12.05.2013

Jenghis Khan: Legenda Sang Penakluk dari Mongolia


>
>
> From: Pustaka Alvabet
>
> JENGHIS KHAN
>
>
> Legenda Sang Penakluk dari Mongolia
>
>
>
> J o h n   M a n
>
>
>
>
> "Di mana gerangan Jenghis Khan? Ia tidak
> mati. Inilah yang terjadi:
>
> Seorang raja di sebuah negara nun jauh
> memiliki putri seelok mentari. Jenghis Khan meminta
> perawan itu. Sang raja diam-diam berkata pada putrinya: Ini sebilah pisau,
> sangat kecil dan sangat tajam. Sembunyikan di balik pakaianmu, dan kala
> waktunya tiba kau tahu yang harus kaulakukan.
> Tatkala Yang Mulia Jenghis berbaring bersamanya, sang
> putri mengeluarkan pisau itu dan mengebirinya. Jenghis berteriak saat
> merasakan
> luka itu. Orang-orang bergegas masuk, namun Jenghis hanya berkata: bawa
> pergi gadis ini, aku ingin tidur.
>
> Jenghis terlelap dan tak pernah bangun dari
> tidur itu. Tapi bukankah Yang Mulia Jenghis akan menyembuhkan dirinya
> sendiri?
> Setelah pulih, ia akan terjaga dan menyelamatkan bangsanya."
>
>
>
> Dongeng rakyat Mongol,
>
> diadaptasi dari Owen Lattimore,
>
>
> Mongol Journeys
>
>
>
> * * * * *
>
>
>
> Inilah bacaan terlengkap mengenai sang
> penakluk dari Mongolia, Jenghis Khan: pemimpin jenius dan pendiri kerajaan
> darat
> terbesar di dunia—dua kali lipat luas Romawi. Ditulis berdasarkan napak
> tilas
> pengarangnya ke tempat-tempat penting yang merupakan "situs" sejarah sang
> tokoh,
> buku ini menceritakan secara detail sosok Jenghis Khan: riwayat awal
> kehidupannya, ambisinya untuk berkuasa; masa-masa penting ketika dia
> berusaha
> membangun dan mengendalikan tampuk kekuasaan yang sangat besar; misteri
> kematian
> dan kesimpang-siuran pusaranya; hingga kebangkitannya dalam rupa mitos dan
> legenda dunia.
>
>
>
> Di masa kini, sosok Jenghis Khan kerap
> dilihat dalam tiga wajah: momok; pahlawan; dan manusia setengah dewa.
> Bagi umat
> Muslim,
> bangsa Rusia
> dan
> Eropa,
> dia
> seorang pembunuh massal. Namun
> di
> tanah kelahirannya, bangsa
>
> Mongol memujanya
> sebagai bapak bangsa; bangsa
> China
> menghormatinya sebagai pendiri dinasti;
> dan
>
> di
> kedua negara tersebut
> para
> pemuja mencari berkahnya.
>
>
>
> Upaya menguak informasi mengenai Jenghis Khan
> tak hanya ditulis dalam wujud buku. Pada Juni silam, Picturehouse merilis
> film
> tentang sang legenda, Mongol: the Untold
> Story of Genghis Khan, yang berhasil masuk nominasi pemenang piala
> Oscar. Dalam legenda dan kontroversi, Jenghis Khan memang tak pernah mati.
> Dan
> buku ini adalah epos sejarah yang turut membangkitkan sosok sang penakluk di
> masa kini…
>
>
> * * * * *
>
>
> "Cemerlang, gamblang,
> dan
> sarat pengetahuan... menghidupkan kembali
> sang
> penakluk
> dan
> bangsa
>
> Mongol."
>
> —Simon
> Sebag Montefiore,
>
> Daily
>
>
> Telegraph
>
>
>
> "Mengagumkan... sejarah tak pernah
> sememikat buku ini."
>
>
> —Yorkshire
>
>
> Evening
>
>
> Post
>
>
> "Ulasan
> yang
> menggetarkan ihwal kehidupan, kematian,
> dan
> pengaruh Jenghis
> Khan
>
> yang
> terus berlanjut."
>
>
> —Guardian
>
>
> "Bacaan
> yang
> sangat bagus mengenai sang tokoh."
>
>
> —Independent
>
>
> "Catatan yang mengesankan, bukan
> hanya tentang tokoh sejarah
> yang
> mengagumkan
> dan
>
> para
> pengikutnya, tapi
> juga
> perihal gaung sejarah
> itu
> sendiri."
>
> —Waterstone's Books
>
> Quarterly
>
>
>
> * * * * *
>
> John
>
> Man
> adalah sejarawan
> dan
>
>
> travel
>
>
> writer
> dengan ketertarikan
> khusus terhadap
> Mongolia.
> Setelah menyelesaikan studi mengenai Jerman
> dan
> Prancis
> di
>
>
> Oxford,
> ia
> mengambil dua
>
> program kursus
> pascasarjana: kajian sejarah sains
> di
>
>
> Oxford
> dan
> studi bangsa
>
> Mongol pada
>
>
> School
> of
>
>
> Oriental
> and
>
>
> African Studies
>
> di
>
>
> London. Karyanya,
>
>
> Gobi:
>
>
> Tracking
>
>
> the
>
>
> Desert,
> adalah buku pertama
> tentang topik tersebut sejak 1920-an.
> Ia
>
> juga
> pengarang buku
>
> Atlas
>
> of
>
>
> the
>
>
> Year 1000,
> sebuah potret dunia pada pergantian milenium;
>
> Alpha
>
>
> Beta, tentang
> awal mula alfabet;
> dan
>
>
> The
>
>
> Gutenberg
>
>
> Revolution,
> sebuah telaah tentang asal-usul
> dan
> dampak percetakan. Dengan cepat
> ia
> menjadi salah satu sejarawan dunia
> yang
> karyanya
>
> paling banyak
> dibaca
> orang.
>
> Ia
> tinggal
> di
>
>
> London.
>
>
> * * * * *
>
>
> DATA
> BUKU:
>
> Judul                : JENGHIS
> KHAN
>
>
> Legenda
> Sang
> Penakluk
> dari
>
>
> Mongolia
>
> Penulis            :
> John
> Man
>
> Penerjemah     : Kunti Saptoworini
>
> Editor              : Indi Ainullah
>
> Genre              : Sejarah
>
> Cetakan           : I,
> November 2008
>
> Ukuran            : 13
> x
> 20
> cm
>
> Tebal               : 576 halaman
>
> ISBN
> : 978-979-3064-71-0
>
> Harga
> : Rp. 89.900,-
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> * * * * * * * * * * * * * *
>
>
>
> PENGANTAR
>
> Perihal Kematian dan Bagaimana Terus
> Hidup Melampauinya
>
> Pada bulan Maret 2003 sebuah artikel luar
> biasa muncul dalam American Journal of Human Genetics. Sekelompok ahli
> genetika yang terdiri dari 23 orang telah mempelajari DNA dari sekitar 2.000
> pria di seluruh penjuru Eurasia. Mereka terkejut dengan ditemukannya sebuah
> pola
> yang sama pada beberapa lusin sampel pria yang mereka teliti, tak peduli
> dari
> mana orang tersebut berasal. Pola genetik yang sama, dengan sedikit variasi
> lokal, terdapat pada enam belas kelompok populasi yang tersebar di seluruh
> penjuru kawasan tersebut, dari Laut Kaspia hingga Samudra Pasifik. Jika
> perbandingan pria yang memiliki pola ini (8 persen dari enam belas
> kelompok tadi) diperhitungkan ke seluruh populasi kawasan itu, kesimpulan
> mengejutkannya adalah bahwa 16 juta pria sebenarnya merupakan bagian dari
> satu keluarga yang sangat besar.
>
> Bagaimana kita harus menjelaskan hal ini?
> Data itu berasal dari penelitian tentang kromosom Y, yang dimiliki pria dan
> tidak dimiliki wanita. Masing-masing pria memiliki pola di kromosom Y-nya
> yang
> merupakan cirinya yang unik. Namun ciri mereka tersebut memiliki
> kemiripan yang memungkinkan para ahli genetika untuk melihat hubungan
> kekerabatan dan menggambarkannya dalam silsilah keluarga yang disebut
> "kumpulan
> bintang" (karena digambarkan sebagai ledakan bintang, bukan "pohon").
> Langkah
> pertama adalah menganalisis kumpulan-kumpulan bintang tersebut dan
> menelusurinya
> ke belakang, melewati ruang dan waktu, menunjuk dengan tepat "nenek
> moyang bersama mereka yang terkini". Dengan menelaah 34 generasi dan
> memberi waktu 30 tahun untuk satu generasi, tim peneliti ini menempatkan
> nenek moyang bersama itu pada kurang lebih 1.000 tahun yang lalu, sebuah
> angka median dengan batas kesalahan (margin of error) hingga
> 300 tahun baik pada batas atas maupun bawah (30 tahun per generasi
> sepertinya terlalu tinggi bagi saya; kurangilah angka itu, katakanlah,
> menjadi
> 25 tahun, dan masa hidup nenek moyang bersama yang terkini akan berkurang
> menjadi 850 tahun yang lalu). Selain itu, sebagian besar dari sedikit
> variasi
> lokal digambarkan berada hanya pada satu dari semua wilayah yang
> dipilih—Mongolia.
>
> Hal ini memunculkan sebuah hipotesis
> mengejutkan: bahwa satu pria yang hidup di Mongolia pada abad kedua belas
> telah
> menyebarkan materi genetiknya ke setengah kawasan Eurasia, dengan akibat
> pola
> genetik itu kini dimiliki oleh satu di antara 200 dari semua pria yang hidup
> hari ini.
>
> Dengarkan apa yang dikatakan Chris
> Tyler-Smith dari Departemen Biokimia Universitas Oxford tentang apa yang
> terjadi
> berikutnya:
>
> "Kami tahu ada sesuatu yang luar biasa di
> dalam data itu begitu Tatiana Zerjal, mahasiswa doktoral yang melakukan
> analisis
> tersebut, menggambar jejaring yang pertama. Kumpulan bintang itu menonjol
> karena
> frekuensinya yang tinggi, jumlah 'tetangga'nya yang banyak, dan
> distribusinya
> pada banyak populasi. Kami belum pernah melihat hal semacam itu sebelumnya.
> Dengan sekilas saja kau dapat mengetahui bahwa jejaring itu menggambarkan
> sebuah
> keluarga besar.
>
> "Tatiana langsung berseru: 'Jenghis Khan!'
>
> "Awalnya itu seperti sebuah lelucon, tapi
> seiring kami mengumpulkan semakin banyak data dan melakukan perhitungan
> untuk
> menentukan waktu dan tempat asal mula yang paling mungkin, ternyata itu
> merupakan penjelasan terbaik."
>
> Bukti didapatkan ketika para peneliti
> menempatkan keenam belas kelompok terpilih itu pada peta kerajaan yang
> didirikan Jenghis pada awal abad ketiga belas. Keduanya pas sekali.
> Sebenarnya, satu kelompok, suku Hazara dari Afghanistan, terletak tepat
> di luar perbatasan kerajaan—namun itu pun masih sesuai, karena Jenghis
> pernah
> berada di Afghanistan selama kurang lebih satu tahun pada 1223-4, sebelum
> mundur
> kembali ke Asia Tengah.
>
> Ada kemungkinan bahwa nenek moyang bersama
> dari keenam belas juta pria ini adalah salah satu leluhur dekat Jenghis;
> saudara-saudara lelakinya mungkin memiliki pola yang sama. Namun,
> bagaimanapun
> juga, Jenghislah yang bertanggung jawab atas penyebaran ciri genetik ini ke
> penjuru China utara dan Asia Tengah antara tahun 1209 hingga kematiannya
> pada
> tahun 1227. Wanita cantik merupakan bagian dari harta rampasan dalam
> peperangan,
> dan menuntut harta terbaik dan persembahan wanita dari para perwira bawahan
> merupakan sebuah pernyataan kepemimpinan. Jenghis adalah orang yang sangat
> teguh
> dalam menjalankan hal ini dengan benar: hal ini bukan saja cara untuk
> menegaskan
> kewenangannya tapi juga untuk memperlihatkan kemurahan hatinya, karena
> gadis-gadis itu bisa saja diserahkan sebagai hadiah pada para jenderalnya
> yang
> setia. Jenghis bukanlah seseorang yang suka mengumbar gairah seksualnya,
> tapi pastinya ia pun bukan seseorang pertapa, dan ia memiliki akses terhadap
> ratusan gadis selama 40 tahun ia membangun kerajaannya. Mari kita dengan
> hati-hati memberinya 20 anak—bisa jadi angka sesungguhnya adalah ratusan—10
> diantaranya lelaki, semuanya mewarisi pola yang sama pada kromosom Y mereka.
> Misalkan masing-masing anak lelaki tersebut menghasilkan dua anak lelaki
> lagi.
> Hasil pelipatgandaan jumlah keturunan lelaki Jenghis pada setiap generasi
> untuk
> lebih dari 30 generasi begitu dramatis sehingga penghitungannya mustahil
> terjadi
> di dunia nyata, bahkan sebelum tiba pada kesimpulan. Setelah lima
> generasi—sekira
> tahun 1350—ia hanya punya 320 keturunan lelaki; namun lima generasi
> kemudian,
> pada rentang 1450–1500, ia memiliki 10.000; setelah 20 generasi ia memiliki
> 10
> juta; dan setelah 30 generasi, milyaran yang mustahil.
>
> Karena itu, untuk menemukan 16 juta
> keturunan pada masa kini merupakan sesuatu yang masih berada dalam batas
> kenyataan. Kedengarannya kemampuan reproduksi leluhur kita pasti sangat
> luar biasa untuk bisa mencapai hal ini. Memang menggiurkan untuk melekatkan
> ciri-ciri mengagumkan pada mutasi yang menghasilkan seorang pria yang
> mencapai
> kekuasaan semacam itu. Kita mungkin saja mengandaikan adanya gen kebengisan
> atau
> performa kejantanan super. Sebetulnya, gen-gen yang dipelajari kelompok
> peneliti ini merupakan gen netral; gen-gen itu hanya berperan menentukan
> jenis
> kelamin. Jadi pasti ada faktor lain yang bekerja untuk memastikan
> kelestarian garis keturunan Jenghis. Seperti dikatakan Chris Tyler-Smith dan
> rekan-rekan penulisnya, faktor yang mungkin hanyalah kekuasaan politik
> mutlak
> dengan jangkauan geografis yang luas. Bagi Jenghis dan kerabat dekatnya,
> kekuasaan berperan sama seperti ekor kipas bagi burung merak. Makalah
> tersebut
> menyimpulkan: "Temuan kami menunjukkan bentuk seleksi baru dalam populasi
> manusia atas dasar prestise sosial."[1]
> Para sosiolog dan penulis kolom gosip tahu perihal keberhasilan seksual
> pria-pria alfa, namun ini pertama kalinya hal tersebut terlihat bekerja dari
> sudut evolusi. Jenghis adalah pria paling alfa dari semua pria alfa.
>
>
> Mencari penjelasan genetik terhadap
> perilaku merupakan tren akhir-akhir ini. Namun dalam kasus ini, perilakulah
> yang
> berada di balik genetika, dan semuanya kembali pada sebuah
> karakter—perpaduan
> antara kejeniusan menyusun strategi, daya juang, keterampilan memimpin,
> kebengisan, dan banyak sifat lainnya—yang muncul di padang rumput
> Mongolia sekira delapan setengah abad silam.
>
> Buku ini merupakan sebuah usaha untuk
> mewujudkan ambisi yang terbentuk lebih dari tiga dekade lalu, ketika saya
> ingin melakukan perjalanan ke suatu tempat yang benar-benar jauh. Mongolia
> bagi
> saya tampak seperti sebuah tempat paling jauh yang dapat saya harapkan.
> Sebagai
> persiapan, saya mulai mempelajari bahasa Mongolia dan membaca sesuatu
> tentang
> Jenghis Khan. Masa muda bergulir memasuki usia paruh baya. Baru saat itulah
> perjalanan dimulai, dalam usaha untuk memahami pengaruh Jenghis terhadap
> dunianya, dan dunia kita.
>
> Ternyata pengaruhnya sungguh besar. Jenghis
> terdorong—oleh kemiskinan dan penghinaan (begitu yang akan kita katakan),
> oleh
> titah Langit (seperti diakuinya sendiri)—menuju hidup yang penuh penaklukan,
> menjadi pendiri kerajaan darat terluas dunia, dan juga semacam sosok abadi,
> yang terus hidup bukan saja dalam gen para keturunannya, namun juga di dunia
> yang berubah selamanya akibat gempuran prajurit pengembaranya. Jadi,
> pencarian
> ini melibatkan dua macam perjalanan: ke belakang melintasi waktu, dengan
> bantuan
> sebanyak mungkin buku yang dapat saya temukan; dan melintasi Asia Dalam,
> dari pegunungan masa muda Jenghis, ke berbagai tempat dari banyak daerah
> taklukannya, hingga lembah tersembunyi di mana ia mungkin wafat, dan
> akhirnya ke
> gunung keramat yang ia anggap sebagai sumber ilham keilahiannya dan tempat
> di
> mana sangat mungkin ia terbaring dalam sebuah makam rahasia. Namun ia tidak
> terbaring dengan tenang. Kerajaannya menyatukan Mongolia dan China,
> dengan berbagai konsekuensi sosial dan politik mengejutkan, yang
> menghebohkan
> selama berabad-abad hingga kini. Di manapun bangsa Mongol menunggang kuda
> mereka,
> masa kini dihantui bayang-bayang Jenghis.
>
> Pada Desember 1995, harian Washington
> Post memproklamirkan Jenghis sebagai "sosok terpenting dalam seribu tahun
> terakhir". Kenapa? Karena "cerita terbesar dari milenium silam adalah bahwa
> satu
> spesies sepenuhnya memaksakan kehendaknya di muka bumi ini." Di tahun 1000
> SM,
> terdapat kurang dari 300 juta orang di seluruh dunia (beberapa perkiraan
> mengajukan angka serendah 50 juta), dan sebagian besar dari mereka bahkan
> tidak
> tahu di mana mereka berada dalam kaitannya dengan bangsa dan benua lain. Tak
> seorang pun orang Eurasia, kecuali beberapa lusin bangsa Viking, tahu
> tentang
> Amerika; dan tak seorang pun dari belahan bumi utara, kecuali mungkin
> beberapa orang Phoenesia yang tangguh, pernah melakukan perjalanan ke Afrika
> Sub-Sahara. Orang-orang Polynesia, yang mendiami kawasan Pasifik, tak tahu
> sedikit pun tentang Australia. Meski bangsa Asia melakukan perdagangan
> dengan sisa-sisa bagian timur kerajaan Romawi, mereka tidak tahu apa pun
> tentang
> Eropa. Secara keseluruhan, masing-masing budaya hidup terkungkung oleh
> iklim,
> geografi, dan  ketidaktahuan.
>
> Sekarang dunia telah menjelma
> menjadi sebuah desa. Bagaimana ini bisa terjadi? Teknologi, ekonomi,
> penyakit,
> serta banyak kekuatan impersonal lain memainkan peran masing-masing. Begitu
> juga
> individu-individu yang tak terhitung jumlahnya. Beberapa pemimpin, pencipta,
> penjelajah, pemikir, dan seniman meleburkan orang dan teknologi lebih
> dari yang lainnya. "Tuan Khan" ini, demikian para peneliti di harian Post
> menyebutnya, jelas melakukan itu.
>
> Berbagai penaklukan Jenghis
> menciptakan hubungan-hubungan baru antara timur dan barat. Ia dan para
> penerusnya membangun atau membangun kembali fondasi China modern, Rusia,
> Iran,
> Afghanistan, Turki, Syria, Tibet, negara-negara baru di Asia Tengah,
> Ukraina,
> Hungaria, dan Polandia. Penaklukan-penaklukan itu menyusun ulang agama-agama
> besar dunia, memengaruhi seni, dan membentuk pola-pola perdagangan baru.
> Pengaruh-pengaruhnya tetap menjadi dasar dalam sejarah Eurasia.
>
>
> Tapi bagaimana dalam sejarah dunia?
> Tentunya semua itu tidak dapat menandingi revolusi yang dipicu lompatan
> terbesar
> dalam pembentukan desa global kita—penemuan benua Amerika oleh bangsa Eropa
> (atau
> lebih tepatnya penemuannya kembali, hubungan yang dibuat oleh bangsa Viking
> pada
> tahun 1000 telah menghilang dari ingatan)? Jika seseorang harus memilih
> seorang
> tokoh dari milenium silam, tidakkah Columbus seharusnya lebih diutamakan
> ketimbang Jenghis?
>
> Singkatnya: tidak. Columbus lebih merupakan
> ekspresi dari masa saat ia hidup ketimbang Jenghis. Jika ia tidak membuka
> pintu
> gerbang menuju Dunia Baru, orang lain akan melakukannya, karena banyak tokoh
> selain Columbus yang terdorong untuk menjelajah. Mereka dan para
> pendukungnya
> bertujuan mencapai China. Kenapa China? Karena kekayaannya, yang diangkut
> sepanjang apa yang disebut Jalur Sutera, telah menjadi sesuatu yang
> legendaris
> sejak masa Romawi sampai kebangkitan Islam dalam perdagangan abad ketujuh
> yang
> terbatas; dan karena Marco Polo, pada perjalanannya ke sana dua abad sebelum
> perjalanan Columbus, telah menegaskannya sebagai sumber kekayaan terbesar di
> dunia, di bawah kepemimpinan sang khan besar, Khubilai (atau Kubla,
> sebagaimana
> ia banyak dikenal di negara-negara berbahasa Inggris). Signor Polo
> berhasil mencapai China karena pada abad ketiga belas rute melintasi
> Eurasia sudah kembali dibuka; dan rute itu dibuka karena saat itu bangsa
> Mongol
> berkuasa dari Eropa timur sampai China, dengan Khubilai sebagai pemimpin
> mereka;
> dan Khubilai memerintah karena ia mewarisi jabatan kekaisarannya dari sang
> kakek,
> Jenghis.
>
> Saat kerajaan Mongol terpecah, bangsa Eropa
> kembali terhalang melakukan perjalanan menuju China lewat darat, dihadang
> oleh
> budaya Islam yang baru bangkit kembali. Tentu saja, perdagangan mengalir
> sepanjang rute-rute laut; namun perjalanan itu sebenarnya mustahil bagi
> bangsa
> Eropa, karena rute-rutenya dikuasai bangsa Arab, India, Asia Tenggara, dan
> China
> sendiri. Gagasan hebat Columbus adalah untuk mengitari dunia lewat jalur
> lain,
> ke arah barat, melintasi lautan tak dikenal, dan memperpendek rute ke China.
> Amerika hanya kebetulan berada di tengah jalan itu. Dengan begitu, lewat
> serangkaian akibat kebetulan yang terjadi selama hampir tiga abad, visi
> Jenghis
> mengenai sebuah kerajaan memberi sumbangan penting bagi penemuan kembali dan
> kolonisasi Dunia Baru.
>
> Dan itu semua nyaris berakhir sia-sia.
> Pada bulan Agustus 1227, Jenghis telah menaklukkan sebagian besar Asia
> Tengah, dan tak lama lagi akan merebut hadiah terbesarnya, China utara, yang
> akan menjadi kunci bagi penaklukan-penaklukan lain yang lebih luas, saat ia
> akhirnya wafat. Berita itu bisa jadi menanamkan semangat baru ke dalam
> musuh-musuh bangsa Mongol, dan dengan cepat memadamkan mimpi kerajaan
> Jenghis.
> Untuk sesaat, seluruh Eurasia yang sama sekali tidak menyadari berita itu
> berada
> di antara dua kemungkinan. Namun yang terjadi, kematiannya dirahasiakan
> seperti yang ia inginkan, dan salah satu dari dua kemungkinan tadi menjadi
> kenyataan. Bulan Agustus 1227 menandai salah satu titik balik terpenting dan
> juga yang paling sedikit diketahui dalam sejarah.
>
> Kerahasiaan merupakan tema penting dalam
> buku ini, dan dua rahasia besar masih menopang kemasyhuran Jenghis pada masa
> kini: bagaimana dan di mana ia meninggal; serta bagaimana dan di mana ia
> disemayamkan. Rahasia yang pertama memberi para ahli warisnya waktu untuk
> menyesuaikan diri dengan kematiannya, dan waktu untuk mewujudkan impiannya
> akan
> penaklukan. Rahasia kedua menjelaskan banyak hal tentang bagaimana ia tetap
> hidup dalam hati dan benak orang-orang awam hari ini.
>
> Kerajaannya, yang dibawa menuju puncak
> kejayaan oleh para penerusnya, pecah menjadi satuan-satuan yang
> terpisah—China,
> Asia Tengah, Persia, Rusia—dan meresap hilang lewat sebuah proses perubahan
> dan
> pemudaran yang berangsur-angsur. Untuk meneliti pengaruh kerajaan Mongol
> hari ini ibarat menjadi seorang ahli astronomi radio yang mendengarkan
> bisikan-bisikan Ledakan Besar (Big Bang). Salah satu bisikan itu baru
> saja didengar dan diperkeras oleh Chris Tyler-Smith dan kedua puluh dua
> rekannya. Ada banyak bisikan lain di wilayah-wilayah terpencil yang dulu
> merupakan bagian dari kerajaan Mongol.
>
> Namun di tanah airnya, nama Jenghis
> terdengar keras dan jelas, kekejamannya terlupakan atau diabaikan dalam
> ingar-bingar pemujaan. Di Mongolia, setelah 70 tahun penindasan yang
> diilhami
> Soviet, orang bebas mengarak gambarnya, merayakan hari kelahirannya, dan
> menamai
> segala macam hal menggunakan namanya—kelompok musik pop, bir, tim olahraga,
> lembaga. Di China, ia merupakan pendiri yang dihormati dari sebuah dinasti,
> dinasti Yuan.
>
> Dan di kedua bangsa itu, orang-orang Mongol
> memujanya, dalam jumlah yang semakin meningkat; karena Jenghis telah menjadi
> semacam dewa, sosok sentral dalam sebuah pemujaan kuno yang sekarang
> menunjukkan
> tanda-tanda luar biasa dalam berevolusi menjadi sebuah agama baru.
> Jantungnya
> berada di propinsi Mongolia Dalam, China, di dalam sebuah gedung luar biasa
> yang
> dikenal bangsa China sebagai Mausoleum Jenghis Khan. Gedung itu lebih
> tepatnya
> disebut Pekarangan sang Raja, nama yang diberikan bangsa Mongol untuk
> tempat itu, karena itu bukan mausoleum yang sesungguhnya sebab tak pernah
> berisi
> jenazah. Di tempat ini, arwah Jenghis diberi penghormatan dengan kombinasi
> ritual Buddha dan klenik, sebagai seorang leluhur, pendiri dinasti, dan
> dewa. Sebuah patung marmer Jenghis setinggi 4 meter, dalam posisi duduk
> dengan tangan di atas lutut, merupakan titik utama bagi banyak upacara
> keagamaan;
> para pemuja membakar batang-batang dupa dan membisikkan doa pada
> 'relik-relik';
> lukisan-lukisan dinding menggambarkan Jenghis sebagai jenius yang membangun
> jembatan antara timur dan barat, dan melaluinya mengalirlah kaum cendekia,
> pedagang, dan seniman, tersesat dalam ketakjuban, cinta, dan pujian.
>
> Ada beberapa hal yang ganjil mengenai kuil
> itu. Kuil itu modern; kuil itu disokong China, dengan tujuan
> menegaskan ruh Jenghis sebagai pendiri dinasti Yuan; dan yang teraneh bagi
> saya,
> pemujaannya memiliki aspirasi keagamaan tulen, di mana Jenghis muncul
> sebagai
> kekuatan yang melaluinya seseorang yang sungguh-sungguh cakap bisa
> berhubungan
> dengan Tuhan bangsa Mongol yang Maha Meliputi, Sang Langit Abadi.
>
> Jenghis, yang ruhnya terlahir kembali lewat
> keyakinan para pengikutnya, sekarang lebih dari sekadar bantuan di masa-masa
> yang telah lalu; ia merupakan harapan spiritual bagi tahun-tahun mendatang.
> Hal
> ini merupakan sebuah perubahan yang sangat aneh bagi seorang pria yang
> terlahir
> dalam keadaan tak dikenal, lemah, dan miskin.
>
>
>
>
>
>
>
>    [1] Tatiana Zerjal dkk., "The
>    Genetic Legacy of the Mongols", dalam American Journal of Human
> Genetics,
>    no. 72, Maret 2003.
>
>
>
>
>
>
> ==========================================
> Pustaka Alvabet
> Ciputat Mas Plaza Blok B/AD
> Jl. Ir. H. Juanda No. 5A, Ciputat
> Jakarta Selatan Indonesia 15411
> Telp. +62 21 7494032,
> Fax. +62 21 74704875
> www.alvabet.co.id
>
>
>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar