From: A.Syauqi Yahya
Kayuhan Becak Pak Wir, Belum Membuahkan Hasil
Agus Supriyatna
09 Apr 2014 | 02:14
Pernah lihat acara reality show " Mewujudkan Mimpi" yang ditayangkan di RCTI, salah satu stasiun televisi besar milik Pak Hary Tanoesoedibjo? Mungkin diantara anda yang sering memelototi layar kaca, sempat nonton acara itu. Acara reality show " Mewujudkan Mimpi' itu bukan acara biasa. Tapi itu, acara reality show yang sarat dengan aroma politik. Sebab, yang jadi aktor utamanya, tak lain dari Pak Wiranto, kawan duetnya Pak Hary Tanoe di bursa capres dan cawapres. Ya, Pak Wiranto itu, adalah capresnya Partai Hanura, partai yang kini dinakhodainya. Sementara Pak Hary Tanoes, adalah cawapresnya Pak Wiranto.
Setelah tak lama menyatakan keluar dari Partai NasDem, Pak Hary langsung menclok ke Hanura. Di Hanura, ia tak perlu menunggu lama untuk bisa langsung duduk di posisi elit partai. Bahkan, meski dia masih seumuran jagung tercatat sebagai kader Hanura, Pak Hary langsung dideklarasikan sebagai cawapres partai yang punya slogan berjuang dengan hati nurani itu.
Jadilah duet Win-HT, sebutan bagi duet antara Pak Wir, dengan Pak Hary Tanoe. Mereka pun sejak dideklarasikan langsung tancap gas mempromosikan diri. Iklannya nyaris tanpa jeda tayang rutin di semua stasiun televisi miliknya Pak Hary Tanoe. Pak Hary ini, selain memiliki RCTI, dia juga mengendalikan MNC TV (dulu bernama TPI), dan Global TV. Bukan hanya stasiun televisi, yang Pak Hary punya, tapi juga media cetak dan online. Koran Sindo dan Okezone, adalah dua media yang ada dalam genggaman Pak Hary. Di luar itu, Pak Hary punya sederet stasiun radio. Maka lengkaplah status Pak Hary sebagai salah satu 'baron' media di Indonesia.
Nah, acara reality show, " Mewujudkan Mimpi" itu adalah salah satu alat Pak Wir mengenalkan diri kepada publik. Harapannya, lewat reality show itu, pemirsa yang menonton bisa kepincut dengan sosok Pak Wir sebagai capres. Dalam sebuah efisodenya, Pak Wir pernah menyamar jadi pengayuh tukang beca. Tujuan mulia dari acara itu, yang selalu digembar-gemborkan pihak stasiun teve yang menayangkan nya itu adalah agar pemimpin itu merasakan secara langsung kehidupan dan kesulitan dari kalangan rakyat bawah, seperti tukang kayuh beca, yang pernah di perankan Pak Wir dalam salah satu efisodenya.
Tapi ternyata, kayuhan pedal beca yang dilakukan Pak Wir, belum membuahkan hasil. Jika pun ada hasil, tapi efeknya tak terlalu menggeliat. Kayuhan beca Pak Wir, belum berhasil mendongkrak elektabilitasnya sebagai capres secara signifikan. Setidaknya, itu bisa dilacak dari berbagai hasil sigi politik yang dilakukan beberapa lembaga survei. Dalam survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), yang dilansir pada 3 April 2014 misalnya, elektabilitas Pak Wir ini jauh di bawah elektabilitasnya Mas Jokowi yang ada di urutan pertama. Elektabilitas Pak Wir, hanya 9,0 persen. Sementara elektabilitas Mas Jokowi, melesat di angka 38,0 persen. Di posisi dua, untuk urusan elektabilitas di tempati Pak Prabowo dengan tingkat elektabilitas sebesae 15,8 persen. Pak Wir sendiri ada di posisi tiga. Di posisi empatnya, menguntit Pak Aburizal Bakrie atau Pak Ical, dengan elektabilitas sebesar 8,2 persen.
Dalam hasil sigi Indikator Politik Indonesia (IPI), lembaga survei yang dikomandani Mas Burhanuddin Muhtadi, elektabilitas Pak Wir juga tak mengkilap. Elektabilitas 'pengayuh becak' yang juga mantan Panglima TNI itu, hanya mencapai 8,9 persen. Dengan elektabilitas sebesar itu, menempatkan Pak Wir di posisi tiga capres pilihan responden yang dilibatkan dalam survei IPI. Untuk posisi puncak, tetap ditempati Mas Jokowi dengan tingkat elektabilitas sebesar 42,8 persen. Dan di urutan dua, ada nama Pak Prabowo, dengan raihan dukungan sebanyak 14,1 persen.
Pun, di hasil sigi Charta Politika, lembaga riset pimpinan Mas Yunarto Wijaya, elektabilitas Pak Wir, masih jauh panggang dari kinclong. Dalam mengukur tingkat elektabilitas capres, Charta menggunakan dua cara. Pertama dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Kedua, dengan pertanyaan tertutup. Untuk elektabilitas dengan pertanyaan terbukan, jawaranya masih Mas Jokowi dengan tingkat elektabilitas sebesar 32, 6 persen. Di bawah Mas Jokowi, bertengger Pak Prabowo, dengan elektabilitas 13,8 persen. Sementara elektabilitas Pak Wir, hanya 6,4 persen, masih kalah oleh elektabilitasnya Pak Ical, yang mencapai 8,5 persen.
Sedangkan tingkat elektabilitas dengan pertanyaan tertutup, yang tertinggi tetap Mas Jokowi dengan elektabilitas sebesar 37,4 persen. Posisi dua, masih ditempati Pak Prabowo dengan elektabilitas sebesar 14,5 persen. Di bawahnya, bertengger nama Pak Ical. Elektabilitas Pak Ical, sebesar 9,9 persen. Baru setelah Pak Ical, menclok nama Pak Wir, dengan elektabilitas sebesar 7,2 persen. Maka, bila melihat hasil sigi dari tiga lembaga survei itu, rasanya Pak Wir mesti banyak lagi mengayuh becak....
Dibaca : 38 kali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar