> Filosofi Pantat Sepeda
>
> Bung Seand Munir benar. Tinggal dibiasakan untuk menikmati penderitaan sehingga menjadi hal yang tak menyakitkan.
>
> Waktu itu saya beli sepeda dan merasakan keheranan atas bentuk tempat duduk sepeda zaman ini yang kecil dan keras. Tempat duduk itu menyakitkan untuk diduduki. Padahal harga sepedanya relatif mahal. Beda dengan tempat duduk sepeda model lama yang besar.
>
> Bung Seand sarankan coba saja pakai. "Coba aja pakai, nanti juga biasa," katanya dengan yakin. Mendapati saran itu aku mengurungkan niat membeli matras atau asesoris tambahan untuk tempat duduk sepeda.
>
> Seminggu pertama menggowes pantat terasa sakit. Sakitnya seperti tertinggal di pantat ke arah lubang dubur (maaf). Bahkan dua hari sesudah menggowes masih terasa sakit di pantat. Iseng-iseng kuperhatikan di cermin, jangan-jangan sebabkan kapalan atau bisulan. Syukurlah, ternyata, tidak.
>
> Minggu kedua sudah mulai terbiasa. Sakitnya makin berkurang. Dan, minggu ketiga, sama sekali tak terasa sakit lagi. Minggu keempat dan seterusnya, tak ada bedanya antara duduk di kursi dengan duduk di dudukan sepeda yang kecil dan keras tersebut.
>
> Begitulah filosofi kesakitan dan penderitaan. Tinggal dibiasakan saja. Lama-lama akan akrab dan tak terasa lagi.
>
>
>
Blognya alumni SMPN 1 Magelang; berbagi kenangan; berbagi rasa dan berbagi cerita.... OPEN to all of alumnus.
12.12.2013
Filosofi Pantat Sepeda
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar