11.22.2014

Gunung Kemukus


From: <syauqiyahya@gmail.com>



Pengalaman Sexual Harassment di Gunung Kemukus

Oleh: Palupi Lc | 25 February 2013 | 10:03 WIB

Untuk mata kuliah Indigenous Religion kali ini, kami setelah rapat satu kelas, merencanakan untuk melakukan penelitian lapangan di Gunung kemukus. Sebuah bukit di wilayah Sragen yang terkenal dengan ritual untuk mencari kemakmuran dengan cara mengujungi makan pangeran Samuda yang terletak di atas bukit Kemukus. Ritual gunung kemukus mulai ramai pada menjelang malam, kira-kira setelah magrib kawasan desa sudah banyak lalu lalang mobil-mobil pribadi dari beberapa kota, ada beberapa mobil yang berasal dari malang, bogor, tangerang, bandung, solo, sragen dan beberapa kota lainnya. Bahkan menurut salah satu penjual bunga yang saya temui, ada juga tamu yang berkunjung dari kota di luar propinsi jawa, yakni palembang dan jambi.  Saat matahari mula tenggelam, wilayah kemukus sudah di penuhi mobil-mobil dari segala propinsi dan orang-orang yang berencana mengadakan ritual ngalap berkah.

Perjalanan ritual diawali dengan bersuci di sendang Ontrowulan, sendang ini terletak di bawah bukit kemukus. Desa ini hanya satu jalur saja, rumah-rumah penduduk berderet di sepanjang jalan utama dan jalur mendaki menuju makam Pangeran Samudro. Tetapi rumah-rumah yang ada di sekitar tempat makam adalah hampir semuanya berbentuk warung atau tempat karaoke.

Bangunan Rumah-rumah di kawasan ini kebanyakan di buat semi permanen, hanya terbuat dari kayu. Ada beberapa yang membangun rumah permanen dengan batu bata. Hampir semua bangunan yang ada di kawasan ini adalah warung makan. Warung-warung di sepanjang jalan di sekitar makam Pangeran Samudro tersebut menyediakan makanan, camilan, minuman hangat dan dingin serta jasa kamar. Bilik-bilik kamar tersebut di gunakan untuk para peziarah yang melakukan ritual sex sebagai salah satu proses ritual ngalap berkah Gunung Kemukus pada Malam hari jumat pon, semakin terasa aura mistis bercampur cabul. Disetiap warung, ada perempuan-perempuan yang duduk-duduk menunggu laki-laki untuk mengajak 'ritual'. Mereka berdandan dengan dandanan tebal menghiasi muka mereka, berpakaian minim menggoda. Tidak perduli apakah perempuan tersebut masih muda ataukah sudah berumur setengah baya dengan perut buncit dan lingkar bibir yang mulai keriput.

Perempuan tersebut mengeluarkan kode-kode tertentu saat kami yang terdiri dari empat laki-laki dan empat perempuan lewat si depan mereka, seperti berdehem atau sekedar melirik sampai kami benar-benar melewati perempuan tersebut.

Semalam berada di sana adalah waktu yang paling menyiksa untuk saya, sebagian besar perempuan pasti tidak akan nyaman berada disana, terutama bagi mereka tidak mempunyai tujuan ritual mencari berkah atau ritual sex. Saat berangkat dari kampus, kami berniat untuk melakukan penelitian tentang aktivitas religius disana sebagai seorang Akademisi, tetapi sewaktu sudah sampai di tempat tersebut, tujuan kami dimata pengunjung yang lain adalah sama, yakni memohon berkah dan melakukan ritual sex. Oleh sebab itu tidak heran jika saya yang tiba-tiba terpisah dari rombongan mendapatkan pengalaman yang kurang menyenangkan dengan beberapa laki-laki tua.

Belum lama saya berada di pelataran makam Pangeran Samudro, dua orang Bapak-bapak dengan kaus polo shirt tampak mahal datang kepada saya dan memilih saya menjadi pasangan ritualnya. dalam hati ingin saya pukul bapak-bapak tersebut dengan sandal boleh pinjam juru kunci, tetapi akhirnya saya memilih untuk menolak secara halus, dan saya mengaku bahwa saya sedang di tunggu pasangan ritual saya, kemudian saya pergi dengan muka senyum tapi hati ketakutan diatantarkan lambaian tangan dari dua orang bapak tersebut. Kejadian seperti itu tidak sekali saya alami, saya bersama satu lagi teman saya perempuan sempat diundang untuk ngobrol di kamar seorang pelaku ritual, kami mencoba meng-iyakan tetapi hanya sampai di depan penginapan, setelah beberapa lama kami melakukan interview dengan pengunjung asal Karawang tersebut, kami akhirnya pamit dengan santai dan kabur teratur. Ada lagi seseorang pengunjung yang mendatangi kami yang mengaku dari Cikarang, setelah beberapa lama mengobrol, ia mulai berbicara yang tidak tidak. Ia berkata bahwa di malam Jumat pon berikutnya akan datang lagi ke tempat ini menemui kami berdua. (lha? Memangnya kami juru kunci di sini?)

Setelah bosan beberapa kali di datangi oleh laki-laki mesum, kami pun memutuskan untuk lari ke arah seorang wanita berumur sekitar 45 tahun dia area makam, ia tampak sendirian di pinggir jalan menanjak ke arah makam, saya pikir sang ibu sedang menunggu seseorang yang sedang ziarah. kami pura-pura mengaku tersesat dan terlepas dari rombongan kemudian kami minta di tunjukkan jalan ke area penginapan. Tetapi dengan ketus sang ibu menjawab " tidak tahu". Sudah seperti itu kami masih nekat duduk di dekat ibu tersebut, mengharap perlindungan. Tidak berapa lama kemudian ada seorang bapak-bapak mendatangi ke arah kami. Sang bapak bertanya kepada wanita tua tersebut tentang saya dan teman saya, sambil menggeser posisi duduknya menjauhi saya, wanita tersebut dengan ketus mengatakan bahwa ia sama sekali tidak kenal dengan kami. kemudian wanita tersebut mengatur posisi duduknya sehingga dekat dengan bapak tersebut.

Wahhhhhhhh,,,,, dari sini kemudian kami mengetahui bahwa sang ibu ternyata adalah salah satu perempuan yang sedang menunggu pelanggan. memang di sepanjang jalan mendaki menuju makam, berjejer para perempuan dengan make up dan tas kecil bermanik-manik berdiri memandangi laki-laki yang sedang lewat. Terang saja sang ibu marah dan judes, la wong kedatangan kami di anggap merusui kesibukannya bekerja.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar