5.29.2014

Ndak Iyo ???



From: syauqiyahya@gmail.com

CERMIN PENDIDIKAN INDONESIA; suatu pendidikan tak bermoral

Oleh: Mochammad Zaenal | 18 May 2013 | 07:05 WIB

Pendidikan memanglah sesuatu yang urgent bagi setiap bangsa. Mengingat yang di didik umumnya adalah generasi muda yang akan mengambil alih peran dalam semua aspek kehidupan bangsa. Berbicara pendidikan, nampaknya di negeri kita ini pendidikan masih terlihat bobrok. Bagaimana tidak, pendidikan yang dimulai dengan masuk di Taman Kanak-kanak (TK) dan akan lulus ketika melewati Perguruan Tinggi (PT) sejauh ini tak mampu menghsilkan lulusan yang mampu menyelesaikan permasalahan yang sudah sangat kompleks di negeri ini.
Kurikulum yang hampir setiap ganti menteri selalu berubah dengan dalih mengikuti perkembangan zaman, nyatanya justru menimbulkan inkonsistensi sistem pendidikan. Sungguhpun konsep yang ditawarkan sangat baik dan menjanjikan, dalam praktiknya selalu tak dapat terlaksanankan dengan baik. Murid tidak mengetahui kemana arah dirinya dibentuk, ahli fisikah, ahli biologi, ahli pertanian, ahli psikologi, ahli ekonomi, ahli tafsir, atau ahli fiqih. Murid hanya menerima materi yang sudah dirancang dalam kurikulum, dan menghafal materinya untuk nilai ujian. Fenomena inilah yang penulis alami dan amati selama menjadi pelaku pendidikan dari TK hingga PT sekarang.
Sebenarnya orientasi pendidikan kita yang mengarah pada nilai kognitif sangat tidak sesuai dengan karakter bangsa ini. Bangsa ini adalah bangsa bermoral yang semestinya tujuan pendidikannya lebih berkiblat pada moralitas, bukan intelektualitas. Jika ada pernyataan "keseimbangan intelektual dan moral" maka nyatanya di sekolah-sekolah negeri, pendidikan agama hanya 2 jam dalam seminggu, dibandingkan materi sains, bahasa, dan sosial budaya yang lebih dari 20 jam.
Guru-guru kita yang semestinya mendidik (bukan mengajar) nyatanya banyak yang hanya dating ke kelas, lalu menjelaskan materi, dan memberikan tugas latihan, terakhir member niali untuk tugas itu. Tidak ada penilaian bagaimana proses pengerjaan tugas itu dilaksanakan, bagaimana si rajin berusaha keras mengerjakan sementara si malas dengan mudahnya menyontek. Karena ikatan emosional sebagai teman sudah begitu kuat, maka saling membantu dalam ujian sudah menjadi hal yang wajib. Ketidakjujuran inilah yang akan menghancurkan bangsa besar ini, dengan munculnya kaum koruptor, dan kriminalis lainnya.
Guru bahkan tidak mampu mengikuti pola-pola yang semestinya diterapkan dalam kurikulum. Misalnya guru yang harus bisa menyampaikan materi dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, nyatanya juga kesulitan. Keaktifan guru tetap yang utama sebagai center of learning. Jika demikian, sampai kapanpun perubahan kurikulum tidak akan pernah berhasil.
Seharunya Indonesia tidak munafik, harus mengakui bahwa kita selama ini hanya menjalankan pendidikan yang tak bermoral. Tak ada greget untuk mencetak lulusan yang benar-benar jujur dan bermoral, berpikiran maju, dan nasionalis. Jiwa nasionalis hanya ditanamkan pada kaum militer, tidak Nampak pada kaum pelajar. Coba kita perhatikan style masyarakat kita, dari yang muda sampai yang tua sekalipun, mereka menggunakan style bangsa lain. Celana ketat, rok pendek, dan kaos ketat sudah menjadi pemandangan yang umum di kalangan kaum hawa. Keluar dengan celana pendek dan rambut diwarnai macam-macam warna adalah gaya yang dianggap trendy bagi kaum adam.
Wacana pendidikan berkarakter yang dikoar-koarkan, juga tak mampu merubah gaya pendidikan kita. Ketidakjujuran siswa tetap merajalela. Sebut saja Ujian Nasional (UN) yang setiap tahun mengalami kecurangan besar-besaran. Kita akui saja tanpa ada kemunafikan. Bahkan sekolah-sekolah menjadikan UN sebagai sebuah kompetisi untuk mendapatkan peringkat terbaik berdasarkan nilai kelulusan siswa-siswanya. Ironis memang, namun tetap saja masih ada harapan. Ibarat saat ini bangsa kita berada dalam sungai yang begitu keruh penuh sampah, pendidikan harus muncul sebagai mata air yang jernih, bersih tanpa kotoran. Sehingga sedikit demi sedikit akan menggeser sampah-sampah bagsa ini dan Indonesia baru akan lahir.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar