4.28.2020

Jendral George S Patton : Jendral "Blitzkrieg" Tank Terbaik AS

Jendral George S Patton : Jendral "Blitzkrieg" Tank Terbaik AS

Jika dalam Perang Dunia 2, Jerman punya jendral "blitzkrieg" tank terbaik,
seperti Heinz Guderian, Erich von Manstein, dan Erwin Rommel, AS punya
jendral tank "Blitzkrieg" terbaiknya, yakni Jendral George Smith Patton
Jr., KCB

Pattob lahir di San Gabriel, California pada tanggal 11 November 1885. Dia
dilahirkan dari keluarga militer. Ayah dan pamannya adalah veteran perwira
tentara Konfederasi saat Perang Saudara AS. Dari kecil pun, dia sudah
bercita-cita menjadi seorang tentara. Dan seperti anak-anak pada biasanya,
permainan yang dia sukai berhubungan dengan tentara. Seperti menunggangi
kuda, menyusun strategi, dan sebagainya. Ia juga ketika setamat SMA, masuk
institut militer Virginia Military Institute, tapi karena memiliki
kemampuan dia menlanjutkan menjadi kadet di West Point. Patton bukanlah
kadet yang populer, seperti contoh Douglas Macarthur. Bila dibandingkan
Macarthur memiliki nilai yang tertinggi ketiga dalam sejarah West Point
hingga saat ini dalam 218 tahun, Patton awalnya memiliki nilai yang kurang
baik. Nilai materinya buruk akibat dari seperti buta huruf yang dia alami
sejak kecil. Namun dia berusaha hingga akhirnya lulus pada tahun 1909
sebagai Letnan Dua di bagian kavaleri. Pada tahun 1912, Patton menjadi
salah satu gelombang atlet pertama AS untuk lomba Olimpiade.

Ketika AS sedang bertegangan Meksiko akibat bandit Pancho Villa. Patton
berinovasi dengan konsep yang benar-benar baru, yakni menyerang dengan
senapan mesin dipasang di atas mobil. Bila kita melihat mobil HMMV atau
Pindad Komodo, mobil tanpa atap dengan senapan mesin itu merupakan konsep
yang dibuat oleh Patton. Dan konsep ini berhasil. Pada tahun 1915, Patton
sendiri dengan mobil terpasang senapan mesin berhasil mengejar dan membunuh
2 orang wakil bandit Pancho Villa. Salah satu prestasi dari dirinya.

Saat AS memasuki Perang Dunia 1, dia turut berpartisipasi ke Front di Eropa
bersama dengan pasukan AS lainnya di bawah pimpinan Jendral John J.
Pershing "The Black Jack". Patton yang baru berumur 32 tahun dengan pangkat
Letnan Kolonel sudah memimpin kesatuan kavaleri jenis baru, yakni tank. Dia
menjadi salah satu komandan kesatuan tank pertama dalam sejarah militer AS.
Dari teknologi baru ini, Patton dengan cepat mengeksploitasi tank ini. Tank
yang digunakan adalah Tank dari Prancis Renaulft FT. Penggunaan tank ini
terbukti efektif saat menyerang pertahanan parit Jerman. Pada fase akhir
Perang Dunia 1, Patton terluka parqh saat memimpin unitnya, tapi tetap
melanjutkan hingga pertempuran selesai. Dia dianugerahi Purple Cross.
Patton selama Perang Dunia 1 juga kenal dan belajar dari atasannya yang
kelak menjadi Jendral Bintang Lima, Panglima Sekutu di Asia Pasifik saat
Perang Dunia 2 dan Panglima PBB di Korea, yakni Brigadir Jendral Douglas
Macarthur.

Ketika Perang Dunia 1 berakhir, dia beralih menjadi instruktur kesatuan
tank di AS dan menyempurnakannya. Patton memiliki visi bahwa tank merupakan
alat tempur utama yang berpengaruh di perang masa depan. Bekerja sama
dengan artileri, infanteri, dan udara maka tank menjadi senjata mematikan.
Karena itu, dia bereksperimen bersama partner yang kelak menjadi Panglima
Sekutu di Eropa ketika Perang Dunia 2, yakni Jendral D.D. Eisenhower. Kedua
hampir tewas saat dalam eksperimen menggunakan tank. Kabel kawat di dalam
tank putus dan menyayat kepala Patton dan Eisenhower. Meskipun begitu,
keduanya tetap memiliki visi bahwa tank adalah senjata tempur masa depan
yang punya banyak potensi. Pada tahun 1934, dia meramalkan bahwa Pearl
Harbour akan menjadi sasaran pertama yang akan diserang oleh siapa pun,
terutama Jepang dilihat dari letaknya strategis. Sayang peringatan itu
tidak dihiraukan. Tepat 7 tahun kemudian, ramalannya terjadi. Pearl Harbour
diserang oleh Jepang dalam kondisi yang lengah.

Ketika AS memasuki Perang Dunia 2, Pengalaman pertama AS dalam perang
terjadi dalam Operasi Torch 8 November 1942 atau Pendaratan di Maroko. Di
Kasserine Pass, serangan pertama AS melawan Jerman benar-benar gagal.
Strategi tank sudah kuno dan komandannya kurang kompeten. Belum lagi
pemimpin pasukan Jerman sangat berat dan berpengalaman yakni Jendral
Rommel. Karena itu, Mayor Jendral Patton turun tangan untuk menyusun
strategi yang baru dan kedisiplinan prajurit yang dipertegas. Hal ini
menbuahkan hasil. Ketika Rommel memutuskan ingin mengamankan sisi Barat
Afrika, yakni perbatasan Maroko dan Tunisia, Tentara AS di bawah pimpinan
Patton berhasil menyergap pasukan pimpinan Rommel. Sehingga Rommel semakin
terkepung di dua sisi. Sisi Barat diserang oleh Patton dan Sisi Timur
ditekan oleh Jendral Montgomery.

Setelah Tunisia aman pada tahun 1943, Pasukan Sekutu memutuskan untuk
mendarat di Pulau Sisilia, Italia lewat Operasi,Husky. Patton juga
berpartisipasi. Saat penyusunan strategi, Patton dan Montgomery berselisih
pendapat dari strategi. Sehingga terjadilan seperti berlomba-lomba merebut
kota Palermo, kota pusat di Sisilia. Patton menyerang dengan taktik
blitzkrieg dan berhasil merebut Palermo jauh lebih dulu sebelum Montgomery.
Karier Patton melejit, namun tidak lama benar-benar tercoreng. Patton
melakukan penamparan 2 prajurit bawahannya. Prajurit yang pertama bisa
dibilang wajar, karena dia dianggap tidak terluka baik fisik atau pun
mental dan hanya ingin nyaman di rumah sakit perang. Ditambah begitu
ditanya alasannya, prajurit tersebut terkesan dengan santai menjawab tidak
mau. Patton sangat tidak suka prajurit di rumah sakit hanya untuk santai,
sedangkan prajurit seperjuangannya mati-matian di medan perang hingga
terluka ataupun gugur. Karena itu dia menampar prajurit tersebut hingga
dihantam dengan helm Patton dan menyebutnya pengecut. Sedangkan prajurit
yang kedua, dia memiliki kondisi psikis yang buruk, berupa mental stress
dan trauma yang cukup parah. Respon yang sama dari Patton, yakni dianggap
pengecut dan ditampar cukup keras. Kabar ini didengar oleh Komando Tinggi
AS dan membuat Patton dimutasi ke bagian staf.

Karier Patton sepertinya sudah hancur. Namun, dia tetap meminta kembali ke
palagan tempur. Karena itu, sahabatnya Jendral Bradley menugaskan Patton
sebagai kunci untuk kesuksesan D-Day, yakni penipuan. Patton akan
ditempatkan di Inggris seolah-olah dialah Panglima Invasi ke Eropa dengan
menyiapkan banyak sekali pasukan palsu dan membuat Jerman termakan
tipuannya. Ditambah dihadapkan ke Calais, pelabuhan utama Prancis yang
memiliki jarak terdekat di Selat Inggris. Jendral Jerman bahkan Hitler pun
termakan tipuannya dan malah memperkuat bagian Tembok Atlantik yang salah,
yakni Calais bukannya daerah Normandie. Bahkan ketika D-Day dilaksanakan
pada 6 Juni 1944, Jerman tetap tidak mengirim bantuan ke daerah Normandie
dengan anggapan bahwa serangan tersebut hanyalah pengalihan dari serangan
yang jauh lebih besar yang dipimpin oleh Patton, salah satu Jendral terbaik
dimiliki Sekutu. Sungguh kesalahan yang fatal. Begitu Jerman mengetahui
pasukan Sekutu pimpinan Patton, itu sudah terlambat bagi Jerman. Patton
memegang komando kesatuan yang populer dari 1944 hingga akhir perang yakni
3rd US Army 2 minggu setelah D-Day berhasil. Pasukan Ke 3 Patton
menggunakan strategi "blitzkrieg" dan menyapu pertahanan Jerman di Prancis
dari Normandie ke sekitar Paris hanya dalam 3 minggu. Pasukan Patton Divisi
Infanteri ke-4, bagian dari 3rd US Army, menjadi bantuan pasukan Sekutu
pertama untuk Pasukan Prancis yang membebaskan Paris. Patton juga yang
menyelamatkan pasukan Airborne Divisi ke-101 dari Pengepungan Bastogne
dalam Pertempuran Bulge di Belgia hinggal memukul Jerman kembali ke
perbatasan. Pasukan Patton menjadi salah satu kesatuan pasukan Sekutu
pertama yang memasuki Jerman. Dia bersikeras untuk tetap melanjutkan
perjalanan ke Berlin. Patton hanya berjarak 90 km dari Berlin. Patton juga
yang pertama melaporkan kepada Eisenhower kamp konsentrasi yang ada di
Jerman Barat, seperti di Dachau. Di akhir perang, dia menjadi Gubernur
Militer di Bavaria sebelum akhirnya pensiun. Dia meninggal beberapa hari
setelah kecelakaan mobil di Heidelburg, Jerman pada 21 Desember 1945.

Patton pasti bukanlah orang yang mudah menyerah terlepas dari
kekurangannya. Kegagalannya lulus pada semester pertama di West Point
diakibatkan oleh kesulitan membaca dan menghitung dari masih kecil. Sebuah
kemampuan sangat dasar yang fatal untuk memasuki West Point. Walaupun
begitu, dia tetap berusaha hingga bisa lulus. Uniknya, di masa yang
mendatang, dia menjadi hobi membaca buku. Hobi membaca buku ini yang
membuatnya bisa mengalahkan Rommel, karena salah satu buku yang dibaca oleh
Patton adalah buku yang ditulis oleh Rommel ketika, sama seperti Patton,
menjadi instruktur militer. Hanya saja perbedaannya bila Patton merupakan
instruktur kavaleri, Rommel merupakan instruktur infanteri. Buku tulisan
Rommel tersebut berjudul Infantry Attack. Dari buku tersebut Patton menjadi
mengerti cara bertempur lawannya. Namun meskipun begitu, keduanya saling
menghormati kemampuan satu sama lain. Patton menghormati kecerdikan dan
keberanian strategi, serta reputasi Rommel dan Rommel mengakui keberanian,
strategi brilian, dan pantang menyerah Patton. Bagi Jerman, jendral yang
perlu diwaspadai dari Sekutu adalah Patton seusai D-Day hingga akhir
perang. Seperti Rommel dan Macarthur, tidak jarang Patton "blusukan" ke
garis depan. Dan seperti mereka pula, Patton juga ikut dalam beberapa kali
ikut ke medan tempur saat di Tunisia dan Palermo, Sisilia. Patton juga
dihormati oleh anak buahnya dan sangat setia kepada Patton dan Patton,
walaupun dari sikap keras kepada pasukannya, menyayangi bawahannya. Seperti
contohnya, Patton memandang rata pasukannya dari mana pun rasnya. Bahkan
dia mengintegrasikan tentara AS keturunan Afrika atau Kulit Hitam dan
tentara AS kulit putih di saat segregasi begitu terlihat dalam setiap
kesatuan AS. Lebih uniknya lagi bila dilihat asalnya dari AS bagian Selatan
di mana rasisme di sana jauh lebih tinggi daripada bagian Utara. Bahkan dia
mendorong tentara AS kulit hitam di kesatuannya untuk tetap berjuang untuk
kesetaraan rasnya lewat prestasi di medan tempur. Beberapa kali dia mau
menganugrahkan penghargaan kepada "Black Soldier" ini. Patton juga
mengampuni dan bahkan tidak marah kepada prajurit yang menabrak mobilnya di
saat tempat kejadian walaupun membuatnya terluka parah yang mengakibatkan
kematiannya sendiri. Patton sendiri juga meminta dia dikuburkan di
Luxembourg bersama pasukannya yang gugur dalam pertempuran. Atas
prestasinya, nama Patton disematkan dalam tank AS generasi selanjutnya,
seperti M46, M47, M48, dan M60 atau dikenal dengan The Patton Tank.

Sumber : history.com , History Channel, Appocalpyse Of Second World War
Documentary Film National Geographic Channel

Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail

Tidak ada komentar:

Posting Komentar