From: A.Syauqi Yahya
Mario
http://www.tempo.co/read/carianginKT/2015/04/12/1692/Mario
Sabtu, 11 April 2015 | 23:53 WIB
Putu Setia
@mpujayaprema
Namanya Mario. Tapi bukan Mario Teguh atau Mario yang lainnya lagi. Lengkapnya Mario Steve Ambarita, usia 21 tahun. Meski kata “Ambarita†kebanyakan dipakai para wanita, Mario ini lelaki hebat. Pakar penerbangan terkagum-kagum bagaimana mungkin orang ini bisa hidup di rongga ban pesawat dalam suhu minus 28 derajat Celsius dan oksigen hampir nol. Dan itu berlangsung 100 menit dalam penerbangan Pekanbaru-Jakarta.
Mario menyelusup ke roda pesawat yang parkir di Bandara Sultan Sarif Kasim II, Pekanbaru, bukan sekadar iseng. Dia sudah melakukan riset lebih dari setahun. Riset dilakukan lewat Internet dan menyimpulkan bahwa pesawat yang layak dijadikan tumpangan gelapnya adalah Garuda, Batik, dan Citilink. Lalu dia memilih Garuda. Saya tak tahu cara berpikir Mario, tetapi saya menebaknya dari sisi positif. Mario memilih Garuda karena maskapai ini terkenal dengan pengawasannya yang ketat. Pesawat yang diparkir terus-menerus dijaga, apalagi menjelang terbang. Tantangan itu mau dicobanya. Lalu cara Mario masuk ke bandara supaya tidak diketahui, juga berdasarkan riset. Maka jangan sepelekan lembaga riset.
Yang patut dikagumi, tujuan Mario ke Jakarta untuk menemui Presiden Jokowi yang ekstraketat dalam menerima tamu. Jangankan penganggur seperti Mario, pemimpin partai pengusung Jokowi pun sudah mengeluh karena sulit ketemu presiden. Jokowi konon dikelilingi oleh orang yang mencoba menjauhkan dirinya dari para elite partai pengusung, termasuk PDI Perjuangan. Jokowi sebagai presiden sudah beda dengan Jokowi sebelum presiden.
Sampai di sini, tebakan positif saya menduga, Mario akan bercerita kepada Jokowi bagaimana keadaan rakyat pedesaan yang belum menikmati janji-janji Jokowi. Bahan bakar minyak sudah naik, subsidi sudah dihapuskan karena akan disalurkan ke desa-desa untuk membangun bendungan, infrastruktur, dan seterusnya. Tapi mana janji itu? Mario mau menangihnya, sebelum Megawati berpidato hal yang sama dalam Kongres PDI Perjuangan di Bali.
Eh, saya salah. Maksud Mario ketemu Jokowi bukan soal rakyat. Setelah saya ikuti berita selanjutnya, tujuan Mario ternyata untuk memprotes kenapa Puan Maharani yang diangkat sebagai Menteri Koordinator. Apa karena Puan putri Megawati Soekarnoputri, yang kiniâ€"dan seterusnyaâ€"menjadi Ketua Umum PDI Perjuangan?
Saya tepok jidat. Mario pasti sangat tahu bagaimana rekam jejak Puan di dunia politik dan pemerintahan. Barangkaliâ€"lagi saya menebakâ€"Mario tidak yakin akan kemampuan Puan sebagai Menko yang membawahkan menteri sekaliber Anies Baswedan, Khofifah Indar Parawansa, dan Lukman Hakim Saifuddin. Ketiganya disebut karena bukan kader PDI Perjuangan.
Lagi pula Mario tahu bahwa Puan tak mau melepaskan jabatannya dari Ketua DPP PDI Perjuangan sebagaimana menteri-menteri lain yang mundur dari pengurus partai karena Jokowi tak ingin ada rangkap jabatan. Mungkin Mario akan mendesak Jokowi untuk konsisten dalam hal ini, supaya presiden satya ing wacana (taat pada ucapannya). Saya menduga orang lain banyak yang berpikir seperti Marioâ€"kalau itu benar lhoâ€"tetapi tak berani untuk mengatakannya. Apalagi dengan nekat naik ke ban pesawat.
Apakah Mario remaja tidak waras atau sakit mental? Menurut Dirjen Perhubungan Udara Suprasetyo, semua ini hasil pemeriksaan yang sudah dibuatkan berita acaranya. Artinya, pemeriksaan dilakukan dengan wajar dan normal. Barangkali kita yang perlu introspeksi, jangan-jangan kita yang tak waras dalam mengurus bandara, menjaga pesawat, menjaga kewibawaan pemerintah, dan keliru menebak Jokowi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar