6.03.2014

Kesalahan di Masyarakat dalam Memilih Imam Sholat



From: Boediono 



Kesalahan di Masyarakat dalam Memilih Imam Sholat


Hampir di beberapa kampung yang saya temui kebanyakan yang ditunjuk sebagai imam sholat ialah yang lebih sepuh (tua) umurnya. Padahal jika kita kembali kepada ilmu fiqih, usia itu menjadi patokan yang terakhir. Ada beberapa kriteria yang lain sebelum itu, sebagaimana disampaikan oleh Ustad Hasyim.
Sebaiknya yang pertama dituntut menjadi imam adalah yang afshah (lebih fasih) bacaannya. Makhorijul hurufnya dan ilmu tajwidnya.

Setelah itu jika sama-sama fasih maka yang dipilih ialah yang lebih wara' (hati-hati). Dalam artian lebih menghindari sesuatu yang subhat (meninggalkan sesuatu yang tidak jelas hukumnya, antara halal dan haram)

Jika sama-sama wara'maka yang dicari ialah yang pengetahuan ilmu fiqihnya lebh banyak. Jika sama-sama ahli dalam ilmu fiqihnya maka cara terakhir yang digunakan, yaitu siapa yang lebih tua umurnya. Itulah yang dipilih. Berarti sudah jelas, yang diutamakan ialah kefasihannya.

Tetapi kenyataan dan kebanyakan di masyarakat itu terbalik. Bacaannya mau belepotan, ngerti ilmu fiqih nggak, tidak menjaga diri, yag penting umurnya sudah tua. Inilah penyimpangan yang bagi saya sangat besar, jika dibiarkan dapat merusak ibadah sholat.

Saya pernah punya pengalaman. Waktu itu bulan ramadhan, saya ikut salah seorang teman dan menginap di kampungnya (namanya dirahasiakan) selama sepuluh hari. Selama itu pula saya ikut sholat berjamaah di mesjid yang diimami oleh sesepuh kampung yang bacaannya saya katakan sangat buruk (makharij al-huruf dan tajwidnya kebanyakan rusak).

Saya sudah berusaha ngobrol dengan kelurga dan kerabat, bahkan ustadz. Kata mereka sangat sulit untuk menasehati dan merubahnya.

Dibaca : 661 kali



Sumber : Kompasiana
salam,
DioN

Telkom Indonesia(R)

--
Addinu huwa al-aqlu,laa diina liman laa aqla lahu - Agama adalah akal, tidak ada agama bagi orang yang yang tidak berakal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar