Dari: "A.Syauqi Yahya"
> Saatnya PKS untuk Kembali ke Cita-cita Awalnya
>
> Vonis 16 tahun penjara untuk mantan Presiden PKS menyentak para pendukung PKS. Para petinggi mengeluarkan pernyataan bahwa hukuman ke Luthfi sangatlah tidak adil dibandingkan dengan kasus-kasus korupsi lainnya. Tak kurang Hidayat Nurwahid yang pernah menjadi ketua MPR mengatakan agar para koruptor sebaiknya korupsi sebesar-besarnya agar supaya mendapat hukuman yang ringan. Ungkapan emosional ini bisa dimengerti tapi sebenarnya tak layak dikeluarkan seorang Ustaz yang juga seorang Doktor bidang Ilmu Agama Islam.
> PKS sebaiknya mengambil jarak dengan siapapun diantara kadernya yang terlibat korupsi apalagi kalau sudah divonis pengadilan. Sistem negara ini memberikan mandat kepada pengadilan sebagai wakil Tuhan untuk mengatakan mana yang benar dan mana yang salah. PKS akan mendapatkan acungan jempol dan pujian jika mengatakan, jika presiden kami terlibat maka hukumlah dia dengan hukuman maksimal dan kami serahkan sepenuhnya kasus presiden kami ke pihak penegak hukum. Korupsi bukan kebijakan kami dan jika ada anggota yang terlibat maka itu adalah tindakan pribadi yang bersangkutan yang biarlah yang bersangkutan menjalani proses hukum sampai pengadilan yang memutuskan nasibnya.
> PKS pada awal didirikan banyak memberikan harapan banyak disaat korupsi merajalela dimasa sebelum reformasi. PKS jika turun ke jalan tidak menebar rasa takut dan teror ke orang lain dan melakukan demo yang santun yang tak menutup jalan. Pengurusnya adalah orang-orang muda berdedikasi tinggi dan intelek. Seiring perjalanan waktu maka orientasi partai berubah. Kesederhanaan berubah menjadi kemewahan. Diskusi intelektual berubah menjadi pembelaan membabi buta. Banyak orang non kader yang tiba-tiba menjadi pengurus tanpa mengikuti jenjang pembinaan yang seharusnya kecuali karena yang bersangkutan bisa memberikan mahar yang besar. Musyawarah mencapai keputusan berubah menjadi pemaksaan kehendak Majlis Syura yang tak pernah dipimpin oleh orang lain sejak partai didirikan kecuali oleh Hilmi Aminudin. Akibatnya belakangan kader PKS lebih mirip dengan kader hasil cuci otak yang secara membabi buta mendukung keputusan apapun dari DPP PKS.
> Upaya untuk merubah bentuk partai menjadi inklusif hanya untuk mendapatkan beberapa orang kader non muslim tapi malah ditinggalkan banyak kader muslim potensialnya. Orientasi partai bukan lagi menjadi partai da'wah tapi partai kekuasaan, sibuk menggolkan kadernya untuk menjadi kepala daerah atau memegang portofolio di kabinet.
> Kembalikan PKS ke cita-cita awal Partai Keadilan maka PKS akan mendapatkan kembali konstituennya yang hilang apalagi disaat para konstituen nyaris tak lagi menyisakan kepercayaan kepada partai politik untuk menyalurkan aspirasi mereka.
>
> Dibaca : 36 kali
> Penulis : Shalahuddin Ahmad
>
> --
> --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar