9.29.2014

Bak ABG Nongkrong di Pasar Santa




Tes 123


Minggu lalu, di sore hari, hujan membasahi bumi Jakarta. Walaupun mobil baru dicuci, titah pang-enam untuk mencari sate padang membuat kami bersiap meluncur ke Pasar Santa. Soalnya, memang di daerah kami (Grogol), jarang ada sate padang yang enak - paling lumayan adalah di Pasar Delapan Alam Sutera. Nah, tujuan kami tentu saja the crème de la crème, areh de la areh, Ajo Ramon (0852 1337 1999)!

Saya nyetir dengan santai dan benar saja, jalanan lumayan kosong di sore hari. Langit sudah mulai gelap ketika kami tiba di Pasar Santa. Astaga! Penuh amat parkirnya! Saya kaget juga. Segitu banyakkah orang yang makan sate padang? Kayanya dulu kok nggak rame begini?

Benar saja - tenda penuh sesak. Di luar hujan gerimis dan kok ya yang di dalam tenda masih ada yang merokok. Untungnya hujan reda sehingga kami memilih tempat diluar. Pemesanan agak ribet, pelayannya suka cuek, apalagi yang memesan encek2 botak dan galak kayak sayah! Memang, lagi penuh banget Ajo Ramon ini. Stok sate di gerobak yang menipis membuat saya kuatir. Akhirnya, ada juga satu Uda yang berbaik hati mendengar jeritan saya. Maka dipesanlah dua porsi sate - satu campur dan satu daging saja untuk pang-enam, dengan ketupat, dan dua porsi kerupuk jangek disiram kuah sate (bandrol total Rp 70.000,-).

Amboi! Pas hadir, betul-betul menuai selera. Hati yang kesal terpaksa duduk diluar dan lama menunggu pesanan tiba, akhirnya terhibur seketika. Sate padang adalah hidangan yang sangat sederhana, namun begitu kompleks persiapannya, bak proses Pilkada yang simpel namun menghebohkan seluruh rakyat Indonesia. Analisa sate padang bisa dari kualitas daging, bumbu pemanggangan, proses pemanggangan, kualitas ketupat, sampai kualitas kuah - dari viskositas, warna, aroma, dan tingkat kepedasan. Persis analisis viskositas oli mesin Formula Satu!

Sate Ajo Ramon tidak mengecewakan. Dagingnya mantap, seratnya kuat. Jeroannya pun terpanggang sempurna sehingga tidak bau, namun tidak terlalu lembek. Sedikit aroma smoky tersirat d setiap tusuknya. Kematangannya sempurna, kata Gordon Ramsay. Bumbunya pun pas, memberikan tendangan bumbu di setiap gigitannya. Kuahnya, buat saya juga pas - sedikit pedas namun tidak terlalu banyak. Viskositasnya lolos uji ketika diuji dengan 'Uji Colekan Kerupuk Rambak' - bahwa viskositas kuah sate dilarang menetes ketika disiuk dengan kerupuk rambak dengan kelengkungan 90 derajat dan tebal 0,75 cm! Mengepul panas, menghibur hati yang terpaksa makan dibawah sedikit rintik air hujan gerimis. Saya dari dulu paling suka sate lidahnya, tekstur unik dan aroma yang sempurna.

"Harnaz ya?" sapa sebuah suara. Eh, ternyata ada Maria, anggota JS (maria_dolora@yahoo.com) yang mengenali saya. Lumayan, selebriti kategori M alias Momod. Saya sudah melap kepala takut berkilat kalau2 diajak foto bersama kayak Pak Bondan, eh kok ajakan foto tak kunjung muncul. Yang ada kemudian malah ajakan ngopi. Ngopi? Di pasar begini, ngopi dimana?

"Temanku buka café untuk ngopi di Pasar Santa, yang lagi ngetop itu lho! Yuk mampir dulu..." kata Maria. Saya memang baru baca soal Kopi Pasar Santa di Koran. Kedai yang semula satu biji, konon kini jadi trend ngumpul anak muda. Pantesan parkiran rame, rupanya pada ngopi, bukan ke Ajo Ramon! Sayangnya, saya sudah memesan satu mangkok sekoteng yang sedang saya uyup. Untungnya, saya momod JS, dan sesuai pepatah Adi Taroepratjeka - kenyang is a state of mind! (Tidak berlaku untuk alcohol. Mabok, is not a state of mind, it's a state of truth!)

Kemudian, meluncurlah kami ke Pasar Santa. Karena ini di Selatan yang cukup jauh dari rumah saya, saya belum pernah menjelajahi pasar ini. Kami naik tangga ke lantai paling atas. Wow! Suasana langsung berubah. Alunan music lounge mengalun merdu. Kios-kios ditata cantik, dengan soft light yang menyinari papan nama. Desain tiap kios juga unik menarik, mengingatkan saya pada Pasar Asiatique di Bangkok. Wah, bagus juga!

Maria dan temannya Tyty, mengantar kami ke Gayobies Coffee (081281009371, http://www.gayobieskopi.com/). Kami disambut dengan ramah oleh Ibu Radiana, pemilik kios Gayobies ini. Lah ternyata Bu Radiana ini hadir waktu Halal Bihalal JS di Wiki Wiki Wok. Wah, sudah kenal rupanya! Ketika ditanya mau pesan apa, saya pura-pura berpikir sejenak biar dianggap  pinter, padahal buat saya yang bikin kopi enak adalah gulanya. Gak percaya? Coba minum kopi tanpa gula! Hehehe. Akhirnya saya memilih yang namanya agak canggih sedikit: V60 kopi gayo Arabica. Eh tapi, ketika dihidangkan, saya kok memilih meminum tanpa gula. Saya suka rasanya yang gurih (bandrol Rp 15.000,-). Lumayan juga! 

Baidewei busway, kedai Gayobies ini cantik bentuknya. Dindingnya seolah dijebol oleh Superman, dan di sisinya ada jendela terbuka dengan dekorasi bumbu-bumbu yang cantik. Suasananya pun nyaman. Kebetulan, saya sedang semangat ngobrol soal pasar-pasar tradisional yang semakin sepi. Apakah ini bentuk ideal pasar kita? Rupanya, tidak juga. "Pasar kan pagi, kalau kami mulai sore sampai malam" kata Bu Radiana. Jadi, keberadaan café di lantai atas saat ini hanya sebagai pemanfaatan ruangan yang kosong saja. Belum sampai pada peremajaan pasar atau mempopulerkan pasar untuk anak muda. "Sekarang lantai bawah pun diincar perusahaan besar untuk berdagang di Pasar Santa" kata Bu Radiana. "Apakah nantinya tempat ini akan dilahap juga oleh korporasi kuliner?" tanyanya. Waduh, berat juga ya, pikir saya, sambil menyeruput kopi terakhir. Ya, menurut saya, sama seperti setiap Mall yang punya manajemen, pasar juga ada - PD Pasar Jaya - yang bertugas mengatur alokasi lot pasar serta harganya, agar jangan sampai kacau dan merusak semangat yang awalnya baik.

Mudah-mudahan direktur PD Pasar Jaya bisa mendengar dan melaksanakan tugas dengan baik, agar pasar kita terus jaya. Eh baidewei transjakarta, apakah pimpinan PD Pasar Jaya juga dipilih oleh DPRD? Duh, saya sudah kebanyakan ngopi hari ini!

Makasih buat Maria yang sudah mengantar ke Gayobies!

Ajo Ramon - 0852 1337 1999
Gayobies Coffee (081281009371, http://www.gayobieskopi.com/)

Cheers,

Harnaz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar