12.10.2013

Dewa Suprapta,


Dari: "A.Syauqi Yahya"

> Dewa Suprapta, Orang Indonesia Pertama Penerima Scientific Award yang Tolak Jadi Pejabat
>
> Prestasi emas tingkat Internasional kembali ditorehkan putra bangsa kita. Adalah Prof. Dr. Ir. Dewa Ngurah Suprapta, Msc seorang guru besar Ilmu Pertanian di Universitas Udayana meraih penghargaan "Scientific Award" yang diberikan oleh ISSAAS (International Society for Southeast Asian Agricultural Sciences). Asosiasi Ahli Pertanian Asia Tenggara dan Jepang yang berkantor pusat di Tokyo. Dan membanggakan buat kita karena beliau satu-satunya ilmuwan yang berasal dari Indonesia yang mampu mencapai prestasi bergengsi di bidang pertanian ini.
> Penulis pernah bertatap muka dengan beliau satu kali. Saat Pak Dewa Suprapta mengisi sebuah seminar teknologi pertanian di Denpasar beberapa bulan lalu. Dan penulis mengikuti seminar tersebut atas undangan dari teman baik yang menjadi penyelenggara seminar.
> Sederhana dan penuh keakraban, itulah kesan yang penulis dapat saat kami terlibat dalam sebuah diskusi kecil di sela-sela break seminar. Saat itu Pak Dewa Suprapta menekankan kepada kami betapa pentingnya untuk bisa memiliki ketahanan pangan keluarga kecil. Bukannya  maksud beliau menyuruh setiap keluarga harus memiliki kebun sendiri, namun setidaknya pekarangan kecil di depan rumah jangan sampai tersia-sia dan tidak ditanami apa-apa. Minimal  cabe, tomat , atau tanaman sehat lainnya yang bisa langsung dimakan atau bisa menjadi obat. Sebuah saran dan ide brilyan yang patut digalakkan di dalam sebuah keluarga terutama untuk menghidupkan lingkungan asri juga menjaga stabilnya ekonomi dan kesehatan keluarga.
> Kesederhanaan beliau patut diacungi jempol. Terbukti, di Tahun 2004, Dewa Suprapta pernah ditawari untuk menjadi Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bali namun beliau menolaknya. Tiada lain tiada bukan, beliau teramat mencintai dunia ilmu pertanian dan dunia akademisi lah tempat yang paling tepat untuk bisa selalu berinteraksi dengan petani dan kebun-kebun lokal di sekitar Bali. Sebuah penolakan yang patut diacungi jempol, di saat banyak orang mendaftarkan dirinya agar bisa disumpah menjadi pejabat, beliau malah memilih dunia akademisi  dan ilmu pengetahuan dengan alasan demi kemajuan iptek pertanian.
> SEJAK tahun 1999, Dewa Ngurah Suprapta mengajar di Program Studi Magister Bioteknologi Pertanian Program Pascasarjana Unud. Ia juga menjadi dosen tamu di Tokyo University of Agriculture, Ibaraki University, dan Kagoshima University, Jepang. Memang, di Jepang-lah Suprapta meraih gelar magister (1994) dan gelar doktor (1997) dari Kagoshima University
> Bagi Prof. Dr. Ir.  Dewa Suprapta  Ini bukanlah penghargaan pertama yang diterimanya. Kepala Lab. Biopestisida Universitas Udayana ini tercatat telah beberapa kali menerima penghargaan atas prestasi dan karya-karyanya. Tercatat Satya Lencana Presiden RI, Kalpataru Presiden RI,KEHATI AWARD, Dosen Berprestasi Nasional dari Menteri Pendidikan Nasional RI dan tentu saja yang paling gress adalah Peraih Scientific Award 2013.
> Untuk mendapatkan Scientific Award dari ISSAAS bukan perkara mudah. Beliau harus menulis jurnal penelitian ilmiah bidang pertanian di ISSAAS dengan konten bisa menjadi inovasi teknologi yang mampu menciptakan nilai tambah dan berperan besar untuk peningkatan kesejahteraan petani. Untuk bisa masuk nominasi, minimal harus ada 10 buah jurnal ilmiah yang dipublikasikan di ISSAAS. Proses screeningnya juga sangatlah ketat, mengingat ini adalah ajang bergengsi tempat berkumpulnya para ilmuwan pertanian seluruh Asia.
>
> Tercatat ada 48 karya ilmiah internasional beliau dan 17 di antaranya diterbitkan pada Journal Of ISSAAS. Ada 5 Hak Paten yang dimiliki Prof Dr Dewa Suprapta ini untuk produk dan paket teknologi pertanian yang sudah meluas dan digunakan masyarakat pertanian di Bali.
> CERITA LAIN TENTANG PEMULIH PISANG BALI
> Ada sebuah julukan terkenal beliau yaitu Ilmuwan Pemulih Pisangnya Bali. Ceritanya, beliau melihat kegelisahan warga Bali yang mayoritas memeluk Hindu dan sering menggunakan pisang sebagai sesajen yang dipakai dalam setiap kegiatan ibadah di Pura. Nilai filosofi pisang sangat tinggi historik dan ibadahnya. Nilai pisang bisa mewakili buah-buah lain yang tidak ada, sedangkan buah lain tidak bisa mewakili pisang dalam sesajen. Selain itu pisang diyakini sebagai pemulih dan penyeimbang suatu lahan bencana atau tragedi berdarah yang menimpa suatu daerah. Seperti ketika terjadi Bom Bali 2002 lalu, lokasi Paddy's Club sebagai ground zero sekarang, harus ditanami pohon pisang terlebih dahulu agar menghindari hal-hal yang dimurkai para Dewata. Barulah setelahnya, lokasi bisa dimanfaatkan kembali. ( Kompas, 10/08/2003 ).
> Melihat peran penting pisang dan nilai filosofi yang tinggi di masyarakat Bali, dan saat Bom Bali sempat terjadi keguncangan perekonomian di Bali mengakibatkan pisang menjadi susah didapatkan di pasaran. Nilai produksi menurun dari 134.000 per tahun menjadi hanya 58.000 per tahun.
> Penurunan drastis buah pisang juga disebabkan karena musim kering yang panjang di Bali. Hingga akhirnya dari berbagai macam percobaan yang dilakukan bersama Team Dinas Pertanian Bali, Dr. Dewa Suprapta berhasil menemukan pestisida nabati yang diramu dari bahan baku ekstrak rimpang lengkuas dan ekstrak daun sirih.
> Dari usaha pendekatan kepada petani pisang yang tak pernah lelah, maka pestisida nabati temuan Dewa Suprapta mulai disukai banyak petani pisang. Dan dari perayaan-perayaan hari besar Galungan maupun Kuningan , sudah tidak terdengar lagi adanya paceklik pisang di Bali.
> "Saya akan terus melanjutkan pengabdian sebagai dosen dan tetap meneliti untuk mendukung pembangunan pertanian di Bali dan di Indonesia. Juga di ASEAN. Dan berharap semoga hasil penelitian ini bisa dirasakan manfaatnya oleh petani."
>
> Itulah pesan singkat yang disampaikan Prof Dr Dewa Suprapta ketika menyampaikan pidato singkatnya di hadapan komite Juri ISSAAS Award tanggal 12 November 2013 bertempat di Hotel Accacia, Manila Philiphina.
> Buah ilmu adalah kesejahteraan.
> Buah sabar adalah keberhasilan.
> Semoga Jaya Indonesiaku !
>
> Dibaca : 238 kali
> Penulis : Agung Soni
>
> --

Tidak ada komentar:

Posting Komentar