Blognya alumni SMPN 1 Magelang; berbagi kenangan; berbagi rasa dan berbagi cerita.... OPEN to all of alumnus.
1.25.2015
Ketoke kesusu susu mbanget yaa .....
From: <syauqiyahya@gmail.com>
Quote
Kompolnas sebagai lembaga yang menyeleksi calon-calon Kapolri merasa dijadikan sebagai alat 'kampanye' oleh Jokowi.
Komisioner Kompolnas Adrianus Meliala menilai Jokowi 'cerdas' dalam menunjuk Budi Gunawan sebagai Kapolri. Sebab, Kompolnas sendiri saat itu baru memberikan paparan draft 4 calon Kapolri yang akan dilanjutkan dengan melakukan wawancara ke orang-orang sekeliling kandidat.
"Tiba-tiba besoknya Jokowi kirim surat ke DPR, cerdas sekali kan beliau. Kami dipakai kampanye, seakan-akan clearence itu dari kami. Padahal kami masih melakukan penelitian rekeningnya, segala macamnya," jelas Adrianus
Unquite
Wadoooooh............/kung
Minggu, 25/01/2015 18:14 WIB
Kompolnas Merasa Jadi Alat 'Kampanye' dalam Pencalonan Komjen Budi
http://m.detik.com/news/read/2015/01/25/181436/2813319/10/kompolnas-merasa-jadi-alat-kampanye-dalam-pencalonan-komjen-budi
Mei Amelia R - detikNews
Jakarta - Pengangkatan Komjen Budi Gunawan sebagai calon Kapolri tunggal yang diajukan Presiden Joko Widodo, menuai kritikan banyak pihak karena kasus rekening gendutnya. Kompolnas sebagai lembaga yang menyeleksi calon-calon Kapolri merasa dijadikan sebagai alat 'kampanye' oleh Jokowi.
Komisioner Kompolnas Adrianus Meliala menilai Jokowi 'cerdas' dalam menunjuk Budi Gunawan sebagai Kapolri. Sebab, Kompolnas sendiri saat itu baru memberikan paparan draft 4 calon Kapolri yang akan dilanjutkan dengan melakukan wawancara ke orang-orang sekeliling kandidat.
"Tiba-tiba besoknya Jokowi kirim surat ke DPR, cerdas sekali kan beliau. Kami dipakai kampanye, seakan-akan clearence itu dari kami. Padahal kami masih melakukan penelitian rekeningnya, segala macamnya," jelas Adrianus.
Hal itu diungkapkan Adrianus dalam diskusi bertajuk 'Ada apa Dengan Jokowi-Menyoroti Kegamangan Jokowi dalam Kasus KPK vs Polri' di Kafe Eatology, Jl Sabang, Jakpus, Minggu (25/1/2015) yang juga dihadiri politisi PDIP Dwi Ria Latifa, Koordinator KontraS Haris Azhar dan pengamat Cyrus Network Hasan Nasbi Batupahat.
Namun kemudian, keputusan presiden dalam penunjukkan Budi Gunawan sebagai calon tunggal itu tersandera di KPK yang menetapkannya sebagai tersangka dalam kasus rekening gendut. Hal ini kemudian membuat Jokowi 'galau'.
"Ketika beliau pada situasi antara melantik dan tidak, siapa sangka dia mengeluarkan keputusan menunda pelantikan," imbuhnya.
Saat ditanya apakah Kompolnas berkeinginan agar Budi Gunawan segera dilantik, Adrianus menjawab diplomatis.
"Kompolnas bukan lembaga berpolitik. Dalam konteks itu, kami memilih beberapa calon yang sesuai UU, setidaknya pernah duduki jabatan Kapolda tipe A. Sebenarnya keluar 5 orang, termasuk Budi Gunawan," tuturnya.
"Undang-undang menyatakan bahwa kami hanya memberikan saran dan pertimbangan. Tapi kalau akhirnya presiden pilih BG, ya itu pilihan presiden," ia menambahkan.
(mei/mpr)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
--
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar