12.02.2013

tidak tanggung2...(ambil hikmahnya)


Dari: "Endah Martiningrum"

> m.kaskus.co.id/thread/52790edcbecb17430c000002/ambil-hikmahnya-kisah-dosen-uin-mem-booking-8-psk-dalam-satu-kamar/
>
> [Ambil Hikmahnya] Kisah Dosen
> UIN Mem-booking 8 PSK dalam
> Satu Kamar
> Foto hanyalah ilustrasi yg
> diambil dari internet
> Seorang Dosen UIN SGD
> Bandung masuk ke tempat
> pelacuran di daerah Bekasi dan
> mem-booking 8 PSK sekaligus,
> lalu diboyong ke satu kamar.
> Sekuriti berbadan besar oknum
> TNI menguntitnya. Menyewa 8
> orang sekaligus tentu tidak
> wajar dan mencurigakan. "Dia
> punya kekuatan seks seperti
> apa?" Pikirnya. Tahu ada yang
> menguntit, sang dosen merasa
> terganggu, terjadilah adu mulut
> sampai si TNI itu tak berkutik.
> Argumen sang dosen kuat,
> karena toh sudah di-booking
> adalah hak dia untuk melakukan
> apa saja dengan 8 perempuan
> itu dalam kamar. Sang dosen
> bertanya, "Sebagai apa kamu
> disini?" "Saya keamanan
> Pak!" Mendengar jawaban itu,
> sontak sang dosen marah:
> "Keamanan apanya ..??
> Pekerjaan kamu disini bukan
> mengamankan tapi membuat
> mereka menderita. Kamu
> menjerumuskan dan
> mencelakakan mereka semua di
> dunia dan di akhirat. Keamanan
> apanya?" Sang centeng tak
> berkutik. Sekuriti itu pun
> ditantang duel kalau
> mengganggu acara sang dosen,
> tapi si oknum ini tidak berani,
> apalagi saat diancam akan
> dilaporkan ke atasannya jadi
> centeng "neraka" seperti itu.
> Ia pun takut, pergi dan minta
> maaf. Ke 8 PSK itu merasakan
> lain, ada hal aneh yang akan
> dilakukan tamunya ini mem-
> booking mereka banyakan.
> Di dalam kamar, sang dosen
> meminta seprai dari dua kasur
> dicabut: "Tolong cabut itu
> seprai dan tutup badan kalian
> semua dengan kain itu. Saya
> tidak mau melihatnya." 8 PSK
> itu kemudian dinasehati panjang
> lebar tentang kelakuan
> buruknya, tentang uang
> haramnya, akibatnya pada anak,
> durhakanya pada orang tua,
> alasan dustanya soal kebutuhan
> ekonomi, tentang bahaya
> penyakit kelamin dll.
> "Bayangkan kalau anak
> perempuanmu seperti kamu
> mau nggak? Kalau anak-anakmu
> tahu kelakuanmu seperti ini
> mau gak?" "Kalau ibumu
> tahu mau gak? Bayangkan
> perasaan mereka, betapa malu
> dan sakit hatinya. Inikah balasan
> pada ibumu yang sudah susah
> payah melahirkan,
> membesarkan dan
> mendidikmu?" dll … dll …
> (sekitar 2 jam dia bicara, di atas
> itu intinya saja). Ledakan
> tangisan 8 PSK itu muncrat
> semua, semua menyadari dan
> menyesali, tobat seketika, janji
> besok semuanya akan keluar.
> Esoknya, sang dosen, datang
> lagi mengecek. Benar, 8 nama
> itu sudah tidak ada di daftar,
> sudah keluar. Beberapa hari
> kemudian, sang dosen
> mengunjungi ke 8 orang itu ke
> kampungnya masing-masing,
> mengontrol dan membina, dan
> komunikasi terus berjalan
> setelah beberapa minggu/bulan.
> 8 perempuan muda yang wajah-
> wajahnya aduhai itu, kini ada
> yang buka warung, buka kios,
> kerja di pabrik dll. Pada salah
> satu yang jualan gorengan, sang
> dosen ustadz berkata: "Naah …
> begituu … ini yang halal dan
> barokah. Rizki halal tidak susah
> asalkan dicari." Mereka
> merasakan kebahagiaan yang
> sangat amat telah keluar dari
> jerat pekerjaaan kotornya.
> Dari ke 8 PSK itu, 6 orang
> bersuami dan direstui oleh
> suaminya jadi PSK (asalnya
> daerahnya Subang, Indramayu,
> Sukabumi). Yang suaminya
> menerima dan sadar, suaminya
> juga dibina. Yang suaminya
> menolak dan marah karena
> kehilangan income dari istrinya
> yang cukup besar, sang dosen
> memberikan instruksi: "Kamu
> harus bercerai dengan suamimu,
> wajib, karena ia telah
> menjerumuskan dan
> merusakmu. Suami macam apa
> seperti itu, sekarang pun ia tidak
> terima kamu telah sadar.
> Sekarang cari suami yang baik,
> masih banyak. Insya Allah saya
> akan bantu." Yang suaminya
> tidak terima, semuanya
> diceraikan. Satu orang yang dari
> Indramayu, bukan hanya tidak
> terima malah menteror mantan
> istrinya dan keluarganya.
> Ketika sang dosen dilapori, tidak
> menunggu, ia langsung
> berangkat mencarinya sendiri
> rumah orang itu. Laki-laki itu
> kembali ke rumah orang tuanya.
> Sang dosen masuk dan
> menceramahi laki-laki itu,
> bukannya berterima kasih dan
> bersyukur istrinya telah sadar
> dan kembali ke jalan yang benar.
> Laki-laki itu tetap tidak terima
> dan marah-marah. Ia
> bersungut-sungut menuduh
> laki-laki yang tak dikenalnya itu
> mengganggu
> kesenangannyalah, merusak
> rumah tangga oranglah, sok
> sucilah, dll. Sang dosen
> membantah: "Siapa yang
> merusak? Justru kamu yang
> merusak istri kamu dan kamu
> memerasnya. Suami macam apa
> kamu ini?"
> Karena nasehat tidak akan
> masuk pada orang seperti ini,
> akhirnya sang dosen mengambil
> jalan akhir. "Sekarang gini aja,
> kamu ambil golok bawa keluar,
> ayo kita duel diluar tapi dengan
> catatan sampai mati dan harus
> disaksikan masyarakat, RT, RW
> dan Polisi. Siapa yang benar
> diantara kita." Laki-laki itu
> hanya diam, sang dosen kesal, ia
> masuk ke dapur dan meminta
> golok pada keluarganya. Golok
> itu diberikan dan dipaksakannya
> agar laki-laki itu memegangnya
> dan dipersilahkan untuk
> menebas bagian mana saja dari
> tubuh sang sang dosen yang dia
> mau. Karena dia masih diam,
> sang dosen menggusur orang
> itu keluar rumah. Karena
> suasana ribut, tetangga pada
> keluar, nonton. Sekalian sang
> ustadz berteriak-teriak disitu
> menjelaskan betapa bodoh dan
> dungunya orang ini, istrinya
> disadarkan malah tidak terima
> berarti dia ini hakikatnya setan.
> Tetangga yang sudah menaruh
> curiga pada pekerjaan istri laki-
> laki itu membenarkan ucapan
> sang dosen. Mereka terus
> menonton.
> Sampai ujungnya, laki-laki itu
> sadar, menangis, menyesali dan
> berjanji tidak akan mengganggu
> mantan istrinya lagi. Orang
> tuanya pun menyesalkan
> kebodohan anaknya itu.
> "Awas, mengganggu lagi
> mantan istrimu, dengan saya
> urusannya."
> Ketika kisah ini diceritakan pada
> saya, saya bilang "luar biasaa
> …" Ia berucap, "Yaa …
> menolong itu harus tuntas,
> jangan setengah-setengah,
> cuma menyadarkan saja tapi
> kesananya tidak bertanggung
> jawab, tidak di urus, ya gak akan
> bener, dia bisa balik lagi
> nanti." Ini kisah nyata, bukan
> ngarang. Namanya disamarkan
> untuk menghindari riya.
> Subhanallaah …
> SUMBER : http://
> moeflich.wordpress.com/
>
>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar