7.14.2014

Menjadi Aset Sekaligus Beban


From: A.Syauqi Yahya


Senin, 14/07/2014 15:58 WIB

Bonus Demografi Indonesia Menjadi Aset Sekaligus Beban

Rinaldy Sofwan F - detikNews
Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dalam pidatonya untuk Seminar Hari Kependudukan Dunia di Jakarta, Senin (14/7/2014). (Foto: Rinaldy Sofwan/Detiknews)
Jakarta - Bonus demografi dapat menjadi aset maupun beban bagi sebuah negara. Untuk memanfaatkan bonus ini sebaik mungkin, Indonesia perlu utamakan Intelektual dan Kewirausahaan.

Demikian Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dalam pidatonya untuk Seminar Hari Kependudukan Dunia di Hotel Borobudur, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Senin (14/7/2014).

"Kami melihat isu yang terkait dengan bonus demografi ini sangat penting. Kalau kita melihat bonus demografi, pertanyaannya, bonus demografi ini akan menjadi aset atau menjadi beban," �kata Bambang.

Menurutnya, kata bonus dalam bonus demografi ini tidak selalu berarti positif. Karena itu bonus demografi harus dihadapi dengan optimistis namun penuh kehati-hatian.

Bambang mencontoh pada Korea Selatan yang pada 1950 masih tergolong dalam negara termiskin di dunia namun menunjukkan kemajuan pesat belakangan ini.

"Korea dapat bonus demografi lebih dulu dari pada Indonesia. Korea berhasil memanfaatkan bonus demografinya dengan pendekatan intelectual capital," ujarnya.

Bambang menjelaskan, Korea Selatan memanfaatkan sumber daya manusia dengan sebenar-benarnya karena tidak ada sumber daya lain yang bisa diolah.

"Kita punya sumber daya alam yang jauh lebih banyak daripada Korea. Kalau kita tidak bisa seperti Korea, berarti masalah ada dalam sumber daya manusianya," kata Bambang.

Untuk itu, menurut Bambang, Indonesia harus berfokus pada kekayaan intelektual. "Itu hanya bisa terjadi jika kita fokus dalam intelectual capital," katanya.

"Di sinilah kita mengarahkan generasi pemuda menjadi generasi yang unggul dalam mengolah kekayaan alam."

Kemudian dia juga berpendapat, kekayaan intelektual saja tidak cukup. "Tapi percuma juga banyak orang pintar bikin penelitian macam-macam tapi tidak dijual. Untuk itu, selain intelectual capital, harus ada entrepreneurship ," katanya.

"Menurut saya, entrepreneurship di Indonesia masih sangat kurang."

--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar