11.19.2013

Keringat Sak Jagung-Jagung


Dari: "dewanto"

> KETIKA Biru mulai aktif mengikuti berbagai kegiatan di MTs Negeri 1 Semarang, kami sangat lega. Sebab, itu tanda dia mampu beradaptasi dan sudah bisa mengatasi atau minimal melalui bullying yang dia alami: sepeda parkir terbalik hingga pijakan kaki atau rem yang hilang saat pulang sekolah.
>
> Saat bullyingterjadi, nyaris setiap hari, Biru jengkel, marah, dan mutung. "Besok aku nggak mau lagi bawa sepeda!" katanya. 
>
> "Tetap bawa sepeda!" sahutku, sangat cepat.
>
> "Kalau dijungkir lagi gimana? Kalau ada yang dicuri lagi gimana?"
>
> "Nggak papa. Sampai habis, tinggal roda atau malah setang pun nggak papa. Kalau kamu nggak bawa sepeda, dia atau mereka akan senang dan puas karena berhasil bikin kamu gentar, takut. Jangan menyerah pada ancaman. Hadapi! Kalau perlu, cari tahu, intip, siapa dan kelas berapa yang melakukan itu. Saat dia atau mereka hendak menjungkir atau mencuri, bentak sekeras-kerasnya, Bapak jamin, pasti pada lari…"
>
> Belum sampai sepeda tinggal setang, belum sampai Biru "main bentak", apalagi aku datang ke sekolah untuk protes keras pada Kepala Sekolah, misalnya, aksi bullying berlalu. Biru berangkat-pulang sekolah dengan tenang dan, ya tadi itu, mulai aktif mengikuti berbagai kegiatan: basket, band, dan pramuka.
>
> Biru bersemangat membeli kaos dan celana basket, bahkan sepatu yang aduhai mahal menurut ukuranku, dari uang tabungan. Bersemangat belajar main gitar. Bersemangat pula latihan pramuka. Akibatnya, pada hari-hari tertentu dia pulang lebih lambat ketimbang teman-temannya yang ikut kelas unggulan. Soal kelas itu, aku pernah bilang padanya, "Meski bukan murid di kelas unggulan, belajarlah apa saja hingga menjadi orang unggulan."
>
> NAIK ke kelas II atau VIII, Biru masuk ekskul lain: paskibra. Aku menduga, ada yang cantik di sana. Hahaha…. Kupikir itu semacam "kelanjutan" dari pramuka. Namun ketika ada target ikut dan menang lomba paskibra, dia makin serius dan sering berlatih. Selain itu, "mengabaikan" sepatu basket dan berpaling ke sepatu PDH merek "TNI". 
>
> Minimal dua minggu menjelang hari-H, setiap hari Biru pulang selepas magrib karena latihan paskibra. Entik tak lupa mengingatkan untuk jaga badan, jangan diforsir habis-habisan, agar tak ambruk ketika hari lomba tiba. Tapi Biru seperti "lebih tunduk" pada pelatih dan menjaga (katanya) jiwa korsa: Satu lapar, lapar semua. Satu haus, haus semua. Satu salah, push up semua!
>
> Kami senang melihat Biru berangkat sekolah begitu rapi, bersepatu PDH kinclong, dan tubuh yang kian meninggi. Tapi tak jarang kami "terganggu" juga karena di rumah, dia tak lupa baris-berbaris. Saat mengambil piring untuk makan pun dia "hadap kiri balik kanan grak". Hentak kakinya, apalagi kalau pakai sepatu, membuat kami --terutama aku yang semasa mahasiswa pernah ikut-ikutan demo ini dan itu-- merasa rumah sedang kemasukan polisi atau tentara. Sudah begitu, eeee, Gigih main tiru pula.
>
> Karena Biru sangat serius bersiap untuk lomba, jauh-jauh hari Entik wanti-wanti pada Tia: "Jangan lupa, tanggal 10 November pulang, motret Biru. Sudah latihan tiap hari, mosok pas lomba nggak difoto. Mesakke…"
>
> SESUAI dengan rencana, hari Minggu itu Tia pulang. Benar-benar pas hari-H, pagi-pagi benar dari Solo, karena tak bisa meninggalkan kegiatan kampus yang berlangsung sampai Sabtu malam. Akibatnya ini: "Aku capek dan ngantuk, Bapak aja ya yang motret…"
>
> Bersama teman-temannya, Biru sudah berangkat sekitar pukul 05.00 ke tempat lomba: SMP Negeri 25 Semarang. Aku, Entik, dan Gigih menyusul setelah sarapan, sekitar pukul 09.30. "Tolong cari jalan tercepat untuk sampai…" kataku pada sopir taksi.
>
> Ketika sampai di jalan menuju tempat lomba, aku kaget karena tak hanya ada banyak mobil parkir tapi juga "bis kontingen" dari luar Jawa Tengah. Ternyata, lomba paskibra ini bukan sembarang lomba juga. Ah, pantesan Biru dan kawan-kawan berlatih keras. 
>
> Hampir masuk gerbang SMP Negeri 25, kami mendengar teriakan, "Asyik-asyik josss!!!" Gigih dan Entik serempak berucap, "Itu sekolahe Mas Biru!" Kami mempercepat langkah. Saat berpapasan dengan satu regu paskibra berkostum hitam-hitam yang berbaris tegap-rapi-tak-peduli, aku mbatin, "Wah, ada yang pakai kostum macem-macem gini ternyata. Tadi waktu berangkat, Biru cuma pakai kaos dan celana training…. Duh!"
>
> Belum jauh, belum sampai di lapangan tempat lomba, Entik meneriakiku dari belakang, "Pak, Pak, ini MTs! Sudah selesai… Itu Mas Biru, jalan ke sana… sudah selesai!" Aku "balik kanan grak", bergegas langkah, berusaha menyalip mereka untuk motret tapi gagal. Tempat menuju kelas (mereka menyebutnya markas) hanya cukup untuk barisan tiga lajur.
>
> "Kok Ibuk bisa tahu itu paskibra MTs?" tanyaku pada Entik.
>
> "Ya tadi, waktu papasan, Ibuk dengar suara Biru, 'Telat! Wis bar, wis bar…' Pas noleh, eh, iya, memang dia… Kita terlambat."
>
> YA. Kami bertemu Biru dan kawan-kawan di kelas, menyaksikan kekompakan, tawa suka cita, dan keringat bercucuran yang kata Entik, "Sakjagung-jagung…." Gela, kecewa campur menyesal, karena tak bisa memotret mereka saat beraksi. Tapi, ya, mau bagaimana lagi. Waktu tak bisa ditarik mundur barang limat menit… "Salahe, telat!" kata Biru yang alhamdulillah dengan ekspresi riang-gembira. 
>
> Bahkan, dia lebih sibuk dengan teman-temannya ketimbang dengan kami. Dia bergerak ke sana kemari, termasuk minta foto dengan si ini dan si itu. Bapaknya ini, "hanya" dia jadikan tukang foto keliling. Bayangkan! Wkwkwkw…. Saat kami pamit pulang, santai saja dia mengatakan, "Ya sudah, sana. Aku nunggu pengumuman, mungkin sampai sore."
>
> "Biru meremaja… menemukan keasyikan dan kenyamanan bersama teman-teman, peer group-nya…" gumamku dalam perjalanan pulang. Entik mengangguk, memandang keluar kaca pintu taksi. Aku juga. Sementara itu, Gigih si bungsu tidur dengan kepala di pangkuan sang Ibu.
>
> http://cloud.feedly.com/#subscription%2Ffeed%2Fhttp%3A%2F%2Fsiluetbulanluka.blogspot.com%2Fatom.xml
>
> --
> ~~~~~~~~~~~~~
> Blog : www.unclegoop.com
> FB & Twitter: unclegoop
>
> --

Tidak ada komentar:

Posting Komentar