Dari: "A.Syauqi Yahya"
> PKS = Presiden Karepmu Sendiri
>
> Abdullah Sammy
>
> http://m.kompasiana.com/post/read/634075/3/pks-presiden-karepmu-sendiri-.html
>
> 19 Feb 2014 | 02:01
>
> Pada 2004, saya dipromosikan oleh salah satu teman mengenai partai politik anak muda yang membawa warna Islam di politik Indonesia. Saya diyakinkan bahwa partai itu benar-benar berbeda dibanding partai lain yang bergantian ‘merampok’ negara. Partai yang dipromosikan teman saya bernama Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
>
> Perlu diketahui bahwa PKS ini adalah partai yang paling getol menyebarkan jaring kaderisasi di kampus-kampus. Saya pun dipromosikan oleh kawan untuk menjadi kader PKS di Universitas Indonesia (UI).
>
> Awalnya, saya benar-benar simpati dengan partai ini. Sebab, saya melihat perilaku kadernya di level bawah yang gemar beribadah. Akhlak kader-kader PKS di level bawah pun patut diacungi jempol. Saat kaum muda terjerat dalam pergaulan bebas, kader PKS memilih istiqamah, menjauhi zina.
>
> Sayangnya, usaha mati-matian kader PKS di level bawah berbanding terbalik dengan sejumlah elitenya. Saat saya terjun menjadi wartawan, barulah saya mendengar PKS tak sebersih namanya.
>
> Ada selentingan bahwa sebagian dari elite Partai Keadilan Sejahtera yang cuma mengejar sisi kesejahteraannya. Mereka ini yang kemudian ramai dicap media sebagai kubu ‘sejahtera’.
>
> Kisah kubu ‘sejahtera’ saya mulai saksikan langsung saat aktif meliput di gedung DPR. Alangkah terkejutnya saya melihat elite PKS itu ternyata memiliki tampilan yang perlente. Bahkan, dalam sebuah kesempatan saya sempat menyaksikan salah satu elite PKS yang memakai jam impor yang harganya tentu tak mampu dimiliki rakyat biasa. Tampilan ini berbanding terbalik dengan sosok kader PKS yang identik dengan kesederhanaannya.
>
> Namun, tampilan kesederhanaan kader PKS di level bawah masih bisa saya dapati di sejumlah elite PKS lain. Elite ini yang kemudian dikenal dengan kubu ‘keadilan’.
>
> Kisah soal kubu ‘sejahtera’ versus ‘keadilan’ membuat hati saya bercabang. Di satu sisi, saya masih memiliki simpati pada PKS. Namun, di sisi lain, saya makin ditunjukkan fakta bahwa PKS tak seideal slogannya: jujur, peduli, dan bersih.
>
> Fakta itu mulai saya dapati setelah kisah seorang anggota DPR bernama Arifinto. Citra PKS yang kader di bawahnya istiqamah menjauhi zina tercoreng oleh setitik Arifinto. Tidak tanggung-tanggung, Arifinto kedapatan menyaksikan tayangan porno di perangkat elektronik miliknya. Gilanya, hal itu dilakukan saat sedang agenda rapat membahas nasib rakyat!
>
> Dan, yang paling membuat saya terpukul adalah terungkapnya kasus impor sapi yang menjerat presiden PKS saat itu, Luthfi Hasan Ishaaq (LHI). Awalnya, nama Tuhan dibawa-bawa oleh kader PKS yang membantah melakukan korupsi.
>
> Tak hanya itu, KPK yang malah jadi sasaran. Oleh sebagian kader, KPK disebut bagian dari kon-sapi-rasi, eh konspirasi.
>
> Ah partai maling juga, pikir saya begitu mendengar rekaman di persidangan yang membeberkan fakta Luthfi meminta jatah dari impor sapi.
>
> Belum cukup sampai di situ, pandangan saya terkait PKS makin negatif setelah saya menyaksikan orang-orang macam Fahri Hamzah. Saat berbicara, karakter Fahri berbanding terbalik dengan tampilan kader PKS lain yang menjunjung akhlak saat bicara.
>
> Saya mengutip cara berkomentar Fahri baru-baru ini menganalogikan pemerintahan dan setan. "Kan kalau shalat itu disuruh rapatkan safnya, kalau renggang itu banyak setan. Nah di kabinet SBY itu banyak setannya," ucap Fahri. Entah siapa yang dimaksud Fahri. Yang jelas perkataan itu bisa menyasar ke menkominfo, menteri sosial, atau mungkin menteri pertanian.
>
> Pada saat pandangan saya terhadap PKS makin negatif, saya tetap memiliki harapan bahwa suatu saat partai ini bisa bangkit. Saya masih punya harapan partai ini bisa memperjuangkan karakter politik Islam yang sebenarnya. Politik Islam yang mencontoh Rasulullah yang jujur, cerdas, amanah, dan berakhlak.
>
> Saya kira tugas PKS membenahi diri adalah bagian dari upaya membangkitkan tertidurnya partai Islam di Indonesia. Karena kenyataan politik saat ini, partai Islam masih tertinggal dari partai lain menjelang kontestasi politik 2014.
>
> Kalau dibilang partai Islam kehabisan figur, saya kira itu keliru. Karena, kualitas politikus partai Islam di Indonesia tak hanya diisi orang macam Fahri Hamzah. Di PKS saja, saya yakin masih banyak figur potensial pemimpin Indonesia yang bisa dikedepankan. Namun, yang jadi masalah, pemimpin-pemimpin potensial asal PKS itu masih kurang dipercaya. Ini tecermin dari hasil survei yang tidak menempatkan satu pun kader PKS sebagai capres potensial.
>
> Merujuk fakta itu, saya menilai niatan PKS untuk memajukan presidennya pada Pemilu 2014 tinggal sebatas mimpi. Presiden PKS masih presiden karepmu (sesuka kamu) sendiri.
>
> Karena, memang faktanya kepercayaan masyarakat pada PKS sedang menurun. Jadi, yang relevan kini tugas PKS adalah memperbaiki diri. Tugas PKS untuk mewujudkan citra politikus Islam yang jujur, amanah, cerdas, dan berakhlak. PKS harus bisa membuktikan bahwa citra politikus Islam sejati itu dimiliki oleh satu partai, bukan hanya satu kubu.
>
> Jika misi itu sukses, barulah PKS bisa melahirkan figur pemimpin berkualitas yang dipercaya rakyat. Walhasil, presiden karepmu sendiri bisa berubah menjadi presiden karep (keinginan) semua, presiden keinginan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar