3.06.2019

BENDE MATARAM Karya: Herman P Episode 1 Seri 1a




BENDE MATARAM
Karya: Herman P
Episode 1
Seri 1a


Ah, masih sempat aku mengikuti tahap permulaan. Mudah-mudahan di tengah
perjalanan tidak ada aral melintang."
Ilmu Mayangga Seta merupakan suatu ilmu kebanggaan pada jaman itu untuk
setiap prajurit.


Barang siapa dapat menguasai ilmu itu, akan pandai mengubah tempat
kedudukannya dalam sedetik dua detik. Hal ini sangat berguna dalam
pertempuran kerubutan. Tetapi jenis Ilmu Mayangga Seta banyak ragamnya.
Setiap perguruan mempunyai paham dan pendapat sendiri.


Selagi memikirkan tentang ilmu itu, tiba-tiba ia melihat dari persimpangan
jalan arah barat
serombongan orang yang membawa kotak-kotak kayu dan seperangkat gamelan. Mereka
berjumlah 14 orang dan berjalan kearahnya.
Wirapati tertarik pada pemandangan itu. Mereka mengenakan dandanan penari
dan penabuh (pemukul gamelan disebut Pradangga) gamelan. Muka mereka dicat
beraneka-warna. Agaknya mereka telah mempersiapkan diri menjadi tokoh-tokoh
yang akan diperankan.


Dari tutur-kata penduduk sepanjang jalan, Wirapati mendapat keterangan
kalau perayaan
penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono II akan berlangsung selama 40 hari 40
malam.
Penduduk bebas memilih macam hiburan yang cocok dengan kata hatinya. Mereka
bebas pula
mengundang seniman-seniman dari daerah lain. Itulah sebabnya,
seniman-seniman dari
Banyumas, Jepara, Madiun, Surakarta dan Bagelen banyak memasuki daerah
Kasultanan.


Rombongan yang mendatanginya, berperawakan tegap. Gerak-geriknya tangkas.
Mereka berjalan cepat dan mencurigai tiap orang yang dijumpai. Tatkala
mereka berpapasan dengan Wirapati, mereka menunduk. Mulutnya
berkomat-kamit: "Awas, bertemu satu."


Sekalipun kata-kata itu diucapkan dengan berbisik-bisik, tapi bagi
pendengaran seorang berilmu seperti Wirapati cukuplah jelas. Wirapati heran
mendengar kata-kata demikian, la mulai memperhatikan dan mencoba
menebak-nebak maksud tiap patah katanya. Keheranannya kini kian menjadi-jadi.


Mereka ternyata membawa gamelan yang terbuat dari perunggu pilihan. Gong
besar, lima buah kempul, dua pasang bonang, lima buah demung, sepasang
gender, slentem dan gambang (perangkat gamelan) berat timbangannya paling
tidak masing-masing Iimaratusan kati. Belum lagi ditambah dengan berat
timbangan alat penabuh dan goyor (gawang tempat menggantung gong),
meskipun demikian, mereka sanggup memikul dengan berjalan sangat cepat.


Ah, mereka lebih mirip pencoleng-pencoleng sakti, pikir Wirapati. Mukanya
di cat tebal.
Meskipun teman karib sekampung takkan begitu gampang mengenal mukanya.
Mendapat pikiran demikian, dia ingin menguntit sambil menyelidiki. Biasanya
memang ia usil, jika menjumpai sesuatu yang aneh. Hatinya takkan puas, jika
belum mendapatkan keterangan yang cukup jelas.


Tetapi ia teringat akan masa pengajaran Ilmu Mayangga Seta pada bulan
depan. Kalau sampai membiarkan diri terlibat dalam perkara itu, pastilah
akan membutuhkan suatu penyelesaian berminggu-minggu lamanya. Agaknya itu
tidak menyenangkan..


Tetapi gerak-gerik rombongan penari yang aneh itu, mengganggu hati dan
penglihatannya.
Ontuk melupakan dan mengalihkan perhatiannya, ia harus mendahului mereka.
Segera Wirapati mempercepat langkahnya. Sebentar saja ia telah melampaui
mereka.
Menyaksikan bagaimana dia dapat berjalan begitu cepat, di antara mereka
terdengar bisikan lagi. "Awas, berjaga-jaga."


Wirapati sengaja menelan kata-kata itu. Nafsu usilannya diendapkan. Ia
mempercepat langkahnya lagi, seperti seseorang'yang berlari sangat cepat.


BERSAMBUNG..








Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail

Tidak ada komentar:

Posting Komentar