Dari: "hernowo mengikatmakna"
> Ketemu Lagi dengan Malcolm Gladwell
>
> Oleh Hernowo
>
>
>
>
>
> "Kita pikir ada hal-hal yang berguna, padahal sebenarnya tidak berguna, dan kita pikir ada hal-hal yang tidak berguna, padahal sebenarnya berguna."
>
> MALCOLM GLADWELL
>
>
>
> Saya punya empat buku karya Gladwell—The Tipping Point, Blink, Outliers, dan What the Dog Saw. Ketika membaca buku pertama dan kedua, saya tidak berhasil "masuk" dan terlibat dengan gagasan Gladwell. The Tipping Point dan Blink menjadi buku yang "berjarak" dan susah saya akrabi. Baru setelah buku ketiga, Outliers, hadir, gagasan—dan terutama gaya penulisan—Gladwell pun saya kenali detailnya. Saya langsung dibuat kagum dengan paparan dan ulasannya. Unik—lain daripada yang lain. Outliers memberikan wawasan baru (tentang bagaimana seseorang meraih kesuksesan) yang sulit saya ungkapkan kedahsyatannya. Dari buku ketiganya itulah kemudian mengalir banyak sekali "ikatan makna" dari dalam diri saya. Saya seperti menemukan diri-"baru" saya.
>
>
>
> Buku keempat, What the Dog Saw, membuat saya tambah "mabuk kepayang" dan, akhirnya, benar-benar mencintai ide-ide dan cara menulis gaya Gladwell. What the Dog Saw hanyalah kumpulan tulisan yang tidak saling terkait. Ia merupakan penggalan-penggalan kejadian dan persoalan yang diamati Gladwell secara amat teliti dan cermat. Hanya, saya memperoleh masukan luar biasa ketika Gladwell berkisah tentang kepiawaian Cesar Millan dalam menaklukkan anjing. Dari sinilah judul buku Gladwell berasal, Apa yang Dipikirkan Seekor Anjing? Ini mirip seperti berita yang dikejar para wartawan—bukan berita tentang "anjing menggigit manusia" tetapi bagaimana menemukan berita tentang "manusia yang menggigit anjing".
>
>
>
> Semula kisah Cesar Millan itu dituturkan dengan cara-cara yang biasa oleh Gladwell. Saya juga baru mengenal secara lebih dekat sang penakluk anjing tersebut di saluran tv "National Geographic" dalam acara "The Dog Whisperer". Hanya kepiawaian Gladwell membalik gagasan dalam tulisan tentang cara Milan menaklukkan anjing itu mengejutkan saya. "Mungkin kita bisa paham tentang apa yang ada di dalam pikiran Millan ketika berhadapan dengan anjing," kira-kira demikian tulis Gladwell. "Namun, apa yang dipikirkan anjing?" Dahsyat! Menurut saya, cara Gladwell menutup tulisannya tentang Cesar Millan itu luar biasa.
>
>
>
>
>
> Hari Selasa kemarin, saya bertemu kembali dengan Malcolm Gladwell dalam drama yang lain, David and Goliath. Lewat buku terbarunya ini, saya diajaknya untuk bersikap kritis terhadap kisah klasik yang dimuat oleh Alkitab. Dengan enak dan berpijak pada referensi yang kuat, Gladwell membongkar apa yang selama ini tidak saya ketahui tentang kisah tersebut. "Di halaman-halaman berikut, saya akan menjelaskan bahwa kita terus membuat kesalahan itu sekarang, dengan konsekuensi bagi segalanya, dari cara kita mendidik anak sampai cara kita menghadapi kejahatan dan kekacauan," tulisnya di halaman 11.
>
>
>
> Saya baru mencicipi Bab Pengantar "Goliat" dan sedikit Bagian Satu "Kekuatan dalam Kelemahan (dan Kelemahan dalam Kekuatan)". Di bagian pertama buku David and Goliath, Gladwell mengutip Amsal 13: 7 yang berbunyi "Ada orang yang berlagak kaya, tetapi tidak mempunyai apa-apa, ada pula yang berpura-pura miskin, tetapi hartanya banyak." Sekali lagi, meski baru mencicipi sedikit saja dari buku terbaru Gladwell, saya sudah mampu merasakan pesonanya—khususnya pesona dalam hal menulis. Gladwell menulis dengan "sangat ilmiah" namun tidak kaku dan kering. Analisisnya tajam dan mengejutkan. Tulisannya mampu membuka cakrawala milik saya yang kadang sudah lama menyusut serta tergerus dan tertutup oleh kejumudan dan kemonotonan.
>
>
>
> Sungguh saya bersyukur, setelah buku Don Tapscott, Grown Up Digital, muncul buku baru Gladwell, David and Goliath yang mengasyikkan.[]
>
>
> --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar