From: DioN Erbe
Para gembong narkoba kalau dibiarkan akan menjadi kanker yg bs menggerogot negara spt di Meksiko:
Jakarta - Di Indonesia, dampak jahatnya narkoba seperti dikatakan Presiden Jokowi, 18 ribu orang mati tiap tahun atau 50 orang tiap hari sehingga hukuman mati perlu ditegakkan. Juga agar mafia narkoba tidak semakin kuat pengaruhnya seperti di luar negeri, yang bisa menculik anak hingga membunuh pejabat.
Salah satu negara yang dikuasai mafia narkoba adalah Meksiko. Sejak tahun 2006, di bawah Presiden Felipe Calderon, Meksiko menyatakan perang melawan narkoba berikut kartel-kartel pengedarnya. Berikut gambarannya:
1. Wilayah Terpecah atas Kekuasaan Kartel Narkoba
Mungkin Meksiko bisa menjadi contoh yang sempurna. Tercatat setidaknya ada 8 kartel narkoba di negara itu. Mereka terkadang bekerja sama, namun akhirnya pecah kongsi, berperang dan saling membunuh. Perkaranya, ujung-ujungnya duit!
Kartel-kartel itu adalah: Kartel Sinaloa, Kartel Gulf, Kartel Juarez, Kartel Knight Templar, Kartel Tijuana, Kartel La Familia, Kartel Los Zetas dan Kartel Beltran-Levya.
Para kartel itu memperebutkan jalur penyelundupan narkoba, rebutan pasar hingga daerah kekuasaan. Namun, kartel yang paling kuat di Meksiko adalah Los Zetas, yang memiliki 'daerah kekuasaan' di 17 provinsi di Meksiko alias setengah negara ini.
2. Punya Paramiliter Tentara Bayaran
Kartel narkoba di Meksiko bisa membentuk kelompok paramiliter sendiri. Seperti yang dilakukan oleh Kartel Los Zetas yang membentuk pasukan khusus berisikan 34 tentara khusus untuk melindungi bos dan calon bos kartel itu. Tentara khusus itu direkrut kartel Los Zetas dari 30-an desertir dan pensiunan tentara AD Meksiko dan dibayar dengan profesional.
3. Kekerasan Meningkat
Kekerasan meningkat di negara itu sejak Presiden Felipe Calderon menyatakan berperang melawan narkoba sejak Desember 2006. Bahkan Pemerintahan Felipe sampai mengadakan operasi militer untuk memberantas kartel narkoba. Lebih dari 50 ribu tentara dan polisi diterjunkan untuk pemberantasan ini.
Sejak itu pula kekerasan di Meksiko meningkat karena kartel narkoba itu melawan balik. Wilayah-wilayah yang kekerasannya meningkat adalah Sinaloa, Michoacan, Guerrero dan yang paling keras adalah Ciudad Juarez. Bayangkan, di Ciudad Juarez ada 3.100 orang terbunuh dari total populasi yang 1 juta.
Tahun 2010, kekerasan meluas di Nuevo Leon, Tamaulipas hingga Monterry. Pada 2011 kekerasan merambat ke Veracruz.
4. Bunuh Politikus hingga Pejabat
Sejak 2006, saat perang kartel narkoba oleh Pemerintah Meksiko ditabuh, sejumlah polisi, politikus, dan pemimpin daerah dibunuh. Mayoritas politikus yang dibunuh ini di wilayah yang menjadi perang narkoba.
Pembunuhan kepala daerah ini tentu melemahkan pemerintah daerah. Kekerasan yang ekstrem ini akhirnya membuat politikus mengampuni mafia kartel dan mengizinkan kartel mengendalikan struktur dasar pemerintah untuk agenda kriminal mereka. Kartel juga akan mengendalikan melalui kontrak dan konsesi proyek pemerintah. Jasa pelayanan publik ini seolah-olah bisa mencuci dosa mereka dan mendapatkan respek dari warga.
Tokoh politikus yang dijadikan sasaran kartel adalah yang memiliki 3 kriteria ini:
1. Politikus yang jujur dan lurus yang menjadi ancaman, politisi jenis ini akan dibunuh oleh kartel mana saja.
2. Politikus yang menjadi beking beberapa kartel, konsekuensinya, akan dibunuh oleh kartel rivalnya.
3. Politikus yang tak berdosa, yang dibunuh begitu saja oleh kartel untuk memanaskan situasi di wilayah perang kartel narkoba itu.
Salah satu kisah memilukan adalah penculikan dan pembunuhan seorang Wali Kota di Meksiko pada November 2012 lalu, Maria Santos Gorrostieta. Maria yang sempat lolos dari dua percobaan pembunuhan akhirnya harus pasrah merelakan dirinya diculik oleh geng narkoba setempat, demi menyelamatkan nyawa putrinya.
Maria tengah mengantarkan putrinya ke sekolah pada pagi hari, ketika tiba-tiba mobilnya dihadang oleh sebuah mobil yang berisi orang-orang tak dikenal. Wanita berusia 36 tahun ini ditarik keluar dari mobilnya dan kemudian dianiaya. Sejumlah saksi mata melihat insiden ini, namun mereka tidak berani menolong karena pria-pria tersebut membawa senjata.
Para saksi mata menuturkan bagaimana Gorrostieta memohon agar putrinya tetap selamat. Dengan sukarela, Gorrostieta memasuki mobil pelaku. Gorrostieta kemudian dibawa pergi pelaku, sedangkan putri kecilnya hanya bisa menangis ditinggal di lokasi tersebut.
Gorrostieta ditemukan sudah tak bernyawa di wilayah San Juan Tararameo, Cuitzeo Township. Jasad Gorrostieta ditemukan dalam keadaan tangan dan kaki terikat dengan kondisi tubuh penuh luka. Diduga dia ditusuk, dibakar, dan dipukuli oleh pelaku sebelum akhirnya tewas. Demikian seperti dilansir Daily Mail, Selasa (27/11/2012).
5. 130 Ribu Orang Tewas, 27 Ribu Lainnya Hilang
Seperti dilansir dari BBC, data Pemerintah Meksiko per 11 Januari 2012 menunjukkan sekitar 12.903 orang terbunuh karena perang kartel narkoba dari Januari-September 2011. Nah terhitung 5 tahun sejak Presiden Felipe memerintah, jumlah orang yang tewas akibat perang kartel narkoba itu adalah 47.515 orang. Korban tewas terdiri dari anggota kartel narkoba, tentara keamanan dan aparat hukum, politikus hingga warga sipil tak berdosa.
Per 2014, media-media AS melaporkan ada 40 ribu - 60 ribu korban tewas. Namun, menurut Trans-Border Institute, yang menerbitkan laporan tahunan tentang kekerasan terkait narkoba di Meksiko, ada sekitar 120 ribu-125 ribu orang tewas sejak 2006-2012, demikian dilansir ncronline.org, edisi 1 Maret 2014.
Menurut dokumen Kejaksaan Agung Meksiko, ada sekitar 25 ribu anak-anak dan dewasa hilang selama 6 tahun perang narkoba sejak 2006. Di Agustus 2013, jurnal online, Small Wars Journal mempublikasikan artikel ilmiah berjudul "The Mexican Undead: Toward a New History of the 'Drug War' Killing Fields." Dalam artikel 42 halaman itu, disebutkan bahwa kemungkinan ada 120 ribu - 130 orang tewas karena kekerasan terkait narkoba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar