2.27.2012

Efisien dan Adil

Ini ada sharing bagus:
http://www.facebook.com/#!/note.php?
note_id=10150196851492685
Efficiency vs Equity (Efisien vs Adil)
Seringkali kita mendengar kata efisien dan
adil dalam wacana, dokumen, ataupun
program pemerintah. "Belanja bidang X
diprioritaskan pada beberapa program
andalan yang dilakukan atas asas efisiensi
dan keadilan." adalah contoh ngasal (tapi
mirip) yang sering saya baca di dokumen
pemerintah. Salah? Belum tentu, tapi
sesungguhnya dari sudut pandang
ekonomi, dua kata ini sulit sekali untuk
digandengkan.
Efisiensi terjadi ketika kondisi
kesejahteraan tidak dapat ditingkatkan lagi
tanpa mengorbankan tingkat
kesejahteraan pihak lain (Pareto). Kalau
dalam suatu komunitas ada A (50), B (100)
, dan C (1000) dengan angka di dalam
kurung mewakili tingkat kesejahteraan
hipotetis, maka menaikkan kesejahteraan A
tanpa mengorbankan kesejahteraan B atau
C adalah kondisi dimana terjadi perbaikan
efisiensi (Pareto improvement); tetapi jika
untuk menaikkan tingkat kesejahteraan
salah satu anggota harus menurunkan
kesejahteraan anggota lain, maka kondisi
awal ini sudah menunjukkan Pareto
efficient.
Equity, dilain pihak adalah kondisi
berkeadilan. Ini yang susah didefinisikan.
Adil adalah suatu istilah yang batasannya
tidak tegas dan sangat relatif. Adil bagi C
belum tentu dianggap adil bagi A atau B.
Makanya kita sering dengar istilah "dunia
ini tidak adil"… (dan sampai kapanpun
tidak akan pernah karena menyepakati
sebagai keadaan adil oleh semua pihak
adalah mustahil). Anda tidak bisa
memuaskan semua pihak sekaligus.
Sekarang seandainya anda punya uang 100
ribu rupiah untuk diberikan. Datang ke
anda X dan Y yang memerlukan bantuan. X
sedang kelaparan, 2 hari tidak makan, dan
tidak punya ongkos pulang. Y adalah
pedagang pisang goreng yang sedang
laris2nya dan membutuhkan tambahan
modal. Dengan tambahan 100 ribu Y bisa
mendapatkan keuntungan yang signifikan
lebih besar sehingga bisa mendapat
tambahan dana untuk menghidupi
keluarganya. Pertanyaannya: kepada siapa
uang itu akan anda berikan?
Jika anda berikan pada X, maka anda
bersikap "adil". X sangat membutuhkannya
saat ini juga, Y masih bisa menunggu
(entah kapan).
Jika anda berikan pada Y, maka anda
memilih efisiensi sebagai dasar keputusan
anda. Dengan resource yang sama, Y akan
menghasilkan output yang lebih besar
dibanding jika uang itu diberikan pada X.
Dalam banyak hal di kehidupan kita, hal ini
sering terjadi, terutama saat kita harus
memutuskan untuk memilih belas kasihan
atau efisiensi. Subsidi BBM secara massal
tidak efisien karena memicu over-
consumption dan dinikmati golongan yang
tidak seharusnya menerima subsidi. Tetapi
dengan struktur ekonomi dan bisnis kita
yang memang tidak efisien, menghilangkan
subsidi sekaligus akan membuat
kehidupan lapisan miskin semakin
menderita. Di sini kita lihat ada trade-off
antara efficiency dan equity. Saya tidak
hendak membahas mana yang terbaik
tetapi hanya ingin menunjukkan bahwa
dalam hampir semua hal efficiency itu
bekerja berlawanan arah dengan equity.
Kalau mau efisien ya ngga usah pake
kesian2… kalau mau kesian, ya jangan
mikir efisiensi… Begitu kira-kira…
Jadiiii…. Jangan langsung percaya dan
terbuai kalimat yang menggandengkan
kedua kata ini menjadi searah dan
harmoni. Percayalah, it is very difficult if
not impossible to achieve.
Dalam keputusan publik, pemerintah suatu
saat berhak memilih equity sebagai
argumen keputusannya. Dalam hal ini tak
usah teriak soal efisiensi, minimalkan saja
inefisiensinya dan terimalah keputusan itu
sebagai keputusan politis negara.

adi wisaksono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar