From: A.Syauqi Yahya
Indahnya Kelembutan
18 Maret 2014 08:26 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Imam Nawawi
Fitrah manusia cenderung kepada kebaikan dan mencintai kelembutan. Akan tetapi, karena ego, hawa nafsu atau kepentingan sesaat, banyak manusia yang kemudian berubah menjadi orang yang kasar, beringas, dan kejam.
Padahal, ego, hawa nafsu, dan mengutamakan kepentingan sesaat sama sekali tidak memberikan maslahat.
Jadi wajar jika manusia yang kasar, beringas, dan kejam tidak akan mendapat ridha dari Allah SWT sebab Allah tidak mencintai kecuali kelembutan.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelembutan dalam segala urusan.” (HR. Bukhari Muslim).
Dalam Syarah Riyadhus Sholihin, Imam Nawawi mengatakan, hadis itu menjelaskan tentang perintah agar umat Islam bersikap lemah lembut. Baik dalam ucapan maupun perbuatan serta memilih hal paling mudah.
Hal demikian melahirkan hubungan harmonis dan akrab. Sangat penting bagi Muslim untuk melatih lidahnya dengan adab sopan santun dan tidak membiasakan diri mencela orang lain, entah itu terhadap orang kafir, lebih-lebih terhadap saudara seiman.
Karena itu, Rasulullah SAW mengingkari jawaban berlebihan Aisyah kepada Yahudi, meskipun mereka memang berhak mendapat celaan.
Hal itu tidak lain karena Allah SWT telah melaknat dan memurkai Yahudi melalui beberapa ayat Alquran secara gamblang dan terbuka.
Bahkan terhadap seorang penguasa zalim sekelas Fir’aun pun Allah memerintahkan Nabi Musa berkata lemah lembut. “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.’’ (QS 20 : 44).
Dengan demikian sungguh tidak ada satu pun alasan yang membolehkan kita mencela orang lain, seburuk apa pun orang tersebut.
Sebab, jika dia memang buruk, kafir, dan menentang Islam, Allah pasti memasukkannya pada kelompok terkutuk dan terlaknat.
Akan jauh lebih indah jika kita berusaha fokus membina diri menjadi pribadi yang santun dan lemah lembut. “Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelembutan. Dia memberikan kepada kelembutan apa yang tidak Dia berikan kepada kekerasan dan tidak pula Dia berikan kepada yang lainnya.’’ (HR Muslim).
Memaknai hadis tersebut, Imam Nawawi menjelaskan, kelembutan adalah seutama-utamanya akhlak dari seluruh akhlak mulia lainnya. Dengan kelemahlembutan itulah Rasulullah SAW bisa sukses besar dalam menjalankan misi dakwahnya.
“Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.'' (QS. 3: 159).
Subhanallah, ternyata lemah lembut adalah rahmat dari Allah. Jika demikian, tidakkah kita tertarik menjadi Muslim yang berperangai lemah lembut?
Red: Damanhuri Zuhri
--Allahumma akhrijna min zulumatil wahmi wa akrimna binuril fahmi waftah ‘alaina bima’rifatika wa sahhil lana abwaba fadlika ya arhamar rahimiin.
“Ya Allah, keluarkanlah kami dari kegelapan prasangka, muliakanlah kami dari cahaya kepahaman, bukalah pengertian ilmu kepada kami dan bukalah untuk kami pintu-pintu anugerah-Mu, wahai Zat Yang Paling Penyayang.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar