3.22.2014

Wani Piro ?


From: <syauqiyahya@gmail.com>



Jumat, 21/03/2014 13:47 WIB

Praktik Politik Wani Piro

Praktik Politik Wani Piro Kian Vulgar, Para Caleg pun Kewalahan

ERWIN DARIYANTO - detikNews

Sosialisasi pemilu 2014

Jakarta - Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan Lukman Hakim Saifuddin mengaku sering menerima keluhan dari rekan-rekannya sesama politisi. Khususnya yang saat ini maju sebagai calon anggota legislatif tahun 2014.
?
Salah satu keluhan adalah terkait maraknya praktik politik transaksional di masyarakat, atau yang kini lebih dikenal dengan politik wani piro.

Para politisi itupun merasa kewalahan karena saat kampanye, masyarakat tak lagi melihat visi misi seorang caleg, melainkan besarnya uang atau bantuan yang diberikan. Pada pemilihan umum 2009 lalu praktik tersebut sebenarnya sudah ada, namun tahun ini sangat terasa dan kian vulgar dilakukan.

"Politik transaksional sangat terasa, dan ini tidak dialami dalam pemilu-pemilu sebelumnya," kata Lukman saat berbincang dengan detikcom hari ini Jumat (20/3).

Saat ini menurut Lukman banyak pemilih memberikan hak suara berdasar pada kesamaan atau kecocokan nilai uang sebagai harga suara yang diperjualbelikan. "Wani piro? Itulah pertanyaan yang sama-sama dilontarkan antar pemilih dan yang dipilih," kata pria yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat ini.

Praktik politik transaksional atau wani piro ini jelas tidak ideal. Semestinya pemilih memberikan hak suara berdasarkan kesamaan visi dan misi dengan calon legislator. "Transaksi antara keduanya dibangun di atas fondasi kesamaan visi dan saling percaya. Ini yang ideal," kata dia.

Saat transaksi politik dilakukan atas dasar kesamaan visi dan misi, maka hubungan pemilih dengan yang dipilih akan terikat dalam jangka panjang. Hubungan wakil rakyat dengan konstituen tidak terputus setalah pemilihan umum selesai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar