11.23.2011

Ali Topan Anak Jalanan

http://www.kompas.com/read/xml/2008/08/05/16371563/ali.topan.anak.jalanan
 
 
Ali Topan Anak Jalanan
ilustrasi/Jan Mintaraga
/
Selasa, 5 Agustus 2008 | 16:37 WIB

Pagi hari, Senin pertama bulan Juli 1977.
Langit biru muda memayungi Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Matahari mencorong di Timur. Ali Topan, Bobby, Dudung dan Gevaert menaiki motor masing-masing, ngebut di jalanan seputar Blok M.

Blok M adalah suatu blok perumahan dan pertokoan seluas kurang-lebih tiga kilometer persegi. Sebelah utaranya dibatasi lapangan Markas BesarAngkatan Kepolisian atau Mabak, sebelah timur dibatasi Jalan Iskandarsyah Raya, sebelah selatan dibatasi Jalan Melawai Raya, dan sebelah baratnya dibatasi Jalan Si Singamangaraja. Kebayoran Baru terdiri dari beberapa blok, dari A sampai S.

Penduduknya umumnya pekerja dan pedagang kelas menengah dari luar Jakarta, yang berjumlah sekitar 400.000 orang.
Empat sekawan itu adalah murid-murid kelas III Pal - Pengatahuan Alam - satu SMA Bulungan I "Bulungan" yang terletak di ujung timur Jalan Mahakam, Blok C Kebayoran Baru, yang berbatasan dengan Jalan Si Singamangaraja.

Mereka tertawa gembira, berdansa di jalanan, itu istilah untuk sport jantung menyelip-nyelipkan motor di sela-sela kendaraan yang melalu-lintas. Wajah-wajah tampan yang cerah, rambut-rambut yang gondrong melambai kena angin, dan bercanda sepanjang jalan merupakan manifestasi sikap bebas aktif anak-anak muda itu. Oleh kaum tua yang sedikit pikun, mereka dinamakan berandalan atau krosboi, tapi mereka tak peduli.

Mereka ada di jalan Panglima Polim Raya. Lampu perempatan Jalan Pangporay -Panglima Polim Raya dan Jalan Melawai Raya menyala kuning. Kemudian merah. Kendaraan umum berhenti. Tapi Ali Topan dan kawan-kawannya langsung saja tancap gas membelok ke arah kiri, memotong kendaraan yang bergerak dari arah Blok M, langsung melaju ke Jalan Bulungan.
"He, bajingan!" seorang pengendara Toyota Corolla tahun 1973 warna kuning memaki Ali Topan yang hampir ditubruknya. Tapi Ali Topan tak menggubris cacian itu. Demikian pula kawan-kawannya.

Mereka terlalu sering mendengar caci maki orang, jadi sudah kebal. Ali Topan Cs tetap ngebut, membelok ke kanan di perempatan Jalan Bulungan-Jalan Mahakam, dan terus menggeblas lewat SMA Bulungan I yang tegak di ujung Jalan Mahakam. Beberapa teman yang ada di depan sekolah melambaikan tangan. Ali Topan Cs tak sempat membalas mereka.

Nama SMA Bulungan I yang terletak di Jalan Mahakam itu berasal dari riwayat dua SMA di Jalan Bulungan yaitu SMA Bulungan Pagi dan SMA Bulungan Sore yang dipisah menjadi dua karena di lokasi itu dibangun Gelanggang Remaja Jakarta Selatan oleh Pemerintah Daerah Khusus Istimewa Jakarta, atas inisiatif Gubernur Ali Sadikin yang beken dipanggil Bang Ali. SMA Bulungan Pagi menjadi SMA Bulungan I di jalan Mahakam, sedangkan SMA Bulungan Sore menjadi SMA Bulungan II di Jalan Bulungan.Gelanggang Bulungan nama pop GRJS diapit oleh dua SMA bersaudara itu.

Pada hari peresmiannya, seorang murid lelaki yang patah hati dengan guru perempuan menggambari dinding sekolah itu dengan lambang hati dan anak panah yang patah dan angka Bulungan pakai cat merah darah. Sejak saat itu nama sekolah itu beken dengan sebutan SMA "Patah Ati" atau SMA Bulungan di kalangan remaja Kebayoran. Pada formasi dua-dua mereka mengebut terus, memotong jalan raya, lurus menuju kawasan pertokoan Blok M. Sopir bis kota, helicak, tuan-tuan di mobil mewah maupun rakyat kelas menengah di atas sadel motor masing-masing memaki kalangkabut, nyaris serempak, ketika para remaja itu seenak hati memotong jalan mereka.

"Hei! Anjiiiing!"seorang muda yang menyetir Mercedes memaki Ali Topan Cs.
"Sama, njiiiing!" Ali Topan balas memaki. la tampak paling tampan, paling gagah dan paling brandal di antara kawanan anak-anak muda bersepeda motor trail itu.

. .
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar