12.19.2013

Ikrar Pemuda: Bukan Penonton tapi Penggerak Kemajuan Bangsa


Dari: <anishariri@gmail.com>

>
>
> Ikrar Pemuda: Bukan Penonton tapi Penggerak Kemajuan Bangsa
>  29-11-2013  Tulisan  Komentar
>
> Jakarta, 27-28 Oktober 1928 
> Selama 24 jam penuh polisi Belanda memantau setiap pergerakan para pemuda di rumah itu. Rumah yang kemudian dikenal sebagai Gedung Kramat 106 itu sebenarnya tempat kos mahasiswa. Di dalam rumah, Soegondo memimpin rapat pemuda yang datang dari sejumlah daerah. Ketika terdengar kata "merdeka", polisi masuk, marah-marah. Namun, berkat lobi Soegondo kemarahan polisi mereda. 
>
> Namun, ketika datang permintaan pembubaran dari polisi agar acara itu bubar Soegondo justru menampik. Ia berdiri menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Acara tetap berjalan dan sejarah mencatat bahwa acara itu menjadi salah satu tonggak penting sejarah Indonesia yang melahirkan Ikrar Pemuda atau kita kenal kini sebagai Sumpah Pemuda. 
>
> Sumpah Pemuda adalah cerita tentang keberanian para pemuda. Pada 27-28 Oktober 1928 itu belum ada negara yang bernama Indonesia, status negeri ini tanah jajahan Belanda. Sudah banyak contoh tindakan keras pemerintah Belanda terhadap para perongrong kekuasaan mereka. Apakah Soegondo, Muhammad Yamin, Tabrani, dan kawan-kawan gentar atau mundur karena ancaman Belanda? Tidak, mereka malah mengumandangkan ikrar pemuda.
>
> Bayangkan, selama tujuh belas tahun para pemuda itu berjuang dan mengajak anak bangsa lain untuk merdeka. Sehari-hari mereka bergelut dengan ide dan wawasan soal kemerdekaan di bawah ancaman Pemerintahan Belanda yang nyata. Dari sini, kita bisa lihat kedahsyatan daya juang mereka.
>
> Perjuangan mereka menular ke khalayak luas. Rata-rata mereka adalah para pemuda yang lahir dari keluarga berada. Soegondo Djojopoespito, ketua Kongres Pemuda II, Mohammad Tabrani Soerjowitjitro, ketua Kongres Pemuda I lahir dari keluarga berada. Artinya apa? Bila mereka menginginkan kemakmuran pribadi, tentu mereka tinggal diam dan belajar saja. Tapi mereka berani mengambil jalan sulit. Dan lihat efeknya, kemerdekaan itu hadir berkat jasa mereka. Ketulusan mereka menular..
>
> Syukur dan Ikhtiar 
> Indonesia sudah merdeka, lalu apa yang harus kita lakukan? Republik ini didirikan bukan sekadar untuk menggulung kolonialisme, tapi juga untuk menggelar keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. Republik hadir untuk melindungi, mensejahterakan, dan mencerdaskan rakyatnya serta memungkinkan berperan dalam tataran dunia. Isi pembukaan UUD 1945 adalah janji.
>
> Janji adalah kesediaan, kesanggupan untuk berbuat, untuk memenuhi dan untuk mencapai. Janji adalah utang yang harus kita lunasi. Janji memberikan komponen kepastian. Republik ini dibangun dengan ikatan janji!
>
> Sumpah pemuda adalah bentuk optimisme kaum muda. Optimisme itu menular dan bisa disebarkan. Saat syarat pesimis terhampar di hadapan mata. Sebagian besar rakyat masih buta huruf, hidup dalam kemiskinan, keterbelakangan akses dan marjinalisasi. Penggerak zaman tidak peduli, tidak menyerah pada zaman. Optimisme mengubah ketakutan menjadi energi positif.
>
> Kita perlu memperhatikan kemajuan dan keberhasilan. Keseimbangan dan objektivitas bisa mendorong kita memiliki optimisme. Optimis terhadap bangsa tidaklah sama dengan mendukung pemerintah. Sikap kritis justru harus dipertahankan, tapi sikap pesimistis harus dihapus dan jangan takut untuk optimistis.
>
> Coba tengok masa lalu. Ketika republik ini didirikan, para pemimpin memiliki seluruh persyaratan untuk pesimistis. Bandingkan, hari ini kita memiliki banyak persyaratan untuk optimis. Tapi, kita sering memilih membicarakan kegagalan, bukan keberhasilan.
>
> Kita harus merombak suasana itu. Jangan jadi generasi yang kritis-pesimis, jadilah generasi yang kritis-optimis: generasi yang tidak hanya berani mengkritik, tapi berani juga memberikan jalan keluar.
>
> Memajukan Republik 
> Dalam 10-20 tahun lagi pesaing kita adalah anak-anak dari luar negeri dan orang asing yang datang ke Indonesia untuk mencari profesi bonafide. Maka penting bagi pemuda mampu berkibar di tingkat global namun tak melepaskan kakinya di akar rumput. Belakangan ini kita lihat banyak anak bangsa yang berkiprah di tingkat internasional tapi tak menyambung dengan masyarakat bawah. Sebaliknya, mereka yang berjuang di tingkat bawah tak bisa menyambung dengan masyarakat dunia di tingkat global sehingga akhirnya perjuangan mereka berhenti pada titik lokal. Padahal, bukan tidak mungkin perjuangan mereka itu bisa sangat menginspirasi masyarakat banyak di belahan dunia lain. 
> Kita bisa belajar soal pemahaman akar rumput dan kompetensi global ini dari kisah Sumpah Pemuda. Ini adalah bukti keberhasilan pendidikan. Soegondo, Yamin, Tabrani dan lainnya memiliki kesadaran soal kemerdekaan berkat pendidikan.
>
> Sekali lagi ini seharusnya menjadi pelajaran bagi kita, kalau kita ingin maju menjadi bangsa yang besar, jangan fokus pada material. Jangan fokus pada sumber daya alam, tapi fokus pada manusia Indonesia. Kunci memajukan Indonesia, pada manusianya.
>
> Coba lihat bangsa mana di dunia, yang rakyatnya sebesar ini dan setersebar ini, yang bisa memutarbalikan buta huruf total menjadi melek huruf total? Itu adalah pencapaian luar biasa. Itu adalah prestasi kolektif seluruh bangsa, bukan prestasi satu-dua pemerintahan.
>
> Melek huruf adalah awal keberhasilan. Akses pada pendidikan berkualitas untuk setiap warga Indonesia adalah janji berikutnya yang harus dilunasi. Anak-anak yang terkesampingkan secara sistematis, lalu tidak bisa mengakses pendidikan memadai, maka ketika berusia 30-an jumlahnya akan meledak. Kita harus mencegah ledakan sosial itu sejak dini, tentunya dengan keadilan akses pendidikan.
>
> Anak muda selalu terpacu dengan kata kepemimpinan, tapi mestinya juga menyebarkan nilai kesejahteraan. Hal ini harus dilakukan oleh anak muda secara simultan. Pada titik inilah kita lihat keampuhan keputusan ketiga sumpah pemuda, yaitu menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Bahasa Indonesia adalah modal utama untuk merengkuh kemajuan di masa depan. Indonesia ini sudah punya modal persatuan di banyak bidang. Tugas itu harus diambil alih oleh pemuda.
>
> Melihat potensi anak muda ini, pendekatan yang lebih tepat adalah kepemimpinan yang hadir untuk merangsang semua orang untuk mau menyelesaikan masalah, kepemimpinan yang menggerakkan. Pemimpin bisa menggerakan jika dia dipercaya.
>
> Model kepimpinan yang bertumpukan kepada kepercayaan itu yang coba kami terapkan di Gerakan Indonesia Mengajar. Gerakan ini bisa bergerak karena adanya kepercayaan kolektif. Ini tidak berencana menyelesaikan seluruh masalah pendidikan di Indonesia, gerakan ini berencana mengajak semua orang turun tangan menyelesaikan masalah pendidikan di Indonesia.
>
> Kepemimpinan ideal seperti konduktor dalam sebuah orkestra. Kehadiran konduktor itu memberikan nyawa, menyodorkan perasaan tujuan yang sama. Dia menggugah untuk semua mau turun tangan. Setiap orang memainkan perannya tetapi konduktor merancang, menyiapkan dan mendorong semua untuk bergerak ke tujuan yang sama.
>
> Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan bahwa jika pada masa lalu Soegondo dan kawan-kawan melahirkan Sumpah Pemuda, maka pemuda saat ini mesti mengeluarkan Ikrar Membangun Bangsa. Pilar utama untuk menguatkan bangsa adalah menjadikan integritas adalah karakter utama pemuda masa kini. Dari integritas akan bermuara pada saling kepercayaan, gotong royong dan kesiapan untuk terlibat. Pemuda harus selalu hadir memberi nuansa perubahan dan siap turun tangan.
>
>  http://aniesbaswedan.com/ikrar-pemuda-bukan-penonton-tapi-penggerak-kemajuan-bangsa
>
>
>
> --
> --

Tidak ada komentar:

Posting Komentar