9.27.2014

Kekuatan figur menjadi lebih kuat daripada kekutan sistem,


From: A.Syauqi Yahya



Senin, 22/09/2014 16:43 WIB

Untung Rugi Megawati Jadi Ketum PDIP Bagi Pemerintahan Jokowi

Danu Damarjati - detikNews

Jakarta - Presiden Terpilih Joko Widodo mengusulkan Megawati Soekarnoputri menjadi Ketua Umum PDIP lagi. Mengapa Jokowi mengusulkan Mega? Apa untung rugi kepemimipinan Megawati bagi pemerintahan Jokowi?

Analis politik dari Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto, menuturkan Megawati lebih teruji untuk menghadapi situasi politik yang rawan turbulensi. Menurutnya, kerawanan politik saat masa peralihan PDIP menjadi partai penguasa, setelah sebelumnya menjadi oposisi, memang tak bisa dihindari.

"Mungkin di momen krusial seperti ini, PDIP tidak mau ambil risiko. Karena take off-nya Presiden Jokowi adalah tak off-nya PDIP juga sebagai the rulling party," kata Gun saat berbincang dengan detikcom, Senin (22/9/2014).

Sosok potensial Ketum seperti puteri Megawati sendiri, Puan Maharani, belum cukup pengalaman untuk mengatasi problem-problem di momen krusial yang mungkin dihadapi PDIP nanti.

"Pasti terjadi turbulensi yang membutuhkan daya tahan dan pengalaman. Dan daya tahan puan belum sampai pada taraf itu. Track paling bagus untuk Puan ya jadi pimpinan DPR dulu," sorot Gun.

Selain itu, keuntungan bagi PDIP jika Megawati menjadi Ketum lagi yakni PDIP tak akan kehilangan sosok solidarity maker yang menstabilkan kekuatan faksi-faksi dalam tubuh PDIP. "PDIP sangat stabil ketika Megawati menjadi figur utama," tilik Gun.

Dengan langgengnya kekuasaan Megawati, partai banteng moncong putih ini juga tak perlu pusing memikirkan kompetisi internal berebut kursi Ketua Umum Partai. Dengan demikian, PDIP bisa lebih berkonsentrasi mendukun pemerintahan Jokowi. Next »
Halaman 1 2 »

"Ini menjadi titik krusial bagi PDIP yang melakukan reposisi setelah 10 tahun berada di luar kekuasaan," kata Gun.

Mega juga dipandang sebagai sosok berpengalaman yang belum tergantikan di PDIP dalam berhubungan dengan partai lain. Sikap konsistennya yang terkadang 'saklek' atau kaku nyatanya mampu membuat PDIP bertahan sebagai oposisi selama 10 tahun, tanpa tergoda masuk pemerintahan.

"Kalau tidak ada Mega, bisa jadi PDIP sudah berada di dalam kekuasaan di waktu sebelumnya," kata Gun.

Namun ada pula kekurangan terlihat bila Megawati menjadi Ketum PDIP lagi. Partai ini tentu akan mendapat sorotan sebagai partai yang kurang sukses dalam hal regenerasi.

"Mega masih menjadi patron tunggal yang powerfull. Gejala ini kalau tidak diantisipasi maka bisa melahirkan batasan afiliatif: mereka mengalami kesulitan mencari figur lain yang paling tidak bisa mendekati figur utama. Kekuatan figur menjadi lebih kuat daripada kekutan sistem," tutur Gun mengamati

--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar