Dari: "syauqiyahya"
>
> Pesawat RI 1
>
> Minggu, 15 Desember 2013 | 00:57 WIB
>
> Putu Setia
>
> Tak lama lagi, Maret tahun depan, pesawat kepresidenan yang supermewah datang. Jenisnya Boeing Business Jet 2 Green atau lebih keren disebut Boeing 737-800 BBJ-2. Kalau tak juga paham, ya, tak usah bertanya. Saya juga tak paham. Pesawat ini bukan buatan Bandung.
> Bayangkan saja yang gampang. Pesawat ini punya kamar tidur besar, ada ruang tamu, ada ruang istirahat, ada kamar mandi dengan pancuran. Itu khusus untuk presiden dan keluarganya. Di belakangnya ada kursi-kursi penumpang yang bisa diselonjorkan jadi tempat tidur. Lalu ruang rapat, ruang olahraga, dan beberapa toilet. Tak disebutkan apakah di ruang istirahat ada sarana karaoke, maklum presiden kita gemar menyanyi.
> Harga pesawat ini US$ 91,2 juta atau sekitar Rp 820 miliar. Lebih murah daripada membangun pusat olahraga Bukit Hambalang yang telantar itu. Bahwa masih banyak rakyat yang miskin, murid-murid belajar di bangunan yang hampir roboh, dan korban berjatuhan di persimpangan kereta api, itu urusan gubernur. Pesawat ini urusan presiden.
> Siapa yang akan memakai? Kalau yang membeli, saya tahu: Presiden Yudhoyono. Setidaknya, di masa beliau pesawat dibeli, dibayar, dan datang-kalau sesuai dengan rencana. Inilah jasa besar Pak SBY setelah dua periode memimpin bangsa ini menyiapkan motor mabur yang layak untuk penggantinya.
> Yang jelas, sepertinya SBY tak akan menikmati pesawat ini. Pesawat datang bulan Maret saat kampanye yang riuh. Bulan April pemilu legislatif. Setelah itu, pemilu presiden. SBY sebagai ketua umum partai tentu sibuk kampanye dan pastilah malu menggunakan fasilitas negara. Untuk pergi ke luar negeri supaya bisa menikmati pesawat ini, rasanya mengada-ada di tengah keributan-setidaknya situasi politik panas-di antara pemilu legislatif dan pemilu presiden. Kalau pesawat itu hanya dibawa terbang ke Bali-dibuat seminar dadakan agar bisa mengundang Presiden-sepertinya mubazir. Belum sempat SBY tiduran, eh, sudah mendarat. Kapan menikmati pancuran?
> Pengganti SBY, kalau melihat calon presiden yang sudah dideklarasikan, tak ada masalah dengan pesawat ini. Mereka bisa menyesuaikan diri dengan kemewahan. Yang jadi masalah, kalau Joko Widodo, yang saat ini Gubernur DKI Jakarta, yang terpilih menggantikan SBY-itu kalau PDI Perjuangan mau mencalonkan-apakah Jokowi nyaman di pesawat yang ternyaman ini?
> Presiden Jokowi pasti tetap blusukan di negeri yang luas ini. Ia pasti akan melihat sungai-sungai tanpa jembatan di Banten, ia akan pergi ke petani sawit yang tanahnya tergusur tambang batu bara di Kalimantan dan Sulawesi, ia akan melihat bagaimana alam Papua terkuras sementara daerah itu tak pernah dibangun dengan baik. Saya menduga Presiden Jokowi akan lebih banyak blusukan ke Nusantara, untuk melihat apa yang dirasakan rakyatnya, dibanding berpidato ke mancanegara. Pertanyaannya tentu: apakah Jokowi akan memakai pesawat supermewah itu? Bagaimana pesawat itu mendarat di bandara kecil? Kapan Jokowi akan tidur nyenyak dalam pesawat kalau penerbangan paling lama tiga jam? Lalu, kapan olahraga dalam pesawat untuk mencari keringat agar bisa mandi di pancuran? Yang paling bingung, saya membayangkan apakah baju Jokowi yang seharga Rp 70 ribu dan dibeli di Pasar Klewer itu tidak terbanting oleh kemewahan pesawat?
> Andai Boeing 737-800 BBJ-2 belum jadi, saya setuju pesawat ini ditunda sampai rakyat miskin berkurang dan anak-anak belajar di gedung yang kokoh. Syukur kalau tak jadi dibeli. Ini membuat nyaman presiden mendatang, juga enak untuk Pak SBY yang capek membeli pesawat tapi tak sempat menggunakan
>
>
>
>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar