5.27.2020

Gus Dur, Ulama "Nyentrik" yang Mengaku Keturunan China Tulen.

Gus Dur, Ulama "Nyentrik" yang Mengaku Keturunan China Tulen.


Selain karena kebijakannya yang menyudahi diskriminasi terhadap etnis
Tionghoa, Gus Dur juga sempat membuat geger. Gara-garanya, pria yang
merupakan cucu dari ulama besar NU, Hasyim As'ari, ini mengaku keturunan
Tionghoa.

"Saya ini China tulen sebenarnya, tetapi ya sudah nyampurlah dengan Arab,
India," ungkap Gus Dur, seperti diberitakan Kompas.com pada 30 Januari 2008
silam.

Pengakuan Gus Dur soal garis keturunannya itu bukan sekali saja
diutarakannya. Namun yang pasti, pengakuan tersebut sempat membuat geger
kala itu.

Berdasarkan cerita Gus Dur, dia merupakan keturunan dari Putri Cempa yang
menjadi selir dengan raja di Indonesia. Dari situ, Putri Cempa memiliki dua
anak, yakni Tan Eng Hwan dan Tan A Hok.

Tan Eng Hwan kelak dikenal sebagai Raden Patah, sementara Tan A Hok adalah
seorang mantan jenderal yang sempat menjadi duta besar di China. Dari garis
Raden Patah itulah kemudian Gus Dur mengaku mendapatkan keturunan Tionghoa-nya.

Pengakuan Gus Dur ini juga sempat dikuatkan oleh tokoh NU lainnya, Said
Aqil Siradj, pada tahun 1998, seperti yang dituliskan dalam buku Gus Dur
Bapak Tionghoa Indonesia.

Kala itu, pada tahun 1998, Said Aqil menceritakan bahwa Tan Kim Han
memiliki anak bernama Raden Rachmat Sunan Ampel dan menurunkan KH Hasyim
As'ari yang selanjutnya menurunkan KH Wahid Hasyim dan punya anak bernama
Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

"Jadi, Gus Dur itu Tionghoa, maka matanya sipit," ujarnya sambil tersenyum.

"Dengan demikian, tidak ada istilah pro dan nonpro serta Muslim dan
non-Muslim," ungkap Said Aqil waktu itu.

Bapak Tionghoa Indonesia

Terlepas dari garis keturunan Tionghoa yang dimiliki Gus Dur itu, etnis
Tionghoa yang sudah berabad-abad ada di Indonesia tetap menganggap Gus Dur
adalah salah satu tokoh yang layak mendapat penghargaan.

Berdasarkan kebijakan-kebijakan yang dibuat Gus Dur itulah, etnis Tionghoa
hingga para penganut Khonghucu tidak lagi menyembunyikan simbol mereka,
sesuatu yang terlarang pada era Orde Baru.

Tidak heran, pada 10 Maret 2004, di Kelenteng Tay Kek Sie, Gus Dur
dinobatkan sebagai "Bapak Tionghoa Indonesia". Gus Dur hadir dalam
penobatan itu dengan pakaian lengkap menggunakan baju cheongsam, meski
harus duduk di kursi roda.

Sumber : kompas.com

Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail

Tidak ada komentar:

Posting Komentar