Budaya Membaca Orang Jepang
Weedy Koshino
01 May 2014 | 03:51
Sumber: Ilustrasi/Kampret (Stefanus Leba)
Ketika saya sedang lari pagi, kebetulan rute yang saya ambil kali ini adalah rute persawahan, dekat dengan SD si sulung, sekalian berharap siapa tahu bisa melihat si sulung main bola di lapangan sekolah hehe
Lagi asik jogging sambil mendengarkan lagu The Cure melalui HP yang tersambung ke earphone, mata saya tertumbuk pada sebuah truk kecil yang terparkir dipinggir sawah, bagian belakang penuh dengan alat-alat pertanian, mobilnya pun sangat dekil penuh lumpur, dengan seorang pengendara yang sedang duduk didepan, seorang lelaki tua berambut tipis, bisa dikatakan sudah kakek, hmm lagi ngapain ya? Seorang kakek (seperti) memakai kacamata baca yang melorot sampai ujung batang hidungnya, dengan mata serius menatap ke bawah.
Kira-kira beberapa meter dari truk itu, saya siap-siap mau ngelongok ngapain sih si kakek di dalam mobil. Ketika pas di samping pintu truknya, saya pelankan lari saya dan menoleh ke samping. Terkejut saya. Kakek petani itu sedang membaca buku!
Entah buku apa yang dibacanya, terlihat lembaran kertas yang sudah menguning dan kusam, dan disebelah bangku, ada sebuah koran yang sepertinya masih terlipat rapi.
Salut saya. Petani adalah suatu pekerjaan yang cukup berat. Bukan hanya pikiran saja yang digunakan untuk memikirkan bibit unggul yang akan ditanam, cara tanam yang baik hingga menghasilkan hasil yang memuaskan, menyikapi hama dan taifun yag kerap datang ke Jepang. Bukan itu saja, perlu tenaga yang kuat! Dari yang mencelupkan bibit padi satu-satu, memelihara berkembangnya padi dengan baik sampai pada acara panen ketika musim gugur tiba. Tapi, begitu tercekat saya ketika ditengah sibuknya pekerjaan yang dijalani, sang kakek petani itu masih meluangkan waktunya di sela-sela jam istirahatnya, padahal ia bisa saja merebahkan tubuhnya di kursi mobil sambil memejamkan matanya sejenak, atau melakukan aktifitas lainnya yang bisa mengistirahatan total bagian tubuhnya untuk nanti dipakai kembali untuk bekerja. Tapi ternyata, kakek itu seperti tak ingin menyianyiakan waktunya terbuang percuma, di pakailah waktu rehatnya untuk membaca!
Melihat orang Jepang kemana-mana selalu membawa buku yang bersampul, baik itu di kereta, di bis, di taman memang bukan hal yang aneh lagi. Cintanya mereka terhadap buku sudah tidak bisa dikatakan gemar lagi, tapi membaca buku sudah jadi budaya mayarakat Jepang.
Saya pernah tanya kepada suami saya, "kenapa sih orang Jepang suka membaca buku? Sejak kapan?" Jawabannya sangat simple, sejak dulu! Mereka terbiasa karena dibiasakan untuk membaca buku, tentu saja yang bisa `memaksa` mereka adalah SEKOLAH.
Saya jadi ingat pelajaran SD si sulung dengan mata pelajaran, Kokugo-Ondoku, yang artinya pelajaran Bahasa Jepang, membaca dengan bersuara. Dari kelas satu sisulung selalu ada PR untuk membaca buku yang sudah ditetapkan dari halaman berapa sampai halaman berapa si sulung harus membaca dengan suara yang jelas dan kita orang tua wajib mendengarkan dan mengoreksi kalau ada kata-kata yang salah pengucapannya. Dan itu setiap hari! Sampai si sulung jadi hafal dan mengerti apa yang sedang diceritakan dalam buku bacaannya itu. Selain tugas itu ada lagi, yaitu membaca buku yang ada di rumah, nah ini membuat kami orang tua harus meluangkan waktu juga untuk selalu meng –up to date- koleksi buku-buku di rumah. Walau tugas baca buku koleksi di rumah ini tidak setiap hari dilakukan, tapi setidaknya cara itu bisa menyulut anak-anak untuk terus berakrab dengan yang namanya buku dan kegiatan membaca.
Kata suami pun, pelajaran dalam hal membaca buku ini sudah dari dulu, dalam arti waktu suami SD pun, sekitar hampir 40 tahun yang lalu, ia pun selalu dicecoki untuk membaca, membaca dan membaca oleh sekolah. Dukungan sekolah untuk urusan baca membaca ini, adalah dengan melengkapi perpustakaan sekolah dan perpustakaan kota dengan buku-buku referensi baik itu buku-buku lama bahkan buku terbaru sehingga membuat semangat anak-anak di Jepang meminjamnya untuk dibawa pulang ke rumah.
Selain `dipaksa` dari sekolah, peran keluarga juga bisa dikatakan berpengaruh juga, saya dengar orang tua Jepang cukup strict kalau urusan ketekunan belajar. Dalam keluarga suami, bisa terlihat gimana mereka menerapkan peraturan yang saya pikir bagus untuk diterapkan juga oleh anak-anak saya di rumah. Misalnya, sebelum sarapan orangtuanya mengharuskan anak-anaknya untuk membaca buku satu bab setiap harinya. Walau terlihat males-malesan tapi ternyata lambat laun ketertarikan anak terhadap sesuatu hal bisa terbaca dengan jelas. Misalnya, ketika ke toko buka, kecenderungan anak untuk mojok di counter buku tentang apa, dsb. Jadi sejak dini orangtua sudah bisa mengarahkan potensi anak. Selain Sekolah dan Keluarga, perlu juga dukungan dari pihak luar, misalnya adanya media yang membantu agar anak-anak gemar membaca. Sebagai contoh adanya koran ibu dan anak (oyako shinbun).
Dok. Pribadi Koran Ibu dan Anak (Oyako Shinbun)
Ya, koran ibu dan anak. Lucu ya! Beda loh dengan koran biasa, kalau tidak salah setiap bulan satu kali kami mendapat promosi dari koran langganan kami, dengan memberi satu eksemplar gratis koran ibu dan anak. Dan bisa dipastikan, ketika melihat dikoran orangtuanya terselip bonus koran ini, biasanya langsung diserbu oleh unyil-unyil di rumah.
Koran ibu dan anak, biasanya isinya semarak dengan gambar yang warna warni, sehingga menarik anak-anak untuk mengintipnya. Selain itu topic yang dibahas pun, walau berita actual tapi dengan kalimat yang mudah dicerna, bahkan kalau ada kata yang susah sang anak bisa segera mencari di kamus, karena setiap kanji yang tertulis ada huruf hiraganya. Bukan saja memudahkan si anak saja loh, bagi saya orang asingpun lebih mudah baca berita melalui koran ini hehe beneran deh koran untuk ibu dan anak, enak dan ringan untuk dicerna otak.
Begitu pentingnya membaca baik itu koran, buku serta media cetak lainnya bagi orang Jepang, membuat perusahaan-perusahaan penghasil berita lewat media cetak tidak mati suri, hidup segan mati tak mau. Walau sekarang jaman sudah canggih dengan teknologi internet dalam arti gak perlu beli koran toh bisa lihat berita online, tapi tetap bagi masyarakat Jepang memegang koran itu suatu kebutuhan khusus yang tak tergantikan. Terbukti masih banyak loper koran yang membagikan koran-korannya tidak hanya pagi buta saja tapi menjelang senja pun, ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak sekolah yang bekerja paruh waktu terlihat membawa koran terisi penuh di keranjang sepedanya. Ya, berlangganan koran pagi dan koran sore. Suatu kebiasaan orang Jepang yang tidak ingin ketinggalan berita terbaru! Patut diacungi jempol.
Pecutan buat saya, walau sebaris, bacalah berita untuk menambah pengetahuan. Tetaplah berfikir kalau diri adalah orang bodoh agar tetap terpacu untuk menimba ilmu dari siapa dan apa saja.
Salam Hangat, WK
Dibaca : 321 kali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar