@bende mataram@
Bagian 207
Wirapati dan Bagus Kempong adalah murid Kyai Kasan Kesambi. Selama menjadi
murid, mereka dididik memiliki budi-pekerti luhur. Keselamatan diri,
diabaikan demi cita-cita membela keluhuran. Kalau tidak, masakan Wirapati
sampai berani mengorbankan diri selama dua belas tahun semata-mata membela
nama perguruannya. Maka oleh ancaman
Adipati Surengpati, serentak timbulah watak kejantanan dan ksatriaannya.
Mereka terus saja berdiri sejajar dengan pandang mata tak berkedip.
"Seorang laki-laki, berapa takut akan derita," bentak Wirapati. "Cobalah!"
Dan Bagus Kempong menyambung pula. "Kau bersakit hati, karena harga dirimu
kena terhina bocah kemarin sore. Kini, engkau hendak merendahkan nama
perguruan dan guru kami Kyai Kasan Kesambi, apakah itu suatu laku bijaksana?"
Sangaji jadi tegang. Ia sadar bahwa mereka berdua takkan mampu melawan
Adipati Surengpati. Sama sekali tak diinginkan, bahwa mereka berdua akan
membuang nyawa dengan sia-sia semata-mata karena perkaranya. Maka lantas
saja ia melompat menyanggah dan berdiri dengan gagah di depan mereka sambil
berkata tegas kepada Adipati Surengpati.
"Abas Pringga Aguna, aku seorang diri yang membinasakan. Kesetiaannya tiada
sangkut pautnya dengan guruku dan pamanku. Aku sendiri yang akan mengganti
nyawanya." Ia tahu kalau watak gurunya adalah penuh keperwiraan. Maka ia
menambah lagi, "Tetapi...
perkenankan aku memohon waktu. Aku datang ke mari hendak menuntut balas
almarhum ayahku yang dibunuh orang dengan semena-mena. Berilah aku tempo
satu bulan! Setelah itu, aku berjanji hendak menemui Tuan ke Karimun Jawa.
Di sana aku menerima titah Tuan."
Kusut gelombang pikiran Adipati Surengpati. Karena terganggu ketentraman
hatinya oleh kepergian gadisnya, ia terus saja mengumbar amarahnya.
Teringat pula, bahwa gadisnya minggat lagi karena membela pemuda itu, maka
tanpa disadari gelombang marahnya lantas jadi mereda. Tanpa melepaskan
sepatah kata pun ia memutar tubuhnya dan terus menghilang mengejar gadisnya.
Wirapati dan Bagus Kempong heran, mengapa kata-kata Sangaji bisa
menaklukkan pendekar sakti yang terkenal beradat kukuh dan keras hati itu.
Mereka bercuriga. Pandangnya lantas saja ditebarkan. Siapa tahu, Adipati
Surengpati lagi melakukan suatu jebakan. Tetapi ternyata pendekar sakti itu
benar-benar meninggalkan gelanggang.
Mendadak saja, terdengarlah Pringgasakti tertawa mendongak ke angkasa.
Semua berputar mengarah kepadanya. Iblis itu menjejak tanah dan kemudian
terus berjumpalitan di udara. Setelah mendarat, ia lenyap pula di balik
belukar. Kini tinggal para pendekar undangan Pangeran Bumi Gede. Sanjaya
terus berteriak keras, "Guru! Bawalah aku!" Tetapi iblis Pringgasakti tiada
menghiraukan muridnya itu lagi. Sekitar lapangan seolah-olah jadi hening
tiada suara. Teranglah sudah, bahwa iblis yang pernah menggemparkan sejarah
lebih dari setengah abad lamanya itu, kini benar-benar jadi bangkrut.
Setengah abad yang lalu, dia pernah bertanding melawan Kyai Kasan Kesambi
selama tujuh hari tujuh malam. Taraf kesaktian Kyai Kasan Kesambi belum
mencapai tingkatan sekarang, tetapi peristiwa itu benar-benar menggemparkan
sejarah. Mendadak pada hari itu dia rontok berantakan oleh cucu murid Kyai
Kasan Kesambi. Inilah suatu peristiwa aib yang mencoreng mukanya sangat
mendalam. Karena itu, bagaimana dia bisa menanggung malu demikian besar.
Maka dia menghilang dengan begitu saja, tanpa memedulikan seruan muridnya.
Bersambung
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
Tidak ada komentar:
Posting Komentar