3.19.2014

Rakyat Memilih Pemimpin


From: <syauqiyahya@gmail.com>



Rakyat Dinilai Masih Dangkal Memilih Pemimpin



KOMPAS

Mencari pemimpin yang baik.

Rabu, 19 Maret 2014 | 15:47 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Senior Soegeng Sarjadi Syndicate Sukardi Rinakit menilai preferensi rakyat Indonesia masih dangkal dalam memilih pemimpin politik, termasuk presiden. Pasca rezim Orde Baru Soeharto, mayoritas rakyat hanya memilih presiden berdasarkan figur semata.

"Contohnya jelas, saat itu figur Megawati kuat PDI-P menang, kemudian SBY kuat Demokrat menang, sekarang Jokowi PDI-P bisa menang," kata Sukardi saat diskusi di Jakarta, Rabu (19/3/2014).

Sukardi mengatakan, pola preferensi pemilih tersebut mengalami perubahan dari masa ke masa. Pada masa Soekarno, kata dia, preferensi pemilih lebih banyak dipengaruhi oleh ideologi. Hal ini berubah saat Soeharto berkuasa dimana terjadi pendangkalan politik berupa deideologisasi.

"Sekarang kultur politik berubah dimana figur sangat menentukan kemenangan partai," imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, pakar komunikasi politik Universitas Indonesia Effendi Ghazali juga mengatakan hal yang senada. Pada dua dekade lalu, kata dia, kemenangan parpol ditentukan oleh mesin politik. Sementara dekade sebelumnya, kemenangan ditentukan oleh figurisasi tokoh.

"Sekarang itu yang paling penting, karakter. Orang yang memiliki karakter kuat seperti dekat dengan rakyat, tidak akan kalah," ucapnya.

Sementara itu, rohaniawan Romo Benny Susetyo mengatakan, saat ini rakyat memang lebih mengutamakan moralitas publik ketimbang visi-misi di dalam menentukan pilihannya. Dia pun menilai rakyat tidak bisa disalahkan karena pendidikan politik tidak dibangun.

"Pemimpin yang baik itu adalah pemimpin yang jujur dan tidak korup. Ini karena rakyat sudah lama dibohongi oleh pemimpin. Rakyat kehilangan trust kepada pemimpin," pungkasnya.

Penulis: Rahmat Fiansyah

Editor: Sandro Gatra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar