From: A.Syauqi Yahya
Prabowo dan HKTI yang 'Mati Suri'?
Ilyani Sudardjat
25 Mar 2014 | 23:46
Saya berandai mengenai kiprah Prabowo terhadap petani dan nelayan. Seandainya Prabowo benar-benar peduli kepada petani dan nelayan, betapa luarbiasanya dukungan yang akan diberikan kepada Prabowo untuk menjadi Pemimpin Negeri ini. Tetapi, memang apa yang telah diperbuat HKTI untuk petani dan nelayan?
Prabowo menjadi ketua HKTI (Himpunan Kerukunan Tani dan Nelayan Indonesia) sejak tahun 2004. HKTI bukan organisasi yang baru lahir, tetapi sudah malang melintang di dunia pertanian sejak tahun 1973. Tadinya organisasi petani ini melebur 14 organisasi yang sudah ada ketika masa pak Harto.
Jejak tahun 2004 ketika Prabowo menjadi ketua HKTI seperti apa? Kebetulan, saya banyak berinteraksi dengan berbagai organisasi petani. Dan maaf, jika saya tanya mengenai HKTI kepada para petani ini, semuanya mencibir. Menyatakan bahwa HKTI adalah batu loncatan elit untuk berkuasa. Mereka tidak pernah benar-benar turun ke petani?
Padahal, tak kira dia organisasi orang elit atau enggak, kalau pemimpin benar-benar mau turun ke lapangan, identifikasi masalah petani, memberdayakan petani dengan tulus, menguatkan petani, melakukan advokasi kepada pemerintah, tentu saja upaya itu akan besar sekali dampaknya. Data BPS menunjukkan ada sekitar 31,7 juta petani Indonesia. Dan saya kira, jika benar upaya itu membuahkan hasil di tingkat grassroot, mungkin 90% petani ini akan berdiri di belakang Prabowo.
Tetapi, ternyata kiprah HKTI sangat minim. Saya mencari di mbah Google mengenai prestasi atau kegiatan HKTI. Yang ada malah tulisan refleksi dari penggiat HKTI sendiri di tahun 2010, mengenai 'Menakar Kiprah HKTI', di hari ulangtahun HKTI yang ke-37. Sang penulis menunjukkan bahwa HKTI gagal mengatasi masalah petani yang masih terus terjerat dalam kemiskinan. Tahun 2010? Berarti itu sudah 6 tahun Prabowo jadi ketua HKTI.
Malah, dipemilihan kedua tahun 2010, HKTI pecah, karena Munas di Jakarta yang kembali memilih Prabowo sebagai Ketua HKTI tidak diakui oleh Usman Sapta Odang. Dia kemudian membuat MUnas kembali di Bali, dan terpilih sebagai Ketua. HKTI versi Usman dianggap dekat dengan istana alias SBY. Dua-duanya menganggap HKTI merekalah yang paling sah. Logo pun diperebutkan di pengadilan. Prabowo memenangkan klaim logo tersebut untuk HKTI versi Prabowo.
Setelah 2 periode kepengurusan HKTI ini pun kiprah Prabowo untuk petani belum terlihat nyata. Menurut data BPS tahun 2013, RT petani yang memiliki lahan dibawah 2 ha alias petani gurem sebanyak 14,25 juta RT.
Tentu saja kita tidak mengharap Prabowo mengentaskan kemiskinan itu secara serta merta. Tetapi upayanyalah yang paling berarti! Apa jejak yang telah diberikannya kepada petani Indonesia selama hampir 10 tahun menjadi Ketua HKTI?
Padahal, kalau saja upaya itu begitu nyata, misalnya gini nih ya. HKTI telah membangun sekian koperasi simpan pinjam bagi petani, atau HKTI telah melatih sekian ribu atau juta petani untuk memiliki keahlian dalam nilai tambah produk hasil pertanian, atau HKTI memiliki sistem jaminan perlindungan kesehatan petani yang terkena dampak pestisida, tentu akan lain nilainya bagi HKTI dan Prabowo.
Pemimpin menanam benih kebaikan, tentu akan menuai kebaikan pula. Kebaikan yang dimaksud adalah dukungan dari petani dan nelayan seluruh Indonesia. Yang penting diingat, banyak jaringan petani bertebaran di seluruh Indonesia. Jika HKTI agresif menyebarkan kebaikan atau pemberdayaan kepada petani dan nelayan dengan sungguh-sungguh, tentu itu akan bisa seperti getuk tular, banyak petani dan nelayan akan mengapresiasi dan menghargainya.
Tetapi ini? ya ampun, saya juga pernah ketemu seorang ibu pahlawan pangan, karena ibu ini petani perempuan asal NTT yang begitu telatennya memberdayakan petani di daerah asalnya (Manggarai), tetapi yah dia bukan orang yang 'tersentuh' oleh HKTI.
Dan ketika Prabowo dengan gagahnya menunggang kuda seharga Rp 3 M, saya hanya membayangkan, wah bisa jadi berapa sapi atau kambing ya itu untuk petani? Hehee...terlalu naif deh gw.
Cuman kalau memang ada pemimpin yang bisa mengangkat kelompok paling nirdaya di Indonesia, petani dan nelayan dengan segenap jiwa raganya, gue jd mikir, mesti tak cium deh tangannya....#lebay mode on, ketemu aja enggak, hehee.
Ya sudah, gitu aja. Salam Kompasiana!
Dibaca : 14 kali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar