Larry King menekankan pertanyaan 'YA/TIDAK' ini sebagai urutan pertama yang harus dihindari oleh interviewer. Pertanyaan 'ya/tidak' adalah musuh percakapan yang hangat. Dari sifatnya, mereka menghasilkan jawaban yang hanya berupa satu atau dua kata. Terbukti, di atas, jawaban Megawati pun hanya singkat saja.
>
> Tapi, terlepas dari itu semua, rasanya banyak yang setuju, kalau 'Mata Najwa' adalahtalkshow yang tetap selalu dinanti-nantikan jam tayangnya.
>
> Tetap semangat, Nana!
>
> o o o O o o o
>
> Bagi Kompasianer yang tidak sempat menyaksikan 'Mata Najwa' episode, Rabu, 22 Januari 2014 bertajuk 'Apa Kata Mega' dengan bintang tamu Megawati Soekarnoputri, silakan click link berikut ini: [http://www.youtube.com/watch?v=jQi_yUlx-Kw]
>
> - Semua foto, saya jepret di layar televisi di rumah saya, saat talkshow 'Mata Najwa' ditayangkan Metro TV, pada Rabu malam, 22 Januari 2014.
>
> Dibaca : 1825 kali
> Penulis : Gapey Sandy
>
> --
> --