11.16.2013

Mobil Murah Itu Ternyata "Mobil Desa"


Dari: "Daniel H.T."
>  
>
> http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/11/16/mobil-murah-itu-ternyata-mobil-desa-609674.html
>
> Kontroversi tentang mobil murah kembali mencuat. Pemicunya kali ini datang justru dari Presiden SBY sendiri.
> Berkaitan dengan adanya pengggunaan hak bertanya dari anggota DPD pada Oktober 2013 lalu tentang program pemerintah pusat ini, SBY mengatakan bahwa pemahaman tentang mobil murah itu telah membias di publik. Yang benar adalah mobil murah yang dimaksud pemerintah itu adalah bukan untuk mobil pribadi, tetapi untuk pedesaan!
> "Kalau saudara masih ingat dulu, kebijakan mobil murah yang dimaksud adalah untuk memikirkan angkutan pedesaan. Jadi, bukan mobil pribadi, yang kita harapkan juga ramah lingkungan, apakah listrik atau hibrida," kata Presiden SBY ketika membuka rapat kabinet yang membahas tentang ekonomi, di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis (14/11) (Kompas, Jumat, 15/11/13).
> Pernyataan SBY ini tentu saja membuat banyak orang terperangah. Kenapa baru sekarang pemerintah bilang bahwa program mobil murah itu untuk kepentingan pedesaan, dan apakah benar memang demikian?
> Kenapa ketika pertama kali program ini diumumkan kepada publik dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 33 tahun 2013, peruntukan mobil murah untuk pedesaan ini tidak disinggung sama sekali? Termasuk oleh Menteri Perindustrian M.S. Hidayat?
> Ketika pertama kali timbul kontroversinya (September 2013), Hidayat malah menjelaskan bahwa mobil murah itu tidak hanya untuk Jakarta, tetapi akan didistribusikan merata ke 500 kota di Indonesia.
> Ketika Jokowi menyatakan ketidaksetujuannya terhadap program mobil murah ini karena berpotensi menambah kemacetan Jakarta, Hidayat mengresponnya dengan mengatakan mobil murah itu untuk rakyat kecil dan menengah, rakyat kecil yang juga mencintai Jokowi.
> "Kasih tahu Pak Jokowi, ini juga ditujukan kepada rakyat yang berpenghasilan kecil dan menengah, rakyat yang mencintai dia juga. Harus diberikan kesempatan kepada rakyat kecil yang mencintai Pak Jokowi untuk bisa membeli mobil murah," kata Hidayat di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (12/9/2013 ).
> Waktu itu, sama sekali tidak ada penjelasan bahwa mobil murah yang dimaksud pemerintah itu adalah mobil murah untuk angkutan pedesaan, seperti yang baru saja, kemarin (Kamis, 14/11/13) dijelaskan SBY itu.
> Ketika mobil-mobil murah berbagai merek dari Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) pertama kali dirilis di Indonesia International Motor Show (IIMS), September 2013 lalu, pun tak secuil pun penjelasan tentang "mobil desa" itu terdengar.
> Para produsen mobil murah itu justru memanfaatkan benar program pemerintah ini untuk menggenjot omzet mereka, dipelopori oleh Toyota dan Daihatu yang masing-masing mengandalkan merek Toyota Agya dan Daihatsu Ayla. Kini, hampir semua produsen mobil telah memproduksi mobil murah mereka masing-masing, dan laris-manis. Target mereka tentu bukan ke desa-desa.
> Sebagai contoh saja, penjualan Ayla pada September lalu mencapai 2.332 unit, dan Oktober meningkat menjadi 4.704 unit. Sedangkan Agya, September mencapai 3.412 unit, dan Oktober meningkat menjadi 5.555 unit (Jawa Pos, 15/11/13).
> Apakah para pembeli mobil murah ini adalah orang-orang dari desa, atau dibeli untuk dipakai di desa? SBY perlu menjelaskannya.
> Menteri Perindustian M.S. Hidayat pun memaksakan dirinya untuk membuat penjelasan agar pernyataan SBY itu kelihatannya cocok dengan kenyataan, meskipun itu adalah usaha sia-sia. Padahal, dia sendiri dari awal sebelumnya tidak pernah menyinggung-nyinggung soal "mobil desa" ini.
> Hidayat bilang, konsep program mobil murah itu memang diperuntukkan bagi masyarakat pedesaan, meskipun kenyataannya mobil-mobil murah itu malah dibeli orang kota dan digunakan di kota-kota sebagai mobil pribadi, termasuk Jakarta. Menurut dia, sebetulnya ada dua program mobil murah ini. "Ada yang untuk individu, ada yang untuk back-up pedesaan. Jadi, kalau untuk individu boleh dan sekarang dilanjutkan," ujar Hidayat, Kamis, 14/11/13 (Jawa Pos).
> Hidayat menjelaskan lagi, mobil murah untuk masyarakat pedesaan saat ini masih mandek, karena masalah pendanaan. "Ada (ynag untuk) pedesaan memang akhirnya belum berjalan karena secara komersial belum ada yang mendanai," katanya.
> Penjelasan M.S. Hidayat ini tentu saja bukan membuat kontroversi mobil murah ini menjadi jelas, tetapi malah semakin membingungkan. SBY bilang, pemahaman masyarakat tentang mobil murah itu telah membias (keliru). Yang benar, katanya, mobil murah yang dimaksud pemerintah itu adalah untuk angkutan pedesaaan, bukan untuk mobil pribadi. Sedangkan Hidayat bilang, mobil murah yang dimaksud pemerintah itu sebenarnya ada dua. Yakni, mobil murah untuk mobil pribadi (di kota) dan mobil murah untuk masyarakat pedesaan. Yang untuk pedesaan ini, kata dia belum bisa dilaksanakan karena persoalan pendanaan. '
> Atau, mungkin menurut SBY, orang di desa-desa itu sudah sangat banyak yang makmur, sehingga mereka pun mampu memborong mobil-mobil berharga Rp. 90 jutaan sampai dengan Rp 120 jutaan itu.
> Kalau kelak anda melihat justru mobil-mobil murah itu hanya ada di perkotaaan, sedangkan di desa-desa malah kosong-melompong, anda jangan lalu menilai penjelasan SBY itu telah membias. Karena bisa saja terjadi, mobil-mobil murah yang ada di perkotaan itu sebenarnya mobil-mobil dari desa yang sedang tersesat di kota. Maklum 'kan dari desa? ***
>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar