Dari: "A.Syauqi Yahya"
> Siapa Mau Bela Petani, Anaknya Pun Tidak
>
> Oleh: Dhanang Dhave | 07 November 2013 | 10:39 WIB
>
> "wong cilik ancik-acik dingklik oglak-aglik" kata seorang petani yang saya temui di tepi ladangnya. Sebuah ungkapan, petani sebagai orang yang tak memiliki kekuatan dan berdiri penuh ketidakpastian. Inilah ungkapan penjudi kehidupan dan masa depan. Anehnya, kita yang hidup jauh dari petani akan tetap hidup karena perjudian tersebut.
>
> Dari kejauhan remang-remang terdengar suara radio melantunkan tembang campur sari yang dinyanyikan Manthous. "Sinaksen lintange luku semono Janji prasetyaning ati" salah satu penggalan syair lagunya. Rasi bintang waluku menjadi saksi janji kesatiaan hati, kira-kira begitu maknanya. Namun, dikalangan petani bintang waluku menjadi saksi awal dimulainya musim tanam.
>
> Dulu adanya bintang luku/waluku menjadi penanda musim tanam. Jika segenggam bulir-bulir gabah (beras yang masih ada kulitnya) di genggam dan diarahkan pada rasi bintang tersebut. Saat genggaman dibuka dan gabah-gabah mulai berjatuhan, maka saat itulah musim tanam dimulai. Konon ceritanya begitu, sehingga rasi bintang Waluku/luku atau bajak sangat erat sekali dengan petani dan selalu dinanti-nanti.
>
> Musih kemarau berlalau, rinai hujan mulai membasahi tanah yang kering kerontang. Cangkul-cangkul beradu cepat untuk membalik bagian tanah dan menggemburkannya. Tangan-tangan cekatan mencampur pupuk kandang dalam tanah agar komposisinya pas. Sementara hujan yang datang dan kadang menghilang mulai memberikan air kehidupan. Inilah aktivitas petani saat awal musim tanam.
>
> Di lain tempat petani pembibit sibuk menata pot-pot kecil dari plastik. Biji-biji dari amplop bersertifikasi mulai dibenamkan dan untuk beberapa hari akan berkecambah. Saat usia tertentu benih-benih ini akan siap dipindahkan pada lahan pertanian. Inilah tahap selanjutnya dari perjudian petani.
>
> Sisi lain, nampak seorang petani sedang menggulung rajangan-rajangan tembakau yang sudah mengering. Rajangan tembakau ini akan dihargai 25ribu per kilogramnya. Pendapatan yang tidak kecil, namun uang yang didapat akan segera akan dieletakkan di meja taruhan pertanian. Modal awal untuk bercocok tanam cukup besar dan tanpa ada jaminan kembali modal.
>
> Dari mulai menggarap lahan, mempersiapkan bibit, perawatan tanaman hingga pemanenan semua ada harga yang harus dibayar. Pertanyaannya sangat sederhana, apakah hasil dari penjualan bisa menutup semua biaya yang telah dikeluarkan. Ada yang beruntung namun tidak sedikit yang buntung.
>
> Di belakang rumah, lenguhan sapi terdengar. Tandanya petani harus segera pulang usai menggarap lahan lalu mencari rumput untuk raja yang bersinggasana di kandang. Inilah salah satu tabungan dari petani di saat hasil pertanian tidak bisa diandalkan. Hewan-hewan piaraan adalah tabungan yang setiap saat bisa menghasilkan uang. Dari seekor sapi, bisa menghasilkan uang dari perahan susu dan kotorannya. Inilah yang menjadi penyambung hidup di saat hasil pertanian belum berbuah.
>
> Petani acap kali di posisi yang sulit atau memang sengaja dipersulit. Ruang gerak petani ibarat sapi perah yang juragani oleh para tengkulak, pemilik modal, dan pedagang. Keberadaan dan harga pupuk bisa dipermainkan. Bibit produk pertanian sudah dimonopoli oleh perusahaan pembenihan dengan sertifikasi bibit unggul yang tak menghasilkan keturunan yang fertil atau sama dengan induknya. Harga produk pertanian juga diguncang di pasaran oleh para spekulan dan tengkulak.
>
> Buruh memiliki kekuatan dan berani mati-matian memperjuangkan nasibnya. Bagaimana dengan petani, siapa juga yang akan memperjuangkan nasib mereka. Jangankan diperjuangkan, petani akan semakin ditindas oleh kapitalis-kapitalis dengan bengis. Anak-anak petani tak lagi diperbolehkan mengikuti jejak orang tuanya menjadi petani, agar tak memiliki nasib yang sama.
>
> Petani telah memberikan hidup, tetapi ada juga yang membunuh pelan-pelan dengan mempermainkan nasib mereka. Disadari atau tidak, kehidupan manusia sepenuhnya tergantung dari petani, sebab apa yang dimakan dari petanilah asalnya.
>
> Mungkin suati saat, profesi petani memiliki status sosial yang tinggi karena bisa memonopoli kehidupan. Petani tak lagi menjadi kaum kecil dan dipermainkan tetapi berbalik dan memiliki peran dalam mengatur kehidupan. Saya kira petani adalah pekerjaan yang mulia, dari kaum papa hingga sodagar kaya raya ikut menikmati tangan dinginnya. Petani dunia membutuhkanmu
>
> --
> --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar