Blognya alumni SMPN 1 Magelang; berbagi kenangan; berbagi rasa dan berbagi cerita.... OPEN to all of alumnus.
5.30.2014
wadhoooh...
From: Endah Martiningrum
Selasa, 20 Agustus 2013 | 13:51
WIB
MALANG, KOMPAS.com —
Puluhan mahasiswa Universitas
Brawijaya (UB) Malang, Jawa
Timur, menggelar aksi di depan
kantor rektorat kampus
setempat, Selasa (20/8/2013).
Mereka akan menjual ginjal
masing-masing karena surat
permohonan penundaan
Sumbangan Penyelenggaraan
Pendidikan (SPP) yang mereka
ajukan ditolak.
Aksi mahasiswa dimulai dari
depan gedung kuliah bersama
dilanjutkan ke beberapa gedung
fakultas dan finis di depan
gedung rektorat. Mereka
membawa poster bertuliskan
"Saya mahasiswa UB berniat
menjual ginjal demi lanjut
kuliah".
Kepada Kompas.com, Ahmad
Syaifuddin Zuhri, perwakilan
mahasiswa yang bermasalah
dengan SPP, menjelaskan bahwa
ada puluhan mahasiswa yang
siap menjual ginjalnya demi
membayar SPP.
"Kita ditolak meminta surat
penundaan yang ditolak karena
sudah ada SK Rektor UB terkait
pemberhentian penundaan SPP
UB," katanya.
Mahasiswa lainnya, Megawati
dan Galih Putra, juga siap
menjual ginjal. Menurut Galih,
dia pernah diterima di program
Bidik Misi. "Namun, tiba-tiba
digagalkan, tanpa ada
pemberitahuan," kata Galih,
mahasiswa FISIP UB.
Galih mengaku sudah
mengajukan penundaan
pembayaran, tetapi ditolak
karena sudah ada SK Rektor UB
itu. "Jika tidak melunasi SPP
atau tidak membayar KRS, harus
terminal dulu. Itu sudah opsi
terakhir dari pihak rektorat,"
katanya.
Galih dan mahasiswa lainnya
sudah mengajukan surat
penundaan pada Senin
(19/8/2013) kemarin. Namun,
jawaban pihak rektorat adalah
jika tidak bisa membayar SPP,
mereka diminta meminjam ke
bank.
"Hal itu yang menjadi kami
tersakiti. Hal itu malah bukan
meringankan kami karena
bunga bank sangat besar, dari
0,3 sampai 15 persen," katanya.
Galih mengatakan, banyak
mahasiswa FISIP UB yang
bernasib sama dengan dia.
"Penundaannya ditolak,"
akunya.
Para mahasiswa menyatakan
akan tetap melakukan aksi jika
tidak ada jawaban atau
kebijakan dari pihak rektorat.
"Sementara rektor dengan PD II
FISIP saat ini sedang ke luar
negeri. Dia katanya ke
Hongkong," katanya.
Ditanya kenapa menjual ginjal,
Galih dan teman-temannya
mengatakan, hanya ginjal
mereka yang bisa dijual demi
melunasi SPP dan keperluan
kuliah lainnya di UB.
"Saya rela jual ginjal demi biaya
pendidikan yang mahal. UB saat
ini dikenal dengan istilah 'no
money, no study'," tegas Galih.
Dalam tuntutannya, para
mahasiswa menolak tegas SK
Rektor UB yang berkaitan
dengan pemberhentian
penundaan SPP UB untuk
menentang kapitalisasi
pendidikan serta keterlibatan
modal-modal asing swasta dan
asing pada UB.
"Maka dengan ini, kami dari
aliansi mahasiswa Fisip UB
(Amfibi) akan melakukan aksi
segel beberapa bank swasta
yang beroperasi di lingkungan
UB. Aksi ini akan dilakukan
selama tiga hari hingga
tuntutan kami dipenuhi,"
katanya.
--
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar