12.19.2013

“Suro Diro Joyoningrat Lebur Ing Pangastuti”


Dari: <syauqiyahya@gmail.com>

> Memahami Status BBM Anas : "Suro Diro Joyoningrat Lebur Ing Pangastuti"
>
> Oleh: Anton Dwisunu Hanung Nugrahanto | 04 March 2013 | 18:50 WIB
>
> 
>
>
> Anas terus menjadi pencerita atas lakon Mahabharata yang ia persepsikan dalam pertarungan politik di Partai Demokrat, hari ini Status BBM Anas Urbaningrum : Suro Diro Joyoningrat Lebur Ing Pangastuti, bila diperhatikan Anas sudah memandang konflik di Demokrat terus berlanjut, sinyal : Suro Diro Joyoningrat Lebur Ing Pangastuti adalah sinyal perang, bahasa bagi pihak yang ingin bertempur dalam menafsirkan peperangannya. Arti dari Suro Diro Joyoningrat Lebur Ing Pangastuti adalah : "Kebaikan, Keluhuran Budi, Kesantunan dan Sikap Tenang akan menghancurkan angkara murka, kejahatan dan sikap serakah". Kata ini juga bermakna Suro = Keberanian, Diro = kecerdasan, Joyoningrat = mulia, artinya juga : Kekuasaan yang penuh dengan keberanian, Kecerdasan, Dan Kemuliaan akan kalah dengan kejujuran, budi pekerti yang luhur.
>
> Pameo : Suro Diro Joyoningrat Lebur Ing Pangastuti, adalah kalimat yang amat terkenal dalam kisah-kisah pewayangan dan menjadi salah satu kata 'ageman' atau 'pegangan' orang Jawa ketika, mereka dihadapkan pada suatu konflik dalam kehidupannya, demikian juga pada kisah-kisah perebutan kekuasaan. Pada masa perang segitiga Jawa, Pangeran Sambernyowo pernah berucap "Suro Diro Joyoningrat Lebur Ing Pangastuti" ucapan ini kemudian dikenal sekali dalam cerita-cerita orang Solo, salah satu yang mempopulerkan pepatah Jawa ini adalah Suharto, dalam biografi-nya Suharto menggambarkan perseteruan politinya dengan Bung Karno sebagai Perseteruan antara yang berkuasa, yang hebat, yang kuat, yang cerdas dan yang berwibawa dan ini digambarkan dalam kepribadian Sukarno, melawan seorang yang lugu, bodoh, pendiam namun membawa kebenaran. Suharto menggambarkan di dalam otobiografi-nya pada bab pertarungan dengan Sukarno sebagai "Suro Diro Joyoningrat Lebur Ing Pangastuti". Nafas kata-kata Suro Diro Joyoningrat Lebur Ing Pangastuti ini sebenarnya adalah 'bahasa perang tanding' bagi kebanyakan penguasa Jawa. Perang 'Head to Head' sudah dimulai.
>
> Anas sudah berdiri di barisan yang ia bangun sendiri dalam perkelahian politiknya dengan SBY. Di satu sisi berdiri pihak yang diklaim Anas sebagai "Para Sengkuni". Anas juga mencitrakan kelompok diluarnya adalah barisan penjahat yang tidak ikhlas dia naik dan menjadi Presiden Republik, Anas dianggap sebagai pengganggu skenario besar SBY,  bagi kelompok SBY, Anas seperti "Monyet yang muncul tiba-tiba" sebuah barisan yang tidak diinginkan dalam narasi ke depan Partai Demokrat genap dengan strategi jangka panjangnya.
>
> Namun tak disangka juga Anas melawan, dan perlawanan Anas ini mengejutkan banyak orang, bila sebelumnya ada lemparan kasus 'tersangka' dalam diri Anas, Anas melakukan politik 'sakit' dan mengonsolidasikan orang-orang terdekatnya, maka ketika tahapan konflik lebih maju lagi, Anas membangun kekuatan besar eksternal yang bisa menjadi basis dalam pengeroyokan terhadap SBY, datangnya Prabowo dan banyak tokoh penting di luar Partai Demokrat menjadikan Anas seakan-akan berdiri menjadi Panglima Perang dalam melawan Susilo Bambang Yudhoyono, yang secara diam-diam dia artikan sebagai : Prabu Duryudhono, penafsiran SBY oleh Anas sebagai Prabu Duryudhono sendiri merupakan logika dari ucapan Anas bahwa ada ada 'Para Sengkuni' menasihati SBY. Sengkuni adalah karakter jahat yang meracuni pikiran Duryudhono dalam menghantam para Pandawa dan jelas disini Anas Urbaningrum sebagai Pandawa serta dipihak yang benar menurut penafsirannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar