11.30.2013

"Guru 2.0" dan Ajakan Anies Baswedan: Gerakan Menghormati Guru


Dari: "hernowo mengikatmakna"

> "Guru 2.0" dan Ajakan Anies Baswedan: Gerakan Menghormati Guru
>
> Oleh Hernowo
>
>  
>
>  
>
> Begitu selesai memposting tulisan berjudul "Guru 2.0: Guru untuk Pendidikan di Abad Ke-21", paginya saya menemukan artikel menarik tentang guru di Kompas edisi 28 November 2013. Artikel tersebut ditulis oleh penggagas "Indonesia Mengajar" dan Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan. Berbeda dengan gagasan Pasi Sahlberg, Anies lebih menekankan bagaimana guru dihormati terlebih dahulu agar kualitas pendidikan di Indonesia meningkat. Judul artikelnya, "VIP-kan Guru-guru Kita!" menyiratkan hal itu.
>
>  
>
> Dalam kesempatan yang baik ini—sekaligus untuk memperkaya gagasan Pasi Sahlberg—saya ingin mengutip beberapa gagasan menarik yang dilontarkan oleh Anies Baswedan. Apa yang digagas Anies ini, menurut saya, sangat praktis dan dapat dijalankan mulai detik ini juga. Jika pemerintah RI dan masyarakat Indonesia serempak menjalankannya, saya yakin bahwa perubahan pendidikan ke arah yang lebih baik akan terjadi di Indonesia. Apa saja detail gagasan Anies Baswedan yang langsung dapat kita jalankan?
>
>  
>
> Anies mengajukan gagasan sederhana agar kita memiliki rasa hormat terhadap guru. Gagasan tersebut kemudian diarahkan kedua jalur. Jalur pertama merupakan jalur negara dan jalur kedua merupakan jalur gerakan masyarakat. Untuk jalur negara, dibaginya menjadi dua hal mendasar. Pertama, negara harus memberikan jaminan kesehatan bagi guru dan keluarganya, tanpa kecuali. Kedua, negara menyediakan jaminan pendidikan bagi anak-anak guru. "Bangsa ini harus malu jika ada guru yang sudah mengajar selama 25 tahun, lalu anaknya tak ada ongkos untuk kuliah," tulis Anies. "Jaminan kesehatan dan pendidikan keluarganya adalah kebutuhan mendasar bagi guru. Kita harus mengambil sikap tegas: amankan nasib guru dan keluarganya sehingga guru bisa dengan tenang mengamankan nasib anak-anak kita."
>
>  
>
> Di jalur masyarakat, "Gerakan Menghormati Guru" harus dimulai secara kolosal. Misalnya, di bidang bisnis penerbangan. Wahai, para pilot dan awak pesawat, gurulah yang menjadikan kalian bisa "terbang". Sambutlah mereka sebagai penumpang VIP di pesawat kalian. Undang mereka untuk boarding lebih awal. Di bidang kesehatan, wahai para dokter dan semua tenaga medis, gurulah yang mengajari kalian sehingga bisa berseragam putih. Sambutlah mereka sebagai pasien VIP di tempat kalian merawat mereka.
>
>  
>
>  
>
> Di bidang pemerintahan dan dunia usaha di berbagai sektor, semua prestasi yang sudah dicapai oleh kalian adalah buah dari didikan para guru. Oleh karena itu, VIP-kan mereka dan jadikan mereka sebagai customer utama. Berikan mereka berbagai kemudahan dan berikan mereka diskon. "Bukan hanya besaran kemudahan atau diskon, melainkan ekspresi kepedulian itu yang menjadi bermakna bagi para guru," tulis Anies Baswedan. Apa yang melatarbelakangi gagasan Anies, khususnya "Gerakan Menghormati Guru" ini?
>
>  
>
> Pertama, guru adalah kunci utama berjalannya sistem pendidikan secara baik. "Guru tetap menjadi ujung tombak," tulis Anies. "Sebagus apa pun kurikulum, tetap bakal mubazir andai disampaikan oleh guru yang diimpit sederetan masalah. Tanpa penyelesaian masalah seputar guru, kurikulum nyaris tidak ada artinya."
>
>  
>
> Kedua, kunci kekuatan bangsa itu pada manusianya. Guru harus sadar diri. Ia pegang peran besar, mendasar, dan jangka panjang sifatnya. Jika seseorang tak mau menjadi pendidik yang baik, lebih baik berhenti menjadi guru. Terlalu mahal konsekuensi negatifnya bagi masa depan anak dan masa depan bangsa apabila guru tidak menyadari peran pentingnya ini.
>
>  
>
> Ketiga, setidaknya ada tiga persoalan besar terkait dengan guru di Indonesia. Pertama, distribusi penempatan guru tidak merata. Kedua, kualitas guru yang juga tidak merata. Dan, ketiga, kesejahteraan guru yang tidak memadai. "Melihat kondisi sebagian besar guru hari ini, kita seharusnya malu. Kita titipkan masa depan anak-anak kita kepada guru, tetapi kita tak hendak peduli kepada nasib guru-guru itu," tulis Anies.
>
>  
>
> Demikianlah gagasan Anies Baswedan untuk memperbaiki pendidikan kita. Mari kita tutup postingan ini dengan lanjutan pesan Anies Baswedan, "Nasib anak-anak kita serahkan kepada guru, tetapi nasib guru amat jarang menjadi perhatian kita—terutama kaum terdidik—yang sudah merasakan manfaat keterdidikan. Bangsa Indonesia harus berubah. Negara dan bangsa ini harus menjamin nasib guru."
>
>  
>
> Sudah siapkah kita—sebagai kaum terdidik—untuk ikut peduli terhadap nasib guru, khususnya dalam menggalakkan dan menjalankan "Gerakan Menghormati Guru"?[]
>
>
> --
> --

Tidak ada komentar:

Posting Komentar