1.24.2021

Puasa 382 hari

Terdengar mustahil, namun kisah pria berpuasa 382 hari ini benar-benar terjadi. Adalah pria obesitas berusia 27 tahun asal Skotlandia yang melakukan hal itu. Ia putuskan tidak makan selama lebih dari 1 tahun dalam rangka menurunkan berat badan.

Dikutip dari Oddity Central, pria itu rupanya tetap sehat dan berhasil menurunkan berat badan dari 206 kilogram menjadi 81 kilogram. Dokter di University of Dundee School of Medicine bahkan menyebut berat badan sang pria tetap stabil di angka 88 kg, lima tahun setelah jalani puasa super panjang.

"Beberapa tahun lalu, seorang pria obesitas parah meminta penanganan. Awalnya ia jalani puasa lama, tetapi karena telah beradaptasi dengan baik dan ingin sekali mencapai berat badan ideal, puasa dilanjutkan hingga memecahkan rekor," tulis seorang dokter dalam dokumen Postgraduate Medical Journal edisi tahun 1973.

Kabarnya pria bernama Angus Barbieri itu tidak melahap makanan padat apapun. Ia mendapat energi dari simpanan lemaknya plus beberapa suplemen seperti potassium, sodium, dan ragi. Supleme ini penting untuk menjaga fungsi biologis dalam tubuhnya tetap berjalan. Karena hal ini, pergerakan ususnya pun jarang terjadi. Konon proses pengosongan usus hanya terjadi tiap 37 hingga 48 hari.

Ia juga rutin memeriksakan diri ke rumah sakit guna mengetes darah dan urinnya. Dokter lalu menyarankan konsumsi suplemen tertentu dan menangani kekurangan suatu zat gizi dengan benar. Tak heran, Angus pun tetap bisa sehat selama berpuasa ratusan hari meski disebut sempat alami gula darah rendah.

Lalu bagaimana hal ini mungkin terjadi? Pada 2012, ilmuwan dari Austalia bernama Dr. Karl Kruszelnick coba menjelaskannya. Pada dasarnya, dia mengklaim Angus mampu bertahan hidup dengan lemak yang tersimpan, yang bertindak sebagai bahan bakar untuk tubuhnya.

"Setelah dua atau tiga hari puasa... Sebagian besar energi Anda berasal dari memecah lemak," tulis Kruszelnick. "Molekul lemak terurai menjadi dua bahan kimia terpisah - gliserol (yang dapat diubah menjadi glukosa) dan asam lemak bebas (yang dapat diubah menjadi bahan kimia lain yang disebut keton). Tubuh Anda, termasuk otak Anda, dapat menggunakan glukosa dan keton ini sampai Anda akhirnya kehabisan lemak," jelas Karl.

Meski terdengar menjanjikan, faktanya jalani puasa ekstrem tidak direkomendasikan. Hal ini bisa berujung pada berbagai komplikasi masalah kesehatan dan bahkan kematian. Pasien harus mendapat supervisi dari ahli nutrisi ketika ingin jalani puasa dalam waktu lama, terlebih puasa ekstrem seperti Angus.

Caption by Food Detik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar