12.01.2013

READING 2.0


Dari: "hernowo mengikatmakna"

> READING 2.0
>
> Oleh Hernowo
>
>  
>
>  
>
> Buku setebal 542 halaman itu sudah saya baca sebanyak 400-an halaman. Hanya, topik tentang "Reading 2.0" inii saya munculkan di sini—mengikuti topik-topik sebelumnya sejak "Sekolah 2.0" hingga "Politik 2.0"—bukan disebabkan oleh materi buku Tapscott, Grown Up Digital. Tak ada pembahasan tentang "Reading 2.0" di Grown Up Digital. "Reading 2.0" saya munculkan disebabkan oleh sebuah artikel di Kompas edisi Jumat, 15 November 2013. Artikel tersebut berjudul "Membaca dengan Cerdas" karya Ario Pratomo, yang beridentitas Tech Blogger dan @sheggario. Artikel ini menarik perhatian saya karena ditata (di-layout) dengan sangat lapang, indah, dan enak dibaca. Ia muncul di lembaran khusus "Kompas Klass".
>
>  
>
> Tentu saja kegiatan membaca, khususnya membaca sederetan teks, tidak berubah di zaman digital. Artikel di "Kompas Klass" itu juga tidak menyebut-nyebut tentang "Reading 2.0". Sayalah yang berinisiatif untuk menyajikan materi ini—berpijak pada artikel karya Ario Pratomo—dengan topik tersebut. Saya bukan Generasi Internet. Saya hanya mencoba membayangkan bahwa "Reading 2.0" memang sebuah kegiatan membaca yang ditopang oleh peralatan digital yang canggih dan, khususnya, ketika kita sedang membaca berbagai macam teks di medium online. Dan begitu selesai membaca artikel berjudul "Membaca dengan Cerdas", bayangan saya itu pun seperti terpenuhi. Kira-kira begini ceritanya….
>
>  
>
> "Apa hal yang pertama kali Anda lakukan setelah bangun tidur?" demikian tulis Ario dalam membuka artikelnya. "Menuju kamar mandi, menyiapkan sarapan, atau menyalakan televisi? Penulis yakin, tidak sedikit yang memiliki kebiasaan baru seperti memeriksa ponsel pintar." Apa yang dilakukan orang-orang yang memeriksa ponsel pintarnya? Salah satunya adalah membaca—tepatnya membaca berita. "Lantas bagaimana cara kita memilah berita mana yang layak baca dari ribuah sumber yang ada?" tanya Ario. "Bagaimana kita memfilter dan menggabungkannya dalam satu aplikasi?" Nah, pertanyaan terakhir itulah yang membuat saya kemudian menemukan gagasan "Reading 2.0". Apa yang diusulkan oleh Ario?
>
>  
>
>  
>
> Dia lantas menyebutkan bahwa ada jenis aplikasi bernama RSS feeder atau Ario lebih suka menyebutnya dengan istilah news reader. Menurutnya, aplikasi news reader dapat menjadi solusi yang cerdas, teratur lengkap, dan nyaman. "Ini adalah aplikasi sebagai akses untuk memperkaya sumber informasi," tegasnya. Ada empat empat jenis news reader yang dia tunjukkan dan jelaskan secara singkat di artikelnya. Apa saja itu? Empat jenis news reader itu adalah "Filpboard", "Feedly", "Currents", dan "Kurio". Yang pertama, "Flipboard", adalah sebuah aplikasi multiplatform (iOS, Android) yang mempunyai ciri khas dalam "membalik halamannya". Aplikasi ini membagi kategori bacaannya menjadi teknologi, berita umum, olahraga, bisnis hingga ke media sosial seperti Twitter, Facebook, dan Instagram. Selain itu, aplikasi ini mengingatkan ke masa bersekolah ketika kita membuat kliping dari berita-berita yang ada di situ. Cerdas.
>
>  
>
> Aplikasi kedua, "Feedly", dapat mengekspor berita langsung ke offline reader (aplikasi yang bisa menyimpan tulisan-tulisan untuk dibaca nanti, secara offline), seperti instaPaper dan Pockets. Aplikasi ini juga menggunakan sistem pencarian yang sistematis dan menumpuk berdasarkan tanggal. Teratur. Yang ketiga, "Currents", adalah news readerbuatan Google. Menurut Ario, "Currents"-lah news reader yang menjadi pilihannya karena menyediakan sumber-sumber yang pintar seperti Inc., Fast Company & Harvard Business Review di bidang bisnis, dan ada Wired di bidang teknologi. Karena buatan Google makanews reader ini dapat menyambungkan dengan blog yang kita ikuti di blogger.com. Lengkap.
>
>  
>
> Terakhir, "Kurio", adalah news reader lokal (saat ini masi versi beta). Aplikasi news readerini mengingatkan kita seperti sedang bertandang ke toko material dan hendak memilih warna cat yang akan kita beli. Biasanya, kita diberi setumpuk contoh warna cat yang dapat berputar. Unik. "Kurio" juga memungkinkan kita untuk menyimpan berita, bahkan memperoleh notifikasi dari sumber berita yang kita inginkan. Nyaman. Kelebihan lain "Kurio" karena lokal, ia dapat menjadikan diri kita, pengguna lokal, lebih dekat dengannya.
>
>  
>
> Ternyata, menurut Ario, aplikasi news reader tak cuma ada empat. Masih Circa, Pulse, Zite, dan Digg. Saya tentu terganga dengan paparan Ario. Saya adalah pembaca tradisional yang masih sangat gagap dengan teknologi digital. Hingga menulis dengan topik "Reading 2.0" ini, saya sama sekali belum menyentuh pelbagai news reader yang ditawarkan Ario tersebut. Kalau membaca secara online sih sudah sering. Kapan saya akan menggunakan aplikasi membaca yang canggih itu? Saya belum tahu. Saya masih merasakan nikmatnya membaca dengan gaya tradisional. Yang menarik perhatian saya dari artikel Ario adalah apa yang disampaikan di alinea terakhir artikelnya:
>
>  
>
> "Kita semua memiliki selera dan kebutuhan yang berbeda. Akan tetapi, dari segala selera dan kebutuhan tersebut, kita perlu pintar menghadapinya. Membaca lebih banyak dari hanya 140 karakter, memastikan integritas berita tersebut, dan mencernanya dengan penuh pemikiran. Bagaimana pun caranya, media sosial atau media massa, elektronik atau konvensional termasuk media cetak, selayaknyalah kita menciptakan budaya membaca yang membuat pintar, bukan justru membodohi."
>
>  
>
> Sangat setuju dan semoga "Reading 2.0" memang menjadikan diri kita sebagai pembaca-pembaca yang cerdas![]
>
>
> --
> --

Tidak ada komentar:

Posting Komentar