5.14.2014

Ilmu Titen ?



From: A.Syauqi Yahya


Sènin, 24/02/2014 11:19 WIB

Pemilu Bakal Rusuh?

Djoko Suud Sukahar - detikNews

Jakarta - Banjir mulai surut. Batu dan pasir erupsi gunung terkikis hujan. Adakah ini pertanda alam kembali bersahabat dengan manusia? Ternyata masih ada satu syarat lagi agar harmonisasi jagad terbina. Keributan manusia. Adakah itu artinya pemilu akan rusuh?

Air (banjir) dan laut yang bergolak menimbulkan duka. Rumah terendam, banjir bandang membawa harta dan nyawa. Ditambah gunung-gunung yang mengeluarkan lavanya, maka kehidupan manusia seperti jauh dari rasa bahagia. Musibah itu menguras air mata.

Sehabis prahara ini, tidak lama lagi, negeri ini akan punya gawe besar. Pemilihan umum memilih wakil rakyat dan disusul pemilihan presiden akan digelar. Dinamika politik meningkat. Fanatisme akan membawa perpecahan. Gesekan-gesekan tidak terhindari. Dan situasi chaos bisa saja terjadi.

Kita semua tidak menginginkan itu. Namun kosmologi Jawa memberi peringatan, harmonisasi jagad akan terwujud jika keseimbangan sudah terjadi. Keseimbangan yang dimaksud adalah, kalau air dan gunung sudah bergolak, tinggal menunggu waktu terjadinya pergolakan di jagad manusia. Sesudah itu kehidupan menjadi normal. Laut dan gunung tampak indah kembali.

Jangan anggap kepercayaan ini klenik. Ini ilmu titen. Ilmu lama yang berarti meneliti, mengakrabi, dan mengingat-ingat yang pernah terjadi. Hanya karena sosialisasinya dinarasikan, terbentuklah cerita yang asosiatif. Ini bisa diperbandingkan dengan pakar ekonomi memprediksi perekonomian ke depan, pakar politik mengasumsi situasi politik, juga mengapa 1+1 = 2 hanya karena kesepakatan. Kenapa ini tidak disebut klenik?

Dalam budaya Jawa, memasyarakatkan warning atau paham itu melalui pengkisahan. Diceritakan atau didongengkan, agar mudah ditangkap dan diingat. Untuk sosialisasi kapan bencana datang, dibuatlah kisah tiga kerajaan. Kerajaan Air diperintah Nyai Roro Kidul, Kerajaan Api dipimpin oleh Sang Hyang Semar, Kiai Sapujagat, Sunan Lawu, dan Raja Jayabaya. Sedang yang ketiga adalah kerajaan manusia. Tokoh yang disandangkan untuk masing-masing kerajaan merupakan sisipan dari kepercayaan kala itu.

Tiga kerajaan ini harus saling asuh dan asih. Tidak merusak dan mengusik. Dalam bahasa kekinian, itu artinya harus menjaga alam, lingkungan, tidak menebang hutan, tidak membuang sampah di kali, dan tidak mencemari laut, yang menurut FE Schumacher (Small is Beatiful), pangkal terjadinya kiamat dini. Jika terjadi pengusikan, maka prahara dalam kehidupan manusia tidak terhindari.

Sekarang dua alam itu sudah terusik. Dalam banyak serat disebut, giliran manusia yang harus kisruh. Itu agar kehidupan kembali normal, harmonis tercipta seperti pra musibah dan prahara terjadi. Memang masih terdapat misteri, keterkaitan seperti apa bencana itu dengan emosi manusia.

Harusnya pakar psikologi, antropologi, dan sejarah penting meneliti ini untuk menjawabnya. Ini agar 'ramalan' yang selalu benar itu tidak dianggap klenik.Malah banyak yang bukan 'klenik diklenikkan' hanya karena kita takut dosa untuk mengkritisinya, dan takut dicap syirik kalau membicarakannya.

Ini simak. Seorang teman dengan semangat mengirimkan hitung-hitungan, tahun 2014 ini aneh. Almanak ini sama dan sebangun dengan kalender tahun 1997. Dan di penanggalan ini juga terdapat Hari Jum'at yang unik, 4/4, 6/6, 8/8, 10/10, dan 12/12. Ini tanda-tanda apa, tanya dia. Mengapa bisa begitu. Adakah ini tengara bakal datangnya kiamat?

Saya berusaha memberinya pengertian. Saya bilang padanya, jangan yang sudah tidak 'nglenik' diklenikkan. Sebab sesuatu yang sudah bisa dihitung pasti akan kembali pada hitungan itu. Inilah hasil akal manusia sebagai representasi ilmu, yang syarat wajibnya adalah bisa diaplikasikan.

Ilmu ini pula pangkal cepat rusaknya dunia (kebocoran reaktor nuklir). Akselerasi kebejatan (ratusan ribu tewas dalam bom atom Hiroshima & Nagasaki), akibat teori relativitas Einstein 'diberdayakan'. Di tahun 1945 saja sudah ada bom
atom. Sekarang telah ada nuklir dan nano-nano. Bagaimana jika itu dieksploitasi untuk berbagai tujuan?

Sebenarnya ini yang menjadi keprihatinan The Turning Point, Fritjof Capra, ahli fisika dan kimia, di tahun 30-an. Istilah dia, dunia dikotak-kotak, tiap kotak misterinya dikuak, dan dunia ada dalam ancaman akibat kehilangan misteri. Ilmu pengetahuan, kecerdasan manusia sangat membahayakan jika tidak dilandasi spiritualisme.

Mengapa yang saya ungkap semua kejeniusan pakar asing? Itu karena kalau kearifan lokal dengan berbagai pikiran hebatnya yang dipakai referensi dianggap klenik. Padahal dalam Islam, beragama harus cerdas. Wajib belajar sampai mendekati liang lahat. Janji Allah, yang pertama masuk surga itu ahli ilmu disusul ahli ibadah.

Bagi yang beragama juga jangan gampang menuduh setan yang melakukan kebejatan. Semuanya Itu gawe makhluk yang dikutuk Tuhan. Jangan lupa, bahwa setan hanya menggelitik. Bahwa itu ego dan sifat destruksi bawaan manusia. Untuk itu kejelian dan ketelitian merenungi kredo James Own dalam 'Satanic Tragedy' perlu dilakukan. 'Setan itu kasihan, berbuat baik pun akan masuk neraka. Tapi jika mengasihani setan, itu artinya sudah tergoda setan.'

Adakah otak-atik bakal terjadi kekisruhan di jagad manusia, yang (mungkin) di pemilu ini termasuk klenik? Semua itu tergantung niat.

Hanya yang perlu diingat, jika kebiasaan menuding setan dan dianggap klenik terhadap sesuatu yang belum masuk di akal, jangan-jangan ayam buras (bukan ras) yang biasa kita makan sehari-hari juga dimaknai sebagai ayam buatan setan. Sebab ayam ini 'ayam program' hasil rekayasa genetika, hasil akal manusia, yang memberi tugas pagi, sore, siang, malam cuma makan, dan sebulan kemudian dipotong untuk dikonsumsi.

*) Djoko Suud Sukahar adalah pemerhati sosial budaya. Penulis tinggal di Jakarta.

--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar