11.14.2014

Skandal Pendidikan


From: <syauqiyahya@gmail.com>



Kamis, 13/11/2014 13:01 WIB

Tak Cuma di RI, Ini Skandal Pendidikan dari Harvard hingga Newcastle

Nograhany Widhi K - detikNews

Jakarta - Di Indonesia, dunia pendidikan masih menghadapi skandal mulai dari tawuran, mencontek, plagiat, hingga menggunakan joki untuk masuk PTN atau membuat skripsi. Jangan salah, bukan cuma di Indonesia saja skandal itu terjadi, melainkan juga di negara maju.

1. Mahasiswa India Minta Hak Mencontek

Sebagian mahasiswa di India membicarakan hak mereka untuk melakukan kecurangan mencontek pada ujian universitas.

"Ini adalah hak demokratis kami!" kata pria kurus bernama Pratap Singh kepada wartawan BBC Craig Jeffrey, yang dilansir dari BBC pada Selasa (11/11/2014).

Pratap mengatakan mencontek adalah hak orang sejak lahir.

Korupsi pada sistem ujian universitas adalah suatu hal yang umum di India. Warga kaya dapat menyuap agar sukses menjalani ujian. Bahkan terdapat sekelompok anak muda yang menjadi perantara bagi para mahasiswa dan pejabat sekolah.

Ada juga kelompok mahasiswa yang terkenal karena kedekatan mereka dengan dunia politik. Jadi jika pihak-pihak yang mempunyai uang dan kekuatan politik diizinkan curang, mengapa mahasiswa miskin tidak boleh melakukan hal yang sama?

2. Mahasiswa Universitas Newcastle Pakai Joki Esai

Ratusan mahasiswa Universitas Newcastle kedapatan membayar pihak swasta untuk melakukan tugas-tugas kuliah mereka. Namun pihak universitas menegaskan pihaknya memiliki sistem dan metode penilaian yang memungkinkan pihaknya mengetahui jika mahasiswanya melakukan praktik curang seperti itu.

Sebuah penyelidikan yang dilakukan Fairfax mendapati mahasiswa Newcastle tahun ini 127 kali meminta bantuan swasta untuk menyusun esai dan menyelesaikan ujian online mereka, seperti dilansir ABC Australia, Rabu (12/11/2014).

Dilaporkan untuk melakukan praktek curang itu, mahasiswa Newcastle harus merogoh kocek lebih dari $ 27.000 jumlah ini jauh lebih banyak dibandingkan praktik serupa yang dilakukan mahasiswa dari universitas lain di Australia.

Wakil rektor Universitas Newcastle, Profesor Andrew Parfitt mengatakan jumlah yang terkuak itu terhitung sangat kecil mengingat setiap tahunnya ada lebih dari 80 ribu penugasan yang dibebankan kampus kepada mahasiswanya.

Dia mengatakan mahasiswanya yang kedapatan melakukan kecurangan semacam ini sebanyak dua kali tidak akan lulus mata kuliah, dan diskors selama satu semester jika kedapatan melakukan pelanggaran untuk ketiga kalinya.

3. Mahasiswa Harvard AS Mencontek Massal


Kampus universitas paling bergengsi di AS, Universitas Harvard, pun tak luput dari skandal dunia pendidikan. Sekitar 60 mahasiswa ketahuan curang saat ujian akhir.

Beberapa mahasiswa yang diduga terlibat disebut-sebut mengambil jurusan Fashion. Pihak Harvard sendiri enggan memberi penjelasan lebih lanjut soal kasus ini. Demikian seperti dilansir AFP, Sabtu (2/2/2013).

Skandal menyontek massal ini terungkap ke publik pada Agustus 2012 lalu. Saat itu, dilaporkan sekitar 125 mahasiswa Harvard saling mencontek ketika mengikuti ujian akhirnya. Saat itu, pihak kampus menyatakan adanya sejumlah mahasiswa yang melakukan tindakan tidak terpuji.

Mahasiswa-mahasiswa ini pun dikenai sanksi skorsing, sementara pihak kampus melakukan penyelidikan. Media kampus setempat, Harvard Crimson, mengutip pernyataan Dekan Fakultas Ilmiah dan Seni, Michael Smith yang mengatakan, sebagian kasus ini telah diselidiki oleh otoritas kampus.

4. Menteri Pendidikan Taiwan Pakai Nama Palsu dalam Tulisan Ilmiah

Menteri Pendidikan Taiwan Chiang Wei-ling mengundurkan diri pada Senin 14 Juli 2014 lalu. Dia terindikasi terlibat skandal akademik yang menimbulkan kemarahan publik dan investigasi polisi.

Chiang diduga memakai nama palsu dalam beberapa tulisan ilmiah saat membantu salah satu mahasiswa menulis penerbitan ilmiah. Dalam penerbitan ilmiah itu, ada 60 tulisan dan berhasil diterbitkan oleh penerbit Inggris. Chiang menjadi co-writer alias penulis pembantu dalam 5 artikel di antaranya. Namun sayang, karena diduga Chiang memakai nama palsu, dalam 5 artikel publikasi ilmiah itu, maka penerbit Inggris memutuskan menariknya.

"Setelah merenung semalam, dalam rangka untuk menyelamatkan reputasi saya.. saya memutuskan untuk mundur dari jabatan Menteri Pendidikan," kata Chiang dalam jumpa pers.

5. Katrol Nilai Massal di Atlanta AS


Dunia pendidikan di negara bagian Georgia, AS, tercoreng pada 2009 lalu. Atlanta Public School (APS) di ibu kota negara bagian, Atlanta, kedapatan melakukan kecurangan sistematis saat ujian. Kecurangan itu dilakukan sistematis melibatkan pejabat dinas pendidikan Kota Atlanta, kepala sekolah hingga guru dalam menghadapi ujian negara bagian.

Kecurangan terjadi pada 2009 namun baru terkuak tahun 2011. Saat itu 44 dari 56 sekolah curang dalam menghadapi ujian negara bagian yang disebut Criteriun-Referenced Competency Test (CRCT) yang diberikan pada kelas 8. Ternyata, 178 guru dan kepala sekolah di 44 sekolah itu membenarkan jawaban murid yang salah. Tujuannya, untuk mengatrol nilai siswa dan standar sekolah. Hasil tes CRCT di kota Atlanta sekolah-sekolah itu melonjak 14 poin, menjadi tertinggi di negara bagian itu.

Para guru yang diselidiki oleh biro investigasi setempat mengaku ada 'tekanan atasan' untuk mencapai target yang sudah ditentukan dinas pendidikan kota. Bila tidak mencapai target yang ditetapkan, para guru mengaku akan diberikan sanksi seperti diberikan penilaian negatif atau bahkan diberhentikan.

Hingga Agustus 2014, seperti dilansir Reuters, Senin (11/8/2014) lalu, pengadilan untuk skandal pendidikan ini masih berlangsung. Perkembangan terbaru, sudah 35 guru dan kepala sekolah yang menjadi terdakwa. Bila terbukti bersalah, mereka akan dibui 20 tahun.

Salah satu yang menjadi terdakwa adalah kepala dinas pendidikan kota Atlanta, Beverly Hall. Hall menerima bonus US$ 78.000 (sekitar Rp 930 juta) atas 'prestasi'nya meningkatkan nilai ujian sekolah.

6. Kelas 'Palsu' untuk Katrol Nilai Mahasiswa Atlet di California

Selama 18 tahun, ribuan mahasiswa di kampus bergengsi Universitas North Carolina (UNC) mengambil kelas palsu dalam mata kuliah untuk membuat makalah. Penasihat akademik menyalurkan mahasiswa atlet ke dalam 'kelas palsu' itu untuk mengangkat nilai mereka agar tetap memenuhi syarat untuk berkuliah, demikian dilansir dari CNN, 25 Oktober 2014 lalu.

Sedikitnya ada 3.100 mahasiswa mengambil mata kuliah tentang membuat makalah, namun dari laporan jaksa wilayah, jumlah mahasiswa yang menghadiri kelas sebenarnya jauh lebih kecil. Data tahun 1999-2001 saja, mahasiswa atlet  yang mengambil kelas pembuatan makalah itu mencapai 47,6% dari jumlah total mahasiswa.

Tak hanya itu saja, media ESPN bahkan mendapat naskah asli esai untuk ujian tugas mata kuliah itu yang ternyata hanya 146 kata dan dinilai 'esai anak sekolahan' dibanding esai kelas mahasiswa.

Jaksa penuntut wilayah mengadakan investigasi selama 8 bulan. Hasilnya, 4 karyawan akademik dipecat, 5 lainnya diberi sanksi disiplin dan seorang mantan karyawan dicabut gelar kehormatannya.

UNC pernah terlibat kasus yang sama namun lebih ringan pada 5 tahun lalu. UNC saat itu mengakui ada kesalahan dalam sistem akademisnya yang melibatkan program atletnya. UNC memang lama dikenal menjadi kampus yang mengakomodasi para atlet. Lulusannya seperti pelatih basket Dean Smith dan atlet basket legendaris, Michael Jordan.

(nwk/nrl)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar