10.27.2014

tertawa-tertawa sendiri di jalan ?


From: <syauqiyahya@gmail.com>



Musim Depresi Gagal Nyaleg Telah Tiba

Oleh: Abanggeutanyo | 24 April 2013 | 13:40 WIB


Komisi Pemilihan Umum (KPU), Senin (22/4) secara resmi menutup masa pendaftaran calon sementara (DCS) legislatif untuk DPR RI dari 12 Partai politik (parpol) peserta Pemilu 2014. Total caleg sementara untuk DPR RI yang akan mengadu nasib sebanyak 6.576 orang. Dari jumlah tersebut caleg wanita terdapat 2.434 orang, sedangkan caleg pria terdapat 4.142 orang.

Jika dilihat dari daftar celeg sementara DPR RI pada pemilu 2009 sebelumnya terdapat 14.020 caleg sementara dari 38 parpol (termasuk yang dicoret KPU 2.152 caleg setelah verivikasi-red) sebetulnya turun sangat drastis dari  atau tumbuh minus 53% dari caleg sementara pemilu 2009. Sementara itu, penurunan jumlah parpol nasional peserta pemilu 2014 dari 38 parpol ke 12 parpol, sangat ekstrim yakni minus 68,4%.

Penurunan jumlah  daftar caleg sementara sebanyak 53% itu sebenarnya TIDAK sebanding dengan penurunan jumlah parpol peserta pemilu. Kondisi ini memberikan pesan-pesan atau tanda khusus berkaitan dengan gejala-gejala penyakit sosial akibat gagal caleg sebagaimana  yang pernah terlihat langsung oleh kita sampai yang kita dengar dan baca dari aneka media massa pada musim caleg pemilu 2009.

Saat itu kita disuguhi oleh beberapa peristiwa menggemaskan dan membingungkan oleh hadirnya sejmlah orang yang gagal jadi caleg di berbagai daerah sampai caleg tingkat pusat.

Menggemaskan karena tingkah laku para korban gagal caleg itu bertingkah aneh-aneh, mulai dari tindakan KDRT terhadap keluarganya sampai depresi berat bahakan ada yang sampai bunuh diri tak tahan menanggung malu dan tumpukan hutang akibat gagal caleg.

Serangkaian peristiwa demi peristiwa gagal menjadi caleg tidak dapat disebutkan satu per satu pada tulisan ini, namun kita sebut saja dengan istilah Depresi dan Stres akibat gagal nyaleg. Istilah ini menggunakan pernyataan Ketua Forum Jejaring Komunikasi Kesehatan Jiwa (FJKKJ) dr.G Pandu Setiawan, Sp.KJ.Sumber : http://health.kompas.com

Sementara itu, komposisi caleg DPR RI 2014  berdasarkan gender terdapat 2.434 orang wanita (37%) dan selebihnya pria 4.142 orang (73%). Hal ini berbeda dengan kondisi daftar caleg tetap DPR RI pada 2004 lalu kaum  wanita sebanyak 3,910 (34%) dan selebihnya pria 7.391 (64%). (sumber :http://news.detik.com).

Melihat jumlah caleg di atas meskipun menurun tapi kualitas animo menjadi caleg dari sebuah partai justru meningkat. Selain itu animo kaum wanita ikut terlibat dalam kancah politik di negeri ini semakin meningkat. Hal ini tentu sesuai dengan Undang-undang No 8 Tahun 2012 dan Peraturan KPU No 7 Tahun 2013 tentang perwakilan kaum perempuan (wanita) di legislatif.

Ada beberapa hal yang menyebabkan meningkatnya jumlah caleg DPR (termasuk DPRD Provinsi dan DPRD kota/kabupaten) dari satu partai pada pemilu 2014. Beberapa hal tersebut mulai dari peraturan KPU nomor 7/2007 tentang kuota 100% calon per parpol sampai pada  bertambahnya daerah pemilhan (dapil) di provinsi dan kab kota. Selain it, bertambahnya animo menjadi caleg juga karena beberapa anggota dewan dari parpol gurem dan parpol yang tidak lolos pemilu 2014 juga menjadi sebuah alasan tersendiri hinga menambah animo para caleg  untuk mengadu nasib pada pemilu 2014.

Dari serangkaian informasi di atas, ada beberapa hal yang menarik perlu kita diskusikan lebih lanjut, yaitu :

Animo masyarakat untuk menjadi anggota dewan (caleg) di setiap jenjang (kabupaten/kota, provinsi dan pusat) meningkat sangat luar biasa.
Hilangnya partai peserta pemilu 2014 tidak diimbangi dengan menurunnya caleg secara signifikan.
Anggota dan simpatisan dari 12 partai peserta pemilu berharap besar untuk menjadi anggota dewan dengan memasukkan jumlah kuota optimal daftar caleg mereka.
Caleg wanita tumbuh sangat signifikan sementara caleg pria menurun karena peraturan jatah untuk wanita akan semakin terbuka peluangnya hingga mencapai 30% dari jumlah anggota dewan.

KPU akan menerbitkan pengumumannya tentang jumlah caleg tetap (DCT) pada  12 Juni 2013 yang akan datang. Mungkin diantara sejumlah caleg sementara yang telah diusung oleh parpol masing-masing dengan sejuta harapan dan impian akan merasakan pengalaman gagal nyaleg.

Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi pada sejumlah DCT gagal tersebut. Mudah ditebak arah tekanan psikologis semacam apa yang terjadi nanti setelah melihat realita antara impian dan kenyataan bertolak belakang.

Kekecewaan atau tekanan psikologis itupun belum sebanding jika para DCT  itu nantinya gugur lagi pada tingkat verifikasi faktual dan lebih-lebih lagi jika setelah pemilu nanti ternyata tersisih alias gagal total menjadi caleg.

Tak heran, mulai Juni nanti sejumlah rumah klinik telah siaga satu menyambut musim depresi tiba. Di beberapa kabupaten dan kota pun sudah mempersiapkan tempat tidur dan fasilitas untuk para caleg yang gagal total atau belum beruntung.

Di Jakarta, dengan fasilitas kesehatan Kartu Jakarta Sehat (KJS) diperkirakan akan menambah arus pasien gagal nyaleg. Mungkin beberapa caleg kelas kakap yang terkena depresi tidak dibawa keluarganya ke rumah sakit atau klinik biasa sehingga klinik spesialis juga akan kebanjiran pasien gagal nyaleg, seperti yang disampaikan oleh Dahlan Iskan pada sebuah opininya di media massa.

"Bagi politikus, tahun ini adalah tahun politik. Banyak politikus yang dag-dig-dug (mikir-red) bisa masuk daftar caleg atau tidak? Bagi dokter, tahun adalah tahun mempersiapkan era baru sistem pelayanan kesehatan, juga dag-dig-dug," katanya."

Kementerian Sosial sendiri telah menyiapkan aparatur dan anggarannya jauh-jauh hari menghadapi caleg yang depresi berat atau gila. Menteri Sosial Salim Segaf Al-Djufri mengkhawatirkan lonjakannya tapi tetap siaga.

"Itulah yang kita khawatirkan yang (mengalami) stress ini. Yang kalah-kalah pada pilkada dan caleg akan menjadi beban kita lagi," katanya.

Salah satu rumah sakit menangkap peluang tersebut. RSJ Lawang, Kanjaruhan, Malang misalnya, telah siaga satu menyiapkan fasilitas dan prasarana menghadapi pasien gagal nyaleg yang mengalami gangguan penyakit kejiwaan seperti stres dan depresi.

Wajarkah pasien gagal nyaleg itu depresi karena telah mengeluarkan dana miliaran rupiah dan harus kandas di tengah jalan? Dengarkan apa kata Luhut salah satu dedengkot Partai Demokrat yang terkenal bersuara keras dan lantang tentang kondisi persiapan sejumlah caleg yang ia ketahui.

"Bukan berarti dengan modal Rp 5-10 miliar jadi. Kemarin itu banyak yang habiskan uang di atas Rp 10 miliar gagal akhirnya pada tertawa-tertawa sendiri di jalan. Jadi harus diingat, uang bukan segala-galanya. Saya menjadi anggota DPR di dapil saya dengan dana yang minim. Jadi ketokohan orang-orang harus dilihat," katanya enteng.

Di Surabaya, RSJ milik pemerintah daerah (RSJ Menur) telah siaga dari pemilu sebelumnya dengan menyiapkan 30 paviliun dari kelas istimewa  sampai VIP untuk korban gagal nyaleg. Suasana yang aman dan nyaman yang ditata sedemikian rupa sedikit tidaknya membantu pasien gagal nyaleg menemukan jati dirinya kembali yang sempat tergerus oleh impian teramat nikmat.

Dampak penyakit kejiwaan (stres dan depresi) antara pria dan wanita berbeda kadarnya. Sejumlah pengamatan meyebutkan bahwa wanita jika panik akan lebih rentan terkana stres dan depresi dibanding pria. Akan tetapi dalam hal konsentrasi dan mendengar, wanita jauh lebih baik dari pria.

Meskipun kondisi di atas tidak dapat dijeneralisasikan akan tetapi  konstelasi tulisan ini menyoroti masalah caleg gagal nyaleg dan depresinya, akan ada kemungkinan jumlah penderita depresi akan semakin banyak, karena kuota caleg wanita menjadi 30%  akan semakin menambah animo caleg wanita di seluruh tanah air.

Semoga para caleg yang mencalonkan diri saat ini semakin matang dan siap lahir batin menghadapi segala macam kemungkinan. Selain itu, secara fiansial pun harus siap tempur dan tak lupa menyiapkan cadangannya sehingga apapun situasi dan kondisi yang terjadi tidak akan mengalami depresi apalagi menjadi gila seperti, yang pernah kita dengarkan atau lihat pada pemilu lalu dari seluruh penjuru tanah air.

Selamat berjuang, semoga jika kelak menjadi anggota dewan jadilah wakil rakyat seutuhnya. Tidak terombang ambing unutk kepentingan politik semata dan menafikan kepentingan rakyat atau menistakan masyarakat Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar