Mbok wis teka diundak-e wae.... saiki subsidine wis 550 M per hari. Sing disubsidi iku cukup angkutan umum wae (RFID dipasang nang angkungtan umum). Mungkin tetep ana bocore ning menurutku ora sebesar yen subsidi keseluruhan kaya saiki.
Hal tersebut seperti diungkapkan Wakil Ketua Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Fanshurullah Asa ditemui detikFinance, di Kantornya Jalan Kapten P. Tendean, Senin (14/4/2014).
"Pertamina mengkonfirmasi program SMP BBM dengan RFID itu molor, baru berlaku nasional pada Mei 2015, padahal janji awalnya Juli 2014," kata pria yang akrab disapa Ifan ini.
Ifan mengungkapkan, Pertamina telah mengirimkan surat, bahwa program ini molor karena masalah finansial di PT Inti (Persero) selaku pelaksana proyek SMP BBM tersebut.
"Ya alasannya karena kurs dolar yang berakibat naiknya biaya pengadaan peralatan yang sebagian besar impor. Katanya impornya dari Tiongkok dan Korea," ungkap Ifan.
Ifan menambahkan, seharusnya Pertamina tegas kepada Inti, jika tidak bisa melanjutkan proyek ini, akan ditender ulang.
"kalau masalah kurs mau sampai kapan, akhir tahun kurs naik Rp 14.000 kan nggak bisa ditebak, masak mau mundur lagi, mau sampai kapan, tegas dong, nggak bisa lanjutkan tender ulang saja, atau melakukan konsorsium BUMN, sehingga program ini nggak dibilang cuma omdo (omong doang)," tegas Ifan.
"Apalagi janji Mei 2015 memakai embel-embel kalau tidak ada kendala finansial seperti kenaikan kurs dolar," tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar