5.14.2014

Pemanasan .....:')


From: <djuliadi55@gmail.com>



Jakarta - Setelah menjadi pemenang pileg 9 April versi quick count, PDIP tak tinggal diam. Perolehan suara yang saat itu ditaksir di kisaran 19 persen tak begitu saja memberi kesempatan PDIP mengusung capres dan cawapres sendiri. Partai banteng moncong putih harus berkoalisi.

Blusukan politik kemudian gencar dilakukan sang capres Joko Widodo (Jokowi) ke sejumlah petinggi parpol. Jokowi mencari teman dengan gerak cepat namun bersyarat ketat.

Pria Solo ini menegaskan tidak ada deal bagi-bagi kursi dan berkukuh mengusung sistem presidensial. Bahkan Jokowi ogah menggunakan istilah koalisi. Dia memilih menyebut hubungan pertemanan politiknya nanti, sebagai kerja sama.

Hingga akhirnya, NasDem yang bersedia 'berteman' sesuai dengan syarat dan ketentuan yang diberlakukan PDIP. Pernyataan resmi dilakukan oleh Ketum Partai NasDem Surya Paloh di markasnya di Cikini, Jakarta Pusat, (12/4/2014).

Ketatnya persyaratan, seolah menjadi seleksi alam yang dibiarkan Jokowi berjalan alami. Mereka yang tak mau kerjasama, tak akan dipaksa. Saat itu PDIP dihadapkan pada koalisi kerempeng karena diprediksi tak banyak partai yang bisa menerima konsep Jokowi dalam berteman.

Jokowi tak gentar, sejumlah komunikasi politik masih dilakukannya di sela-sela kesibukannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Malam hari sepulang dari Balai Kota menjadi ruang pergerakannya.

Waktu berjalan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) secara resmi menyatakan bergabung dengan PDIP dan mendukung pencapresan Jokowi. Pernyataan ini pertama kali disampaikan oleh Sekjen PKB Imam Nachrowi dalam keterangan tertulisnya pada Sabtu (10/9/2014).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar