Blognya alumni SMPN 1 Magelang; berbagi kenangan; berbagi rasa dan berbagi cerita.... OPEN to all of alumnus.
7.31.2019
*Setelah Tahu Segudang Khasiat "Apel Rebus", Saya Tidak Mau Makan Apel Mentah Lagi! Nyesel Baru Tahu Sekarang..*
Makan Apel Mentah Lagi! Nyesel Baru Tahu Sekarang..*🍎🍎🍎*
Apel adalah salah satu jenis buah yang sangat mudah ditemukan di Indonesia,
apel pun tidak ada musim- musimnya, kita bisa menikmati buah apel kapan pun
kita mau sepanjang tahun. Namun sayangnya kita semua pasti mengonsumsi apel
mentah langsung, padahal khasiat apel rebus itu sangat banyak,lho!
1. Usus menjadi lebih baik dan lancar
Setelah apel dipanaskan, kandungan pektin dalam apel akan melunak, nah,
pektin yang sudah lunak ini akan lebih mudah dicerna oleh tubuh manusia.
Pektin apel dapat membantu melancarkan BAB, mencegah infeksi usus dan
mengobati diare.
2.Menurunkan gula dan lemak darah
Makan apel yang sudah dimasak mampu membantu tubuh menurunkan gula dan
lemak darah, serta meningkatkan antioksidan tubuh agar lebih terlindung
dari bakteri kuman penyakit. Apel rebus juga mampu menurunkan kolesterol!
3. Mencegah panas dalam
Rutin mengonsumsi apel rebus dapat mencegah terjadinya gejala- gejala panas
dalam seperti sariawan, sakit tenggorokan, gusi bengkak dan lain- lain.
Nah, sudah tahu kan khasiat- khasiatnya yang luar biasa? Mungkin kamu
bertanya- tanya, bagaimana yah caranya membuat apel rebus? Simak di bawah ini:
Potong apel menjadi 6-8 bagian, masukan ke dalam panci berisi air, kemudian
rebus bersamaan dengan air. Bila airnya sudah mendidik, angkat apelnya
dalam sudah boleh dimakan. Makanlah 1 hari sekali, dan rasakan efek- efek
ajaibnya!
Apel yang direbus juga cocok sekali untuk beberapa kelompok orang
berkebutuhan khusus seperti: orang- orang yang hanya bisa terbaring di
ranjang, orang yang lambung dan ususnya tidak bekerja dengan baik, orang
yang tidak bisa mengunyah, dll.
Kapan sebaiknya mengonsumsi apel?
Apel sebenarnya paling baik dikonsumsi di pagi hari, mengapa? Apel
mengandung banyak gula,cocok sekali dikonsumsi saat lapar di pagi hari.
Pagi hari juga merupakan saat- saat lambung manusia bekerja keras, gula
baik dalam apel pun akan mudah diserap langsung oleh tubuh. Mengonsumsi
apel saat peruh kosong dapat membantu pencernaan dan meningkatkan energi tubuh.
Makan apel sebelum makan makanan berat pun memiliki 1 manfaat, yaitu
membantu diet. Memakan apel dapat memberimu rasa kenyang sehingga membuatmu
tidak akan mengonsumsi terlalu banyak makanan berat.
*Wiih, ternyata khasiat apel rebus hingga usia sebanyak ini! Gak pernah
tahu kan?*
http://www.cerpen.
👨🚒👨🚒👨🚒👧🏻👨🚒👨🚒
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
@bende mataram@ Bagian 101
Bagian 101
Si pemuda ningrat benar-benar terkejut. Tak diduganya, kalau lawannya bisa
berlaku sehebat itu dalam saat-saat menunggu tenaga terakhir. Cepat-cepat
ia meniru gerakan Sangaji. Tangannya lantas juga membekuk leher. Dengan
begitu kedua pemuda itu saling berkutat mempertahankan batang lehernya.
Beberapa waktu kemudian, keadaan mereka bertambah berbahaya. Masing-masing
berusaha hendak mematahkan tulang lengan dan tulang leher dengan berbareng.
Tangan yang satu mencekik dan yang lain memutar lengan.
Semua orang yang memperhatikan pertarungan itu memekik kaget. Ibu si pemuda
ningrat yang berada di keretapun kelihatan pucat. Nuraini yang di dekat
Mustapa pucat pula.
Manyarsewu, Cocak Hijau dan Yuyu Rumpung lantas saja berjaga-jaga siap
menolong si pemuda ningrat.
Tetapi sejurus kemudian pertarungan antara Sangaji dan si pemuda ningrat
berubah de-ngan tiba-tiba. Dia diajak berkutat mengerahkan segenap tenaga.
Sekonyong-konyong dia menarik seluruh tenaganya, sehingga terasa menjadi
lenyap. Sangaji kaget. Sebelum sadar akan akibatnya, si pemuda ningrat
merenggutkan diri dan berhasil menggaplok muka Sangaji sampai kelabakan.
Dan benar-benar Sangaji terkejut kena gaplokan itu. Matanya sampai
berkunang-kunang dan kepalanya serasa berputaran. Untung dia tidak
kehilangan akal. Secepat kilat ia tata-berke-lahinya. Teringatlah dia pada
ajaran Jaga Saradenta. Maka tanpa ragu-ragu lagi ia menangkap pinggang
lawannya dan di angkat ke udara. Kemudian dengan mengerahkan tenaga ia
melemparkan sekuat-kuatnya. Tetapi si pemuda ningrat bukannya lawan yang
lemah, la tahu bahaya. Begitu dirinya terapung di udara, segera teringatlah
jurus-jurus ilmunya. Sebelum tubuhnya mendarat ke tanah ia menjejak keras.
Seketika itu juga, tubuhnya melesat seperti sebatang tombak terlem-parkan.
Dengan cepat ia menyambar paha Sangaji dan didorongnya sepenuh tenaga.
Kena dorongan tak terduga itu, Sangaji roboh terguling. Melihat Sangaji
terguling, pemuda ningrat itu melesat lagi menyambar tombak salah seorang
pengiringnya. Kemudian menikam tubuh lawannya. Terang sekali, hawa
pembunuhan mulai berbicara. Itulah sebabnya penonton lantas saja mundur
berserakan. Sebaliknya di luar dugaan, Sangaji cukup berwaspada. Begitu
melihat berkelebatnya mata tombak, dengan gesit dia menggulingkan diri.
Tetapi lawannya terus memburu dengan menikamkan tombak tiada hentinya. Maka
terpaksalah ia menjejak tanah dengan mengerahkan seluruh tenaganya. Sekali
melesat ia dapat berdiri tegak berbareng dengan menghunus pedang hadiah
Willem Erbefeld. Sekarang pertempuran dilanjutkan dengari mengadu senjata
masing-masing. Sangaji menggunakan ilmu pedang ajaran Wirapati, sedangkan
si pemuda ningrat menggunakan ilmu tombak gaya Bali. Melihat gaya itu,
Mustapa terkejut.
"Ah!" ia komat-kamit. "Pemuda itu mengenal ilmu tombak Bali. Siapa gurunya?"
Suasana gelanggang pertarungan kini benar-benar menjadi sibuk tegang.
Banyak penonton yang mundur ketakutan. Raden Ayu Bumi Gede sampai pula
memekik-mekik menyerukan pertolongan. Mendengar pekik Raden Ayu Gede, Cocak
Hijau ingin membuat jasa. Segera ia melesat ke dalam gelanggang pertarungan
dan sekali depak berhasil mementalkan pedang Sangaji sehingga terapung
tinggi di udara.
Sangaji terkejut bukan kepalang. Cepat ia mundur, tetapi kalah gesit.
Tahu-tahu ia kena hajar pundaknya. Hebat akibatnya. Selama berguru kepada
Wirapati dan Jaga Saradenta belum pernah ia bertemu pukulan sekuat itu.
Kecuali kala kena terkam Pringgasakti. Itulah sebabnya, lengannya lantas
saja lumpuh tak dapat digerakkan.
"nDoromas! Minggir! Biar kutamatkan riwayat bocah itu, agar nDoromas bebas
dari gangguannya ..." kata Cocak Hijau.
Habis berkata demikian, dengan gesit ia meloncat lagi dan menerjang.
Sangaji tak ber-daya mempertahankan diri. Masih dia berusaha menangkis,
tetapi bagaimana mampu melawan tenaga Cocak Hijau yang dahsyat, la
berguling bergelimpangan di tanah. Tatkala itu dalam sekilas pandang ia
melihat telapak kaki Cocak Hijau terjun hendak menginjak lehernya. Cepat ia
bergulingan. Tetapi Cocak Hujau lebih gesit lagi. Berbareng dengan
datangnya bahaya, mendadak nampaklah sesosok bayangan melesat ke dalam
gelanggang. Kaki Cocak Hijau kena terbentur. Masing-masing terpental satu
langkah dan berdiri bergoyangan.
Cocak Hijau terperanjat. Pembela Sangaji terperanjat pula. Mereka lantas
saling menga-mat-amati. Ternyata penolong Sangaji adalah seorang laki-laki
berumur kurang lebih 60 tahun.
Rambutnya nampak putih dan sebagian kepalanya tertutup oleh kopiah hitam.
Mukanya licin, sama sekali tak berkumis atau berjenggot. Ini menandakan,
kalau orang itu gemar pada kebersihan. Pakaian yang dikenakan warnanya agak
kelabu.
"Apakah Tuan yang bernama Cocak Hijau, pendekar dari Gresik?" kata orang
itu. "Hari ini aku yang rendah dapat berjumpa dengan Tuan, alangkah besar
rejekiku."
"Hm ... bagaimana berani kamu menyebut diriku sebagai pendekar Gresik,"
sahut Cocak Hijau dengan suara parau. "Namaku sebenarnya Daeng Malawa. Cuma
orang usilan saja yang menyebut diriku Cocak Hijau. Bolehkah aku mengenal
nama Tuan dan gelar Tuan?"
Orang itu tersenyum manis. "Aku seorang pegunungan. Padepokanku berada di
sebelah selatan Gunung Lawu ..." jawabnya dengan takzim.
"Ih!" potong Cocak Hijau terkejut. "Apakah Tuan yang di sebut Panembahan
Tirtomoyo? Ah, mataku buta sampai tak mengenal tingginya gunung dan
dalamnya lautan. Maafkan aku ..."
Mendengar disebutnya nama itu, Manyarsewu dan Yuyu Rumpung ikut pula
terperanjat. Hanya mereka yang masih asing bagi pendengarannya tiada
mempunyai kesan. Mereka hanya kagum atas kegesitannya tadi. Diam-diam
mereka memperhatikan warna dan potongan pakaian yang dikenakan. Kesan
mukanya dan pribadinya.
Sebaliknya, Manyarsewu dan Yuyu Rum-pung nampak mengerinyitkan dahinya.
Sudah lama mareka mengenal nama itu. Suatu nama yang agung bersemarak
melintasi gunung-gunung. Bagaimana tidak? Panembahan Tirtomoyo adalah
seorang saleh. Kecuali itu sakti dan berwibawa besar. Pada jaman Perang
Giyanti, ia adalah seorang pejuang ulung di samping Raden Mas Said. Banyak
sekali jasanya dalam sejarah kebangkitan Kerajaan Mangkunegoro.
Dengan tersenyum ramah, Panembahan Tirtomoyo menghampiri Sangaji dan
berkata kepada Cocak Hijau, "Sama sekali aku tak kenal bocah ini. Aku hanya
tertarik pada kemuliaan hatinya dan kegagahannya. Karena dorongan hati itu,
aku memberanikan diri terjun ke dalam gelanggang dengan maksud memohon
ampun pada Tuan."
Melihat sikapnya yang sopan santun dan tahu merendahkan diri, semua orang
lekas saja terpikat. Cocak Hijau sendiri jadi segan pula. Dengan membungkuk
hormat, ia me-nyatakan persetujuannya.
Panembahan Tirtomoyo membungkuk hormat juga dan menyatakan terima kasih
beru-lang kali. Tatkala memutar tubuh hendak meninggalkan gelanggang,
mendadak pedangnya bersinar tajam kepada si pemuda ningrat. Berkata angker,
"Siapa namamu? Siapa pula gurumu?"
Tatkala si pemuda ningrat mendengar nama Panembahan Tirtomoyo, ia sudah
menjadi gelisah. Agaknya ia pernah mendengar nama itu. Segera ia hendak
berlalu, mendadak ia kena pandang. Gugup ia menjawab pertanyaan Panembahan
Tirtomoyo, "Aku putra Pangeran Bumi Gede. Nama guruku tak dapat kusebutkan
di sini."
"Hm! Bukankah gurumu pendeta edan-edanan dari Karangpandan?" bentak
Panem-bahan Tirtomoyo.
Untuk mempertahankan harga diri dan menutupi rasa gugupnya, si pemuda
ningrat tertawa cekikikkan. Ia hendak membelokan perhatian.
Tetapi ia terkesiap ketika melihat pandang Panembahan Tirtomoyo yang
menyala seperti sebilah belati menusuk ulu hati. Maka kuncuplah hatinya dan
segera ia mengangguk.
"Hm! Memang sudah kuduga, kamu murid adikku." Kata Panembahan Tirtomoyo.
"Bagus benar kelakuanmu. Apa kau tak pernah menerima petuah gurumu? Apa kau
tak per-nah menerima pesan-pesan sumpah suatu perguruan?"
Pemuda ningrat itu tampak berubah air mukanya. Benar-benar hatinya kuncup
kena pandang Panembahan Tirtomoyo. Selagi dia kebingungan, mendadak ibunya
memanggil, "Ayo pulang! Apa lagi yang kautunggu?"
Lega hatinya mendengar panggilan itu. Dengan demikian ia mempunyai alasan
untuk meninggalkan lapangan. Tetapi teringat akan kata-kata Penembahan
Tirtomoyo, kalau gurunya adalah adiknya ia jadi cemas. Khawatir jika sepak
terjangnya pada hari itu terdengar oleh gurunya yang sok edan-edanan,
segera ia mengubah sikapnya yang keagung-agungan. Cepat-cepat ia membungkuk
memberi hormat kepada Panembahan Tirtomoyo seraya berkata takzim, "Paman
mengenal guruku. Karena itu, sudilah Paman datang berkunjung ke rumah
pon-dokanku di kota ini. Ingin aku mendengar petuah-petuah Paman yang lebih
mendalam. Pasti ada guna-faedahnya bagiku."
Penembahan Tirtomoyo bukanlah seorang anak kemarin sore. Ia seorang yang
mempu-nyai pergaulan luas dalam kalangan ningrat.
Maka ia tahu pula arah lagak-lagunya. Dengan suara dingin ia menjawab, "Hm."
Pemuda ningrat itu benar-benar cerdik. Melihat gelagat kurang baik, segera
ia meng-hampiri Sangaji sambil membungkuk takzim. Berkata merendahkan diri,
"Saudara! Kalag tidak bertempur, pastilah kita berdua tak bakal saling
mengenal. Aku sangat mengagumi ilmu kepandaianmu. Maka itu, perkenankan
pula aku mengundangmu juga datang berkunjung ke pondokanku. Ini bukan
rumahku, tapi aku punya keleluasaan untuk menerima tamu undanganku. Maukah
kau memenuhi harapanku ini demi memperkokoh suatu persahabatan?"
Tetapi Sangaji bukanlah seorang pemuda yang bisa menyesuaikan diri dengan
suatu perubahan pembicaraan. Hatinya terlalu sederhana dan utuh. Tanpa
menjawab, ia menuding kepada Nuraini sambil berkata, "Bagaimana soal
perjodohanmu dengan Nona itu?"
Keruan saja si pemuda ningrat jadi tersipu-sipu. Cepat-cepat ia berusaha
menyembunyi-kan peristiwa itu di hadapan ibunya. Berkata mengesankan, "Hal
itu akan kita bicarakan bersama dengan perlahan-lahan."
Mendengar jawabannya, Mustapa menghampiri Sangaji dan menarik lengannya
ber-bisik, "Anak muda, mari kita pulang! Apa perlu melayani seorang bangsat
kecil?"
Meskipun diucapkan dengan berbisik, tetapi pemuda ningrat itu mendengar
tiap patah katanya dengan jelas. Menuruti tabiat dan harga dirinya, pasti
ia akan mengumbar rasa mendongkolnya. Tetapi ia nampak tersenyum
seolah-olah hendak memperlihatkan kesa-barannya. Semua orang tahu, kalau
dia segan terhadap Panembahan Tirtomoyo.
"Paman." Katanya sejurus kemudian kepada Panembahan Tirtomoyo. "Sampai di
sini kita berpisah. Benar-benar aku menunggu kunjungan Paman."
Bersambung
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
Singkatan
Susilo Bambang Yudoyono menjadi SBY,
joko widodo menjadi jokowi,
jusuf kala jd jk,
tapi mereka bingung dalam memilih ketua kpk yg baru, karena bila nama para
calon calonnya disingkat Jadi lucu , seperti :
1.Satrio Priyono Budi Utomo menjadi SPBU.
2.Narto Komar Baharudin menjadi Narkoba,
3.Busyro Burhan Ahmad Yamin menjadi Bubur Ayam,
4.Bakhlul Somad menjadi Bakso,
5.Citro lukito Basuki menjadi Ci luk baa,
6.Hamdaan Hamid Hasibuan menjadi Hahaha ,
7.Baihaki Harun Yahya menjadi Bahaya,
8.Emanuel Bernadi Petrus Cahya menjadi Ember Pecah.
Jangan ketawa sendiri, kirim ke group lain biar semua group ketawa!!!
😃😃😃. . .
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
*Sudah 65 tahun*....!!
Seorang wanita 65 tahunan berdiri di samping pagar kapal pesiar, menikmati
liburan.
Dia menggunakan kedua tangannya untuk memegang topi di kepalanya agar tidak
terbang.
Seorang pria mendekati wanita itu dan berkata :
"Nyonya, .... saya minta maaf, gaun bawah anda tertiup hingga terangkat ke
atas!"
Wanita itu menjawab :
"Pak, jika saya lepaskan tangan saya dari topi ini, sudah pasti topi saya
akan terbang."
"Aku mengerti Nyonya.... sekali lagi maaf.... tapi nyonya tidak memakai
celana dalam," jawab pria itu.
Wanita itu melihat ke bawah, lalu kembali menatap ke pria itu dan berkata :
"Pak,.... *apapun yang Anda lihat di bawah, itu barang sudah lebih dari 65
tahun."*
_*"Sedangkan topi ini baru saya beli kemarin....!!!"*_
😁😃🤣😜🤣
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
@bende mataram@ Bagian 100
Bagian 100
Waktu itu si pemuda ningrat telah menghadap ibunya. Nampak sekali, kalau
dia manja benar pada ibunya. Ia menjengukkan kepalanya ke dalam kereta
sambil berbicara tak begitu terang. Ibunya—yang disebut Raden Ayu Bumi
Gede—terdengar pula berbicara. Lamat-lamat dia berkata, "Mengapa berkelahi?
Lihat, kau tak mengenakan baju luar. Kalau sampai masuk angin, apa jadinya?"
"Ibu. aku sedang bermain-main. Bukan berkelahi seperti Ibu sangka," si
pemuda ningrat memberi keterangan.
Lengan Raden Ayu Bumi Gede, nampak menjulur dari balik dinding kereta.
Lengan itu berwarna kuning manis dan berkesan bersih. Kemudian terdengar
Raden Ayu Bumi Gede berkata agak terang, "Pakailah bajumu! Mari kita ke
Kadipaten! Ayahmu sudah lama menunggu kehadiranmu."
Mendengar suara terang itu, kembali Mustapa terkejut sampai tubuhnya
bergetaran. Tak disadari sendiri, mulutnya berkomat-uml 'Ah, masa dia? Apa
benar ada dua wanita yang mirip suaranya di dalam pagutan hidup ini? Mana
bisa!"
Nuraini yang berdiri dekat padanya, kembali minta penjelasan, "Ayah
berbicara dengan siapa?'
Mustapa terkejut. Gugup ia menjawab sambi tersenyum pahit seakan-akan
mengejek dirinya sendiri, "Ah, pikiranku sedang angot, anakku. Aku teringat
kepada ibumu."
Mendengar keterangannya, Nuraini jadi perasa. Berkatalah dia menenteramkan,
"Bukankah Ibu telah lama meninggal dunia?"
Maksud Mustapa hendak mewartakan tentang isterinya, tetapi Nuraini mengira
dia sedang membicarakan ibu kandungnya. Meskipun demikian, Mustapa tidak
berusaha menjelaskan. Kembali ia tersenyum pahit sambil menjenak napas.
Seorang pengiring segera memungut jaket si pemuda ningrat yang dibuang
Sangaji ke tanah tatkala menungkrap kepalanya. Pengiring itu agaknya hendak
membuat jasa di hadapan Raden Ayu Bumi Gede. Dengan mata melotot ia
mendamprat Sangaji.
"Kau monyet kampungan! Lihat, kau membikin kotor jaket nDoromas."
Sangaji tak meladeni. Melihat sikap orang, pengiring itu memperoleh hati.
Terdorong oleh suatu keinginan hati agar mendapat pujian Raden Ayu Bumi
Gede dan mengira pula Sangaji seorang pemuda kampung yang tidak
berkepandaian, pengiring itu lantas saja meng-hampiri dengan membawa
cambuk. Dengan sekuat tenaga ia mengayunkan cambuknya hendak menghajar
Sangaji sesuka hatinya. Tak tahunya, Sangaji meloncat membela diri. De-ngan
sebelah tangan ia menangkap lengannya, kemudian tangannya menyapu sambil
me-nyodokkan siku. Tak ampun lagi, si pengiring yang malang itu jatuh roboh
terguling. Sangaji nampaknya benar-benar mendongkol bercampur dengki.
Serentak ia merampas cambuk itu dan disabetkan pulang balik ke muka si
pengiring sampai babak belur berbentong-bentong.
Sebagian penonton yang tadi kena gertak dan cemeti polisi, diam-diam memuji
kebera-nian Sangaji. Mereka bersyukur dalam hati, menyaksikan salah seorang
pengawal kereta berkuda kena hajar.
Tetapi polisi-polisi yang lain, yang menjadi pula pengiring istri Pangeran
Bumi Gede, datang
membela rekannya. Mereka lantas mengepung Sangaji dan menyerang setengah
kalap karena gusar. Sangaji tidak gentar. Dengan cekatan ia menangkap salah
seorang di antara mereka, lalu dilemparkan ke udara. Belum lagi orang itu
jatuh ke tanah, lainnya terlempar pula. Begitulah saling susul seperti bola
keranjang terjun dari udara ke udara.
Penonton bersorak gembira, mengagumi keperkasaan Sangaji. Sebaliknya si
pemuda ningrat jadi penasaran. Segera ia melompat kembali ke tengah
gelanggang sambil membentak, "Hai! Kau masih saja berani ugal-ugalan di
depanku?"
Terus saja ia menyambar Sangaji yang sedang menerkam dua orang polisi.
Sangaji tak menjadi gugup. Cepat ia mendorong dua orang polisi itu sebagai
perisai. Maka celakalah nasib mereka berdua. Mereka kena hajar majikannya
sendiri, sampai berkaok-kaok kesakitan.
Si pemuda ningrat semakin bertambah gusar. Lantas saja ia merangsak maju
dengan melepaskan jurus-jurus berbahaya. Sangaji mengelak dan membela diri.
Dan sebentar saja, mereka berdua bertempur kembali.
"Jangan berkelahi! Tahan!" teriak Raden Ayu Bumi Gede dari dalam keretanya
sambil melongok ke luar jendela.
Agaknya pemuda ningrat itu biasa dimanjakan ibunya. Ternyata ia tak
mendengarkan larangan ibunya, malahan menjawab, "Ibu! Biar kulabraknya
bocah kampungan ini!"
la lantas memperhebat tekanan. Terang sekali, maksudnya hendak mencari muka
dan memamerkan kepandaiannya pula kepada ibunya. Tetapi ia kecele. Sampai
lebih dari empat belas jurus, serangannya selalu saja kena digagalkan
Sangaji. Itulah sebabnya, kini ia benar-benar menumpahkan seluruh
perhatiannya. Ia, merangsak dan merangsak tiada henti. Akhirnya pada jurus
ke delapan belas, ia berhasil merobohkan Sangaji sampai dua kali
berturut-turut.
Dalam pada itu Mustapa tidak lagi menaruh perhatian kepada perkelahian itu.
Pandangannya lagi dipusatkan kepada Ibu si pemuda ningrat yang menjengukkan
kepalanya di jendela kereta. Ternyata Raden Ayu Bumi Gede seorang perempuan
yang berwajah manis luar biasa. Rambutnya tersisir rapi dan digelung bagus.
Padang raut mukanya terang ben-derang, karena bermata cemerlang, beralis
tebal dan berhidung mungil. Di atas bibirnya bersemayam sebuah tahi lalat
hitam menyolok. Inilah suatu keselarasan yang jarang terdapat di kolong
dunia. Dan begitu Mustapa mengamat-amati wajah perempuan itu, lantas saja
berdiri terpaku dengan pandang mata tak berkedip.
Sangaji kala itu, kena dirobohkan lagi. Tetapi ia emoh menyerah kalah.
Bahkan kian lama kian ngotot. Tubuhnya seolah-olah kian perkasa bagaikan
sebuah patung besi. Sekarang, ia tak bisa dirobohkan lagi. Gerak geriknya
mantap dan berbahaya.
Si pemuda ningrat heran sampai tercengang sebentar. Tak dapat ia menebak,
mengapa lawannya bertambah lama nampak bertambah kuat serta ulet. Kalau
tadi ia berhasil me-robohkan manakala kakinya mengenai sasaran, kini jatuh
sebaliknya. Beberapa kali ia melepaskan tendangan. Tetapi aneh! Sangaji tak
bergeming. Malahan terasa tenaganya kena terhisap. Ia tak mengerti khasiat
pohon sakti pohon Dewadaru yang telah mendarah daging dalam tubuh Sangaji.
Seseorang yang telah menghisap getah pohon itu, akan bertambah kuat dan
kuat manakala tubuhnya terus bergerak. Karena otot-ototnya lantas menjadi
kejang dan aliran darahnyapun semakin cepat. Darah ini seperti berdesakan
mencari tempat dan berusaha meruap keluar. Apabila tubuh kena pukulan,
dengan sedirinya bebareng mendesak melegakan diri. Itulah sebabnya, Sangaji
tak mempan kena pukulan betapa keraspun. Ia nampak seperti orang kebal yang
tahan melawan tajamnya senjata atau peluru.
Dalam pada itu, si pemuda kumal dan Kartawirya nampak kembali
berlari-larian me-masuki gelanggang. Kali ini keadaan Kartawirya tambah
korat-karit. Rambutnya jadi awut-awutan dan wajahnya keruh seperti babi
terpanggang. Goloknya yang bercabang tiga nampak mentublas selembar kertas
cukup besar yang tertera sederet tulisan: "Babi ini dilelangkan."
Dengan demikian, terang-terangan Kartawirya dianggap sebagai seekor babi
yang hendak dilelangkan karena tiada guna. Sudah barang tentu, mereka yang
dapat membaca tulisan itu sekaligus tertawa berkakakkan. Sedangkan yang
buta-huruf buru-buru minta penjelasan. Apabila telah mendapat penjelasan
segera mereka tertawa bergegeran.
Si pemuda kumal benar-benar hendak nsempermain-mainkan Kartawirya
sepuas-puas harinya, la lari bolak-balik sambil meloncat-loncat gesit. Tak
lama kemudian, ia me-ngduarkan segulung kertas lagi yang ada tulisannnya
pula. Entah kapan ia menulis, orang tak tahu. Hanya saja gulungan kertas
itu lantas dipetang pada sebilah tongkat semacam bendera. Dan di antara
kibaran angin terbacalah uksannya: "Minggir! Minggir! Babi hitam itu
terlalu galak!"
Keruan saja, penonton yang bisa membaca bertambah tertawa gelak. Mereka
sampai berlompat-lompatan ke udara karena geli bercampur kagum. Tak lama
lagi munculah Tiga badut lainnya. Merekalah si Setan Kobar, Cekatik gelar
Simpit Ceker Bebek dan Maling. Mefeka beriari-larian seperti sedang
berlomba. pada pantatnya masing-masing terpancang tali panjang seperti
ekor. Pada ujungnya tertempel selembar kertas pula, yang berkibar-kibar ke
udara. Kertas inipun ada hurufnya yang terbaca cukup terang: "Inilah
anak-anak kuda binal."
Manjarsewu dan Cocak Hijau tercengang-cengang sampai berdiri bengong.
Terang sekali, mereka bertiga kena dirobohkan si pemuda kumal. Mukanya
nampak benjut dan gosong. Lantas saja mereka berdua sibuk menduga-duga
tentang si pemuda kumal.
Sangaji sedang bertempur dengan sengitnya melawan si pemuda ningrat, la tak
mempunyai kesempatan untuk melihat permainan badut-badutan itu. Lengannya
kena dihajar dua kali oleh lawannya. Tetapi segera ia dapat membalas dua
kali pula dan kini berkelahi dengan menggunakan jurus-jurus gabungan ajaran
Wirapati dan Jaga Saradenta. Dia nampak tangguh, kuat, bengis, dan
berbahaya. Si pemuda ningrat sendiri lantas saja terpaksa mengeluarkan ilmu
simpanannya yang berbahaya. Dengan demikian, kedua-duanya terancam oleh
suatu serangan yang bisa mengakibatkan luka parah tak terlukiskan.
Manjarsewu, Cocak Hijau dan Yuyu Rum-pung yang merasa diri sebagai,
pendekar sakti, tahu menjaga kehormatan diri. Mereka tak mau melerai atau
mencampuri urusan. Hanya saja mereka nampak mengkhawatirkan keselamatan si
pemuda ningrat. Karena itu nampak sekali, kalau mereka sedang bersiaga
membantu si pemuda ningrat, apabila benar-benar dalam keadaan berbahaya.
Tetapi munculnya si pemuda kumal, sedikit banyak mengganggu juga pemusatan
perhatiannya. Apalagi Yuyu Rumpung. Orang tua bertubuh pendek buntet itu
merasa sebal, menyaksikan kemenakan muridnya kena dipermainkan si pemuda
kumal demikian rupa.
Makin lama Sangaji kelihatan makin gagah. Hal ini tidak mengherankan. Getah
Dewa-daru kini benar-benar sedang bekerja. Getah sakti itu seolah-olah ikut
bertempur dengan sibuknya. Sebaliknya si pemuda ningrat nampak letih.
Maklumlah, sebagai seorang yang biasa hidup dimanjakan di dalam istana
mungkin juga kurang berlatih dengan sungguh-sungguh. Itulah sebabnya,
lambat laun ia jadi terdesak. Sekarang bahkan hanya bisa membela diri saja.
Mendadak Sangaji melompat menerkam. Cepat-cepat ia meninju sejadi-jadi-nya
dengan maksud menahan serangan. Tetapi Sangaji dapat berlaku sebat.
Gerakannya lebih cepat. Dengan tangan kanan ia membentur siku si pemuda
ningrat. Berbareng dengan itu tangan kirinya maju membekuk leher.
Bersambung
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
*Cerita Anak Siantar*.....
Ku suruh anakku ke kede beli Gula 1kg... tapi udah 1 jam gak pulang2...
Begitu pulang langsung ku omelin...
Aku : Kebiasaan ko ya.. kalok disuruh ke kede pasti lama baliknya, maen2
dulu ya?!! Masa' beli Gula aja sampek 1 jam...!!
Anak : Bukannya maen Mak... Tadi di depan kede ada orang kehilangan uang
100 ribu... Dia carik2 sampek 1 jam...
Aku : Jadi ikot ko nyariknya??
Anak : Ya enggak lahhh... Awaq cuma bediri aja...
Aku : Trus ngapain ko bediri aja, kok nggak bantuin nyarik.!!
Anak : *Kan uangnya awaq pijak...*
😆😆😆🙏🙏🙏👍👍👍
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
"Kenapa Orang Tua Tetap Memilih Jadi Gaptek"
SEORANG pria muda telah menghabiskan waktu 1 jam di bank bersama bosnya
hanya untuk mentransfer sejumlah uang.
Pria itu tidak bisa menahan diri & bertanya.
''Bos, kenapa tidak mengaktifkan internet banking?
"Mengapa aku harus melakukan itu?'' tanya bos.
''Nah, Bos tidak perlu menghabiskan waktu 1 jam di sini untuk melakukan
hal-hal seperti mentransfer uang. Bos bahkan bisa melakukan belanja online.
Semuanya akan sangat mudah!''
Pria itu, jadi sangat bersemangat untuk membujuk bosnya beralih ke dunia
internet banking.
Lalu bos kembali bertanya, ''jika saya melakukan itu, saya tidak perlu
keluar rumah?"
''Ya, ya''! jawab pria itu.
Ia menjelaskan kepada bos, bagaimana barang-barang kelontong bisa dikirim
sampai di depan pintu rumah sekarang & bagaimana Amazon bisa memberikan
segalanya!
Tapi, jawaban bos membuat pria itu bungkam.
Bos berkata ...
''Sejak aku memasuki bank hari ini, aku telah bertemu dengan 4 orang temanku.
Aku mengobrol sebentar dengan staf yang mengenalku dengan baik sekarang.
Kamu tahu aku ini hidup sendiri. Inilah waktu bertemu teman yang aku butuhkan.
Aku bersemangat & bersiap-siap datang ke bank.
Aku menyediakan cukup waktu.
Itu adalah sentuhan fisik yang aku idamkan.
Dua tahun lalu waktu aku sakit.
Pemilik toko tempat aku membeli buah, datang menjengukku & duduk di samping
tempat tidurku bahkan menangis.
Saat istriku jatuh beberapa waktu lalu saat berolahraga jalan pagi, tukang
kelontong setempat melihatnya & segera membawa mobilnya untuk mengantar
istriku pulang saat dia tahu di mana kami tinggal.
Apakah aku bisa mendapatkan sentuhan manusia seperti itu jika semuanya
dilakukan dengan online?
Mengapa aku menginginkan semuanya dikirimkan kepadaku & memaksaku untuk
berinteraksi hanya dengan komputer atau smartphone?
Apakah Aku salah jika Aku ingin mengenal orang yang berbincang dengan ku &
bukan hanya sebagai penjual.
Ini menciptakan ikatan.
Relasi...
Apakah Amazon juga bisa memberikan semua ini???
Technology isn' t life,
Spend time with people.
Not with devices ???
Teknologi bukanlah kehidupan.
Luangkan waktu bersama dengan orang.
Bukan dengan perangkat canggih.
Atau Anda akan menyesal selamanya.
Karena waktu tidak akan pernah kembali.
Selagi masih bisa dan ada waktu.
Mari kita menyapa, menghargai orang-orang di sekeliling kita yang kita
jumpai setiap hari.
#sgt #inspirasi
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
7.30.2019
*CERITA PENDEK*
PAPA. : Ma kalau Papa suka Selfie gimana, boleh gak.
MAMA : Boleh aja Pa, asal jangan sering2
PAPA : Oke, Ma...
Akhirnya si Papa hanya seminggu sekali pergi ke rumah Selfie. Dan si Papa
bahagia selamanya.
-TAMAT-
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
Adegan pemakaman termahal
Foto oleh Tahukah Anda?
tahukahanda69 Duo sutradara Avengers: Endgame, Anthony dan Joe Russo yakin kalau adegan itu adalah adegan termahal yang pernah ada dalam sejarah sinema dunia. Dengan banyaknya karakter di adegan tersebut—dimana semua pahlawan hadir di satu tempat—Russo Bersaudara itu yakin kalau adegan itu adalah yang termahal dalam sejarah terkait gaji yang didapatkan orang-orang dalam adegan tersebut.
Bagi yang telah menonton Avengers: Endgame, tentu tahu bahwa pemakaman Tony dihadiri semua pahlawan Marvel Cinematic Universe (MCU) yang dikenal selama ini. Dari Captain America, Bucky, Falcon, Spider-Man, War Machine, Pepper Potts, Doctor Strange, Nick Fury, Captain Marvel, grup Guardians of the Galaxy minus Gamora, Hulk, Hawkeye, dan lain-lain, termasuk Happy Hogan dan Bibi May, adegan itu pun terasa padat. "Kami biasa bercanda, dan saya tidak tahu apakah itu candaan, itu mungkin adegan termahal dalam sejarah film. Itu banyak gaji di satu adegan itu saja. Setidaknya, itu adalah hari termahal para ekstra dalam sejarah film, di luar Cleopatra," ujar Joe Russo yang dikutip Movie Web.
Ketika ditanya apakah ada penggunaan CGI dalam pembuatan adegan tersebut, Joe hanya menjawan, semua orang ada di sana. Ini menandakan, tidak ada tipuan yang dipakai untuk menyatukan semua orang di hari itu di Georgia, lokasi syuting Avengers: Endgame. Untuk memastikan semua orang bisa tiba di lokasi dan tidak memakan waktu lama, duo sutradara itu memilih sebuah peternakan yang sangat dekat dengan bandara Atlanta. Tempat itu kini disewakan di Air BnB.
Untuk membuat semua bisa tiba di sana bersama tanpa memberitahu mereka untuk apa mereka di situ, Russo bersaudara mengatakan kepada para bintang itu kalau mereka akan syuting adegan pernikahan, seperti yang dikatakan sejumlah aktor kepada media berkali-kali. Ini dilakukan untuk menjaga kerahasiaan cerita dan plot film tersebut dan mencegah para aktor itu untuk mengungkapkan spoiler atau bocoran tentang adegan super penting itu.
Sumber : Sindonews.com
--
Sent from myMail for Android
Cerita ini ribet banget!!!!! diambil dari Sosmed, yg nulis nga jelas!!
tp yg jelas begitulah politik Indonesia... orgnya sebenarnya itu itu aja
asal muasalnya... hanya beda waktu dan panggung saja... 😬
*TENTANG ORANG-ORANG YANG MAKAN SIANG.*
*****
Megawati punya ayah, dan nama ayahnya adalah Soekarno. Prabowo punya ayah
dan ayahnya bernama Soemitro. Dahulu ayah Mega berteman dengan kakek
Prabowo sekaligus ayah Sumitro. Kemudian ayah Prabowo, Sumitro, karena ia
pintar, kemudian ia diangkat jadi menteri di kabinet Soekarno, ayahnya
Mega. Lalu karena tidak sepakat dengan kebijakan Soekarno, ayah Prabowo
kemudian bergabung dan memberontak terhadap kekuasaan ayahnya Mega.
Kamudian perlawanan gerakan ayah Prabowo dkk sukses dikalahkan oleh ayah
Mega, sehingga ayah Prabowo yang tak mau menyerah mengasingkan diri ke luar
negeri, sehingga Prabowo pun ikut hidup berpindah pindah ke luar negeri
ikut ayahnya.
Lalu beberapa tahun kemudian, ayah Mega dijatuhkan oleh para mahasiswa dan
kemudian digantikan oleh Soeharto. Ketika Soeharto berkuasa, akhirnya ayah
Probowo dan Prabowo pulang ke Indonesia, dan kemudian ayah Prabowo kembali
diangkat jadi menteri oleh Soeharto. Beberapa tahun kemudian Prabowo
sekolah di akademi militer, dan kemudian lulus jadi tentara. Soeharto
selaku presiden saat itu punya beberapa orang anak, salah satunya adalah Titik.
Kemudian Titik kawin dengan Prabowo, dan punya satu orang anak. Lalu anak
Prabowo dan Titik punya sepupu yang namanya Ari, lalu kemudian Ari menikah
dengan anak Heldi Jakfar, yang merupakan mantan istri Soekarno, sekaligus
ibu tiri Mega. Jadi mantan saudara tiri Mega menikah dengan keponakan
Prabowo, yang juga berarti cucu Soeharto menikah dengan anak mantan istri
Soekarno. Beberapa lama kemudian Prabowo berpasangan dengan Mega di tahun
2009, kemudian mereka dikalahkan oleh pasangan Yudhoyono dan Budiono,
sedangkan sebelumnya di 2004, Mega dikalahkan oleh Yudhoyono yang
berpasangan dengan Kalla.
Yudhoyono adalah mantan kawan satu angkatan Prabowo di akademi militer yang
sekaligus juga mantan anak buah Mega. Yudhoyono punya istri yang namanya
Ani. Ani ini adalah anak Sarwo, dan ketika Prabowo dan Yudhoyono sekolah
militer, Sarwo adalah kepala sekolahnya. Dulunya Sarwo pernah jadi bawahan
ayah Mega dan juga bawahan mertua Prabowo, Soeharto. Sarwo adalah panglima
penumpasan PKI, sehingga memuluskan jatuhnya ayah Mega selaku presiden dan
memudahkan naiknya mertua Prabowo. Sedangkan Kalla selaku wakil Yudhoyono,
ayahnya dulu yaitu Haji Kalla adalah pedagang yang mendapatkan hak istimewa
dari ayah Mega, sehingga dapat berkembang menjadi pengusaha yang kemudian
anaknya mengalahkan Mega. Selain itu, Kalla juga dulu pernah jadi anak buah
Mega. Sedangkan Boediono, dia dulu adalah murid dari ayah Prabowo.
Kalla punya seorang anak perempuan, dan mertua anak perempuannya itu adalah
sineas kepercayaan mertua Prabowo. Besan Kalla itu dulunya adalah yang jadi
sutradara pilem G-30S PKI yang melegenda itu, film yang mendiskreditkan
kekuasaan ayah Mega. Beberapa tahun kemudian, Prabowo mencalonkan Anies
atas usulan Kalla, lalu Mega mencalonkan Joko Untuk melawan Prabowo. Anis
yang dicalonkan Prabowo punya kakek bernama Abdurrahman. Dulu Abdurrahman
adalah temannya Soekarno, ayahnya Mega. Abdurrahman juga pernah jadi anak
buah ayah Mega selaku menteri muda. Selain itu, kakek Anis ini dulu punya
kolega yang namanya Sjafruddin. Sjafruddin ini dulu juga anak buah ayahnya
Mega, dan Sjafruddin adalah pimpinan ayah Prabowo ketika melakukan
pemberontakan terhadap ayahnya Mega.
Sjafruddin punya anak yang namanya Farid, dan Farid adalah temannya
Prabowo. Ketika didukung oleh Prabowo, Anis berpasangan dengan Sandi. Sandi
ini punya paman bernama Arif. Pamannya Sandi punya anak, dan anaknya
dinikahkan dengan anak Fauzi. Fauzi adalah menantunya Soedjono, dan Fauzi
di 2012 dikalahkan oleh calon yang diusung Mega dan Prabowo. Soedjono
adalah asisten pribadi dan penasehat spiritual mertua Prabowo, Soeharto.
Dan Soedjono juga yang mendukung mertua Prabowo untuk mengakhiri kekuasaan
ayahnya Mega sebagai presiden.
Beberapa waktu lalu Prabowo dikalahkan di MK oleh tim Joko. Joko adalah
orang yang diorbitkan oleh Mega dan Prabowo, yang kemudian mengalahkan
Prabowo. Di MK tim Joko dipimpin oleh Yusril. Yusril ini dulunya adalah
penulis pidato mertua Prabowo dan juga pernah jadi anak buah Mega. Ayah
Yusril di Belitung punya kolega seorang kepala polisi yang punya beberapa
orang anak, dan salah satu anaknya itu bernama Surya. Surya dulu satu
partai dengan Prabowo dan kemudian ikut jejak Prabowo bikin partai.
Dan beberapa waktu lalu Mega, Prabowo, Surya, dan Anis makan siang.
Udah, itu aja dulu. 😆
~ fb Pieter Gontha
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
Faceapp
Setelah lihat postingan foto di FB istrinya, seorang suami menjapri via WA.
"Ma, jangan ikut-ikutan main foto-foto tua gitu."
"FaceApp, maksudnya?"
"Iya."
"Kenapa?"
"Baca di artikel Forbes deh. Aplikasi itu bisa nyolong data pribadi."
"Lha, memangnya siapa yang main FaceApp?"
"Itu di FB Mama barusan..."
"ITU FOTO ARISAN MINGGU LALU, AYAH!!!"
Dan sang suami pun terancam bobo di teras.
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
@bende mataram@ Bagian 99
Bagian 99
Mendengar teriakan mereka, Sangaji terkejut. Barulah kini dia sadar, kalau
kawannya itu sebenarnya seorang pemuda bukan semba-rangan. Terang sekali,
kalau dialah yang menggantung ketiga orang itu seorang diri.
"Hebat!", puji Sangaji dalam hati.
Peristiwa Kartawirya dan ketiga rekannya kena dipermainkan seorang pemuda
kumal, masuk dalam pembicaraan Manyarsewu dan Cocak Hijau. Manyarsewu
sesungguhnya seorang pendekar sakti dari Ponorogo. Ia sampai mendapat gelar
Warok Ponorogo yang disegani pendekar-pendekar sakti lainnya. Sedangkan
Cocak Hijau sebenarnya bernama Andi Malawa berasal dari Makassar. la
menetap di Pulau Jawa setelah kawin dengan seorang gadis dari Gresik.
Semenjak itu dia mendapat gelar Cocak Hijau, karena ilmu berkelahinya yang
sangat gesit bagaikan seekor burung cocak. Seringkali dia bertanding
melawan pendekar-pendekar sekitar Gresik. Pernah pula melawat ke Malang,
Jombang, Mojokerto dan Kediri. Akhirnya bertemu dengan Manyarsewu dan
menjadi sahabat. Karena mereka berdua pernah mengadu kepandaian dan di
antara mereka tidak ada yang kalah atau menang.
"Eh, Cocak Hijau!" kata Manyarsewu. "Kabarnya Kartawirya itu mempunyai
gelar Singalodra. Kenapa dia kena dipermainkan anak kemarin sore? Lihat
laki-laki berkepala botak, bertubuh pendek buntet itu! Dia Paman guru
Kartawirya. Kelihatannya, dia men dongkol dan malu."
"Kaukenal dia?" tanya Cocak Hijau.
"Orang itu pernah keluyuran sampai ke daerah Ponorogo. Ilmunya hebat tak
tercela. Namanya Sidik Mangundirja gelar Yuyu Rum-pung. Kabarnya dia
menjadi penasehat sang Dewaresi."
Mendengar nama Yuyu Rumpung, Mustapa kaget. Diam-diam ia mengamat-amati
orang berkepala botak yang berkumis serabutan dan berperawakan pendek
buntet. Pernah dia berkeliling sampai ke daerah Banyumas.
Nama itu tak asing lagi baginya. Dia terkenal sakti dan galak. Hanya saja,
belum pernah ia melihat orangnya.
Yuyu Rumpung kelihatan gusar. Mukanya merah padam. Tangannya meremas-remas.
Dan Manyarsewu terdengar berkata lagi, "Dia gusar, lihat! Maklum,
keponakannya seperti bocah tiada guna sampai kena dipermainkan bocah ingusan."
Dalam pada itu, perkelahian antara Sangaji dan si pemuda ningrat berhenti
begitu saja. Si pemuda ningrat nampak letih. Ia berhasil merobohkan Sangaji
sampai enam tujuh kali, tetapi benar-benar harus memeras keringat.
Sebaliknya Sangaji nampak masih segar-bu-gar. Ia masih bersedia melanjutkan
perkelahian.
Mustapa datang menghampiri dan berusaha membujuknya agar mengalah.
Mula-mula Sangaji enggan mendengarkan bujukan Mustapa, tetapi akhirnya dia
menurut. Maklumlah, tidak ada niatnya mau berkelahi mati-matian melawan si
pemuda ningrat. Ketika mereka berdua mau mengundurkan diri, terdengarlah
suara ribut lagi.
Si pemuda kumal datang berloncatan sambil membawa robekan kain putih. Dia
tertawa dengan pandang berseri-seri. Tak lama kemudian, nampaklah
Kartawirya datang memburu.
Pakaian si pesolek kini berubah tak keruan macam. Kain dadanya robek,
sedang lengan bajunya buntung. Tahulah orang, kalau pemuda kumal itu telah
merobek kain dada dan lengan bajunya. Maka itu mereka tertawa riuh.
Kartawirya marah bukan kepalang sampai warna mukanya biru pengab. Dengan
sepenuh tenaga dia melesat mengejar si pemuda kumal yang telah menghilang
lagi di antara penonton. Tak lama kemudian, datang pulalah ketiga rekannya
yang berteriak-teriak sambil mengacung-acungkan senjatanya. Mereka berusaha
mengejar si pemuda kumal secepat mungkin. Tapi terang, ilmunya kalah jauh
sehingga mereka mirip tuyul-tuyul belaka.
Semua orang heran dan geli menyaksikan mereka uber-uberan tak keruan
juntrungnya. Akhirnya mereka tertawa berkakakkan seperti melihat badut.
Berbareng dengan itu, terde-ngarlah suara bentakan-bentakan dari arah
timur. Dua regu polisi datang menyibakkan penonton dengan menyabetkan
cemetinya.
"Minggir! Minggir! Raden Ayu Bumi Gede lewat!"
Semua orang terkejut. Buru-buru mereka menyibakkan diri. Buat Kota
Pekalongan, kedatangannya seorang isteri pangeran adalah jarang terjadi.
Itulah sebabnya mereka ingin melihat kaya apa seorang isteri pangeran,
seolah-olah dia bukan termasuk golongan manusia yang doyan makan dan minum.
Mendengar suara polisi dan melihat kesibukan orang, si pemuda ningrat
mengeri-nyitkan dahi. Terdengar ia menggerutu, "Siapa yang lapor aku berada
di sini?"
Para pengiringnya, tidak ada yang berani menjawab. Memang salah seorang di
antara mereka ada yang lari melaporkan peristiwa perkelahiannya dengan
Sangaji. Mendapat laporan itu, Raden Ayu Bumi Gede segera datang dengan
berkendaraan kereta berkuda.
Mustapa mendongakkan kepala. Ingin ia mendapat penglihatan agak luas.
Diapun ter-masuk seseorang yang belum pernah melihat wajah isteri kaum
ningrat tinggi. Selain isteri-isteri kaum ningrat tinggi itu jarang sekali
men-jengukkan diri di luar rumah, merekapun tinggal di dua buah kota
kerajaan belaka. Yakni Surakarta dan Yogyakarta.
Tak lama kemudian sebuah kereta berkuda empat datang bergeritan. Kereta itu
berhenti di pinggir lapangan. Beberapa pengiring lantas menghampiri dan
membungkuk hormat. Dari dalam kereta, terdengarlah suara seorang wanita,
"Mana dia? Panggil kemari! Mengapa dia berkelahi di sembarang tempat?"
Mustapa mendengar suara wanita itu cukup terang. Mendadak sekujur badannya
menggigil. Mukanya pucat dan bibirnya bergetaran lembut. Pendengarannya
seolah menangkap suatu suara yang telah lama dikenalnya. Diam-diam ia
berpikir keras, "Ih! Mengapa dia? Apa benar dia? Masa dia?"
Tiba-tiba dia tertawa perlahan mengejek dirinya sendiri. Pikirnya pula,
hmm... kalau pikiran sedang angot... mana bisa dia isteriku...
Waktu itu Nuraini datang mendekati. Ia mencemaskan dirinya karena kelihatan
berubah wajahnya. Menimbang kalau dia lagi luka parah, ia mengira rasa
sakitnya tak terta-hankan lagi. Maka hati-hati Nuraini minta penjelasan,
"Ayah, istirahatlah! Mengapa ...?"
Mustapa terkejut. Ia menoleh, lalu tersenyum pahit. Setelah itu
penglihatannya dilemparkan kembali ke arah kereta berkuda, la mulai
berpikir keras lagi. Kesan pende-ngarannya benar-benar mengejutkan hatinya.
Bersambung
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
7.29.2019
Siklus pacaran di Group WA:
Ekspektasi:
- kenalan
- jadian
- menikah
Realita:
- saling komen
- saling japri
- saling VC
- jadian
- ajak ketemuan
- lbh intens
- bosan
- berantem
- putus.
Hahahahahahahahahahahaha🥳🥳🥳 selamat siang teman2 🤣🏃🏻♀🤣🏃🏻♀
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
*SUAMI ASAL CIREBON DAMBAAN SEMUA WANITA*
Hasil Survey menyatakan bahwa suami-suami yang berasal dari Daerah Cirebon
adalah type suami yang setia dgn satu istri, tidak tertarik perselingkuhan
& tidak pernah sama sekali terbetik niat untuk berpoligami.
Maka berbahagialah ibu-ibu yg punya suami dari daerah Cirebon ini, karena
terbukti mereka adalah suami yg paling setia.
Hasil survey ini kemarin yg sungguh mengejutkan.
*"100% suami asal Cirebon hanya mau punya isteri 1 saja, mereka tidak mau
poligami dan sama sekali tdk tertarik terhadap perselingkuhan".*
Responden dipilih secara random / acak dari berbagai wilayah di sekitar:
Cirebon kota, Kabupaten, dan sekitarnya.
Metode survey dilakukan dengan cara wawancara langsung.
Saat wawancara, *responden didampingi istri masing masing dan
mertuanya*😂🤣😀😁😀
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
@bende mataram@ Bagian 98
Bagian 98
Kartawirya terkejut. Mendadak wajahnya jadi agak pucat. Katanya minta
penjelasan. "Apakah gurunya pendeta gila yang bernama Hajar Karangpandan?"
Mereka berdua tertawa mendongak.
"Ah!" Kartawirya benar-benar terkejut. Memang antara golongannya dengan Ki
Hajar Karangpandan mempunyai ganjelan dalam. Dua belas tahun yang lalu,
anak buah sang Dewaresi yang diutus mengawal Keris Tunggulmanik dan Bende
Mataram, bisa dirampas Ki Hajar Karangpandan. Rombongan yang terdiri dari
dua puluh orang, mati semua tiada seorangpun yang selamat.
"Ah, tak mungkin! Tak mungkin!" seru Kartawirya. "Pendeta gila itu
mempunyai sejarah buruk terhadap sang Dewaresi. Dia seorang musuh bebuyutan
kaum ningrat. Sedangkan sang Dewaresi adalah sekutu Pangeran Bumi Gede.
Bagaimana bisa Pangeran Bumi Gede membiarkan puteranya berguru pada musuh
kaum ningrat?"
Manyarsewu menyahut, "Apa kaukira Dewaresi mempunyai hubungan baik dengan
Pangeran Bumi Gede? Eh, seperti kau tak mengenal peraturan dunia. Kalau
saja sekarang mau akur, semata-mata bukan karena tali persekutuan melainkan
karena kepentingan yang sama."
"Apa itu?"
"Masa kau tak tahu? Pemimpinmu kepengin menjadi Bupati Banyumas yang syah.
Sedangkan Pangeran Bumi Gede mengharap bisa mendapat bantuannya untuk suatu
tujuan Jertentu."
"Mana bisa pemimpinku gila pangkat? Biarpun bukan seorang bupati, tapi
kekua-saannya melebihi seorang adipati mancanegara." Kartawirya membela
kehormatan pemimpinnya.
Manyarsewu dan Cocak Hijau tertawa melalui hidung. Sejurus kemudian berkata,
"Baiklah kalau begitu kehadiranmu di Pekalongan bukankah seaneh Ki Hajar
Karang-pandan menjadi guru putera Pangeran Bumi Gede?"
Kartawirya diam menimbang-nimbang. Berbicara mengenai keanehan, memang
kehadiran pemimpinnya di Pekalongan untuk nemenuhi undangan Pangeran Bumi
Gede susah ditebaknya.
"Pendek kata, Pangeran Bumi Gede bukan orang sembarangan. Kau tahu?" ujar
Cecak Hijau. "Beliau seorang pangeran yang pandai berergaul dan yang
mempunyai hari depan gemilang. Kalau sedari siang-siang kita bisa
menyesuaikan diri, bukankah kita bakal kebagian rejeki? Nah, lihat
pertarungan mereka!"
Mereka bertiga lantas saja melepaskan pandangannya ke arah gelanggang.
Sangaji ternyata
merubah tata-berkelahinya. Kini dia tak bergerak banyak. Malahan nampak
seperti berajal-ajalan. Tubuhnya terjaga rapat, sehing-a ke mana saja si
pemuda ningrat hendak Imelepaskan serangannya selalu batal.
"Cocak Hijau! Kau sudah tua bangkotan, coba tebak darimana asal
tata-berkelahi anak muda itu!"
Cocak Hijau diam sejenak. Ia mencoba menebak. Tetapi ternyata sia-sia belaka.
Akhirnya berkata, "Kelihatannya ilmunya kacau tak karuan. Pasti bukan
seorang guru-nya".
"Kau tua bangkotan benar," sahut Manyarsewu tertawa berkakakkan. "Melihat
gerak-geriknya dia ahli waris seorang guru yang mengutamakan tenaga jasmani."
"Hai! Bukankah hampir serupa dengan tata-berkelahinya si Kodrat dulu?" seru
seseorang dari jauh sana.
Mustapa mengamat-amati orang yang berseru itu. Ternyata ia seorang
laki-laki yang berperawakan pendek buntet. Kepalanya botak. Berkumis putih
agak tak terpelihara. Dia mengenakan pakaian putih pula seperti Kartawirya.
Meskipun Mustapa belum mengenal siapa dia, tapi dengan cepat dapat menebak
kalau dia termasuk dari golongan Kartawirya anak-buah dari orang yang
disebut sang Dewaresi. Nampaknya dia lebih tangguh daripada Kartawirya.
Mestinya kepandaian-nyapun bukan sembarangan. Selagi dia berpikir, mendadak
Kartawirya melompat ke dalam gelanggang sambil berteriak dengki, "Ah,
celaka! Kaulah bocah yang main gila...!"
Semua orang kaget. Mustapa sendiri sampai tersirat darahnya. Segera ia
bersiap hendak menolong Sangaji, jika Kartawirya terus menyerang. Tapi di
luar dugaan, Kartawirya bukan menyerang Sangaji, melainkan mengarah kepada
pemuda yang menggenakan pakaian kumal. Pemuda itu memekik terkejut. Terus
dia lari berputaran sambil memekik-mekik, "Ayo! Ayo! Ayo bermain
tikus-tikusan!"
Sangaji sedang menumpahkan seluruh perhatiannya, la heran, ketika mendengar
suara yang sudah dikenalnya. Itulah suara pemuda kumal yang dulu menjadi
temannya makan di restoran Nanking Cirebon. Tatkala ia mengerlingkan mata,
hatinya terkesiap. Pemuda ini sedang diuber-uber Kartawirya yang dulu
mengancamnya di losmen Cirebon. Perhatiannya jadi buyar, sehingga ia kena
tendang lawannya.
"Berhenti dulu!" ia berseru, sambil melompat ke luar gelanggang. "Aku
hendak pergi sebentar. Segera aku kembali."
"Lebih baik kau mengaku kalah ..." ejek lawannya.
Sangaji tidak ada niat mau berkelahi mati-matian dengan si pemuda ningrat.
Pikirannya sedang kusut, karena memikirkan nasib pemuda kumal yang sedang
diuber-uber Kartawirya. Mendadak, sewaktu ia hendak mengejar Kartawirya, si
pemuda kumal nampak kembali sambil tertawa senang. Ia lariberputar-putar
dengan mata berseri-seri. "Ayo! Ayo! Ayo main tikus-tikusan!" Dan di
belakangnya, nampak Kartawirya menguber dengan muka penasaran.
Kartawirya mencoba menubruk dengan sekuat tenaga. Tetapi si pemuda kumal
ternyata sangat gesit, la meloncat tinggi dan terus lari berputaran. Dan
dia benar-benar dapat bergerak segesit tikus. Karuan saja Kartawirya
mendongkol bukan main sampai dadanya serasa hampir meledak. Mulutnya lantas
saja bekerja, la memaki kalang kabut tak karuan juntrungnya.
Penonton jadi tertawa bergegaran. Inilah permainan lain lagi yang tak
kurang menarik perhatian. Mereka bersorak-sorak gembira. Dan si pemuda
kumal bertambah gembira. Ia lari berlompat-lompatan. Sekarang gayanya
seperti seekor kuda lagi meloncati galah. Dan demikian Kartawirya tambah
menjadi-jadi. Karena merasa dipermainkan, serentak ia menghunus sebilah
golok bermata cabang tiga. Ia terus memburu sambil menyabetkan goloknya.
Seketika itu juga, penonton jadi terdiam. Hati mereka tegang luar biasa
karena mence-maskan si pemuda kumal, bahkan kian edan-edanan. Dia lari
berputar, kemudian melesat dengan sekali melompat. Mendadak melesat kembali
seolah-olah mau menubruk dada. Karuan saja Kartawirya menjadi keripuhan.
Masih dia menyabetkan goloknya. Tapi pemuda kumal itu meloncat tinggi dan
di luar dugaan bisa mengemplang pipi pulang pergi, sehingga raut muka
Kartawirya jadi merah ungu seperti jantung babi.
"Ayo! Ayo! Sekarang bermain kuda lumping!" teriak si pemuda kumal sambil
tertawa mengejek. Ia mencibirkan bibirnya sambil melambai-lambaikan tangannya.
"Bangsat! Jangkrik! Babi! Kambing! Itik! Iblis! Setan! Gendruwo! Kuda!"
maki Karta-wirya kalang-kabut. "Kalau aku tak berhasil membeset kulitmu,
lebih baik kumakan sendiri tulang-tulangku...!"
la terus melejit, tetapi si pemuda kumal tak takut. Dia bahkan memperhebat
ejekannya sambil bersumbar-sumbar. Kemudian lari memasuki gelanggang. Tak
lama lagi menyusup di antara penonton dan muncul kembali seperti orang
bermain kucing-kucingan.
Penonton yang kena disusupi, jadi bubar berderai. Tetapi mereka bergembira.
Mereka tertawa riuh bergegeran. Apa lagi jika menyaksikan Kartawirya makin
lama makin jadi kalap.
Pada saat itu, muncullah tiga orang lagi yang memburu si pemuda kumal
dengan serentak. Perawakan mereka berbeda-beda. Yang seorang tinggi kurus
bermuka bopeng. Itulah dia si Setan Kobar. Yang kedua, berperawakan pendek
gendut. Dialah Cekatik gelar Simpit Ceker Bebek. Dan yang ketiga seorang
pemuda bernama Maling. Merekalah dulu yang ter-gantung di atas pohon.
Mereka berteriak-teriak kacau, "Kurang ajar iblis kuda! Kauanggap apa sih
kami ini, lantas kaugantung di atas pohon?"
Bersambung
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
Penuaan
REKREASI saja....*
*Ini pesan* *Prof. Dr. dr. Bhenny Karim, SpPD-KR. (Guru Besar FK UGM)*
*Untuk Saudara2ku yg Telah ber Usia 53 thn ke Atas , Lebih2 Disiplin Jaga
KeSehatan*
*Proses PeNuaan (aging), Sudah Mulai Sejak usia 32 tahun, dgn Mulainya*
*Penurunan Fungsi Organ-Organ* *(Seperti Ginjal, Lever, Anak Ginjal,
Hypophyse dsb.nya) dan*
*Penurunan Hormon-Hormon* *(Seperti Testosteron, Growth Hormon, Coenzym
Q10, Estrogen. Pada Pria PeNurunan Hormon Progesteron dan Testosteron.*
*PeNuaan Adalah Suatu Penyakit yg BerLangsung Kronis yg Sebenarnya Tidak
Dapat di Cegah , di Obati dan di Kembalikan Menjadi Muda*.
*PeNuaan Bukanlah Hukuman , tetapi Akibat Titah dari Gen.*
*Beberapa Penyakit yang Muncul Akibat Proses PeNuaan*, *adalah:*
*1. Osteoporosis.*
*2. Metabolik Syndrome, dgn Akibat Penyakit Cardiovasculer (seperti Stroke,
Penyakit Jantung Koroner dan Hypertensi Renal).*
*3. Cancer (seperti Payudara, Colorectal/Usus, Prostat, Ovarium).*
*4. Alzeimer (Pikun).*
*5. SD (Sexual Dysfunction).*
*APA SAJA YG HARUS DILAKUKAN?*
*1.BERGERAK*.
*Jalan kaki 3 s/d 5 km/hari) dapat MenCegah Osteoporosis (Rapuh Tulang) dan
Hypertensi.*
*2.SENAM OLAH NAFAS*
*Paru-paru Perlu Latihan Deep breathing/maximal breathing, untuk
meningkatkan Aliran Darah di alveoli, Menguras CO2.*
*3.KURANGI KARBOHIDRAT*
*Cukup Protein, Buah dan Sayur.*
*4.JAGA BERAT BADAN*
*Bobot Ideal Pria ( Tinggi Badan diKurangi 100 ) , Wanita ( Tinggi Badan
diKurangi 110 ).*
*Lingkaran Perut Tak Boleh Lebih 80 cm untuk wanita, 90 cm untuk Pria.*
*BMI Tak Boleh Lebih 30 kg/m2.*
*5.TEKANAN DARAH TIDAK BOLEH LEBIH 140/90.*
*Cek Tensi Tiap Minggu.*
*6. KADAR GULA DARAH PUASA TIDAK BOLEH LEBIH 110, Trigliserida 150, HDL
Harus Lebih 50.*
*Jadi Cek Darah Max Tiap 6 Bulan.*
*8.ISTIRAHAT CUKUP*
*Tidur 6 jam seBisanya mulai jam 10 malam, Lampu Mati (Merangsang Growth
Hormon).*
*Jangan Makan 3 jam Sebelum tidur (Mencegah GERD, Mencegah Sesak).*
*Bantal Pendek (Meningkatkan Oksigenasi otak).*
*Miring ke Kanan (mengurangi Beban Jantung).*
*9.KURANGI STRESS*
*Jgn beKerja di Luar Kapasitas/KeMampuan.*
*Perbanyak Rasa Syukur , Doa*
*Senantiasa* *Perbaiki Kualitas ibadah , Iman , Sosial & Hiburan yg Positif* ,
*PerBanyak Saat Kumpul2 , Ngobrol2 Santai , Canda Ria , Silaturahim atau
Berkumpul dgn Keluarga & Sahabat jg Teman2*
*Tidak Boleh Marah2 atau Emosionil , Buang Jauh2 Hal2 yg berPotensi memBuat
Sedih/Kasus ( Hukum/perMusuhan) , Bahkan Hadapilah Segala Hal dg Senyum
Bahagia*
*Silakan share jika menurut bpk/ibu bermanfaat*
🙏 *Trimakasih*🙏👍🏽👍🏽👍🏽👍🏽
🌻🌻🌻🌻🌻
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
FALSAFAH WONG JOWO
Kuat dilakoni, gak kuat ditinggal NGOPI
Soale menungso kuwi sejatine mung kurang siji... Yoiku: NGOPI
NGOPI iku tegese (Ngolah Pikiran), mulo kopi iku rasane PAIT. Nanging sak
pait-paite kopi.. isih iso digawe LEGI.
LEGI (Legowo ning ati) / Berlapang Dada Hatinya, carane kudu ditambahi GULO.
.
GULO (Gulangane Roso) / Mengelola Perasaan Baik, sing asale soko TEBU.
TEBU (Anteb Ning Kalbu) / Mantab Hatinya, banjur diwadahi CANGKIR.
CANGKIR (Nyancangne PiKIR) / Menguatkan Pikiran, trus disiram WEDANG.
WEDANG (Wejangan Sing Marahi Padang) / Nasehat Yang Menentramkan Hati, ojo
lali di-UDHEG.
UDHEG (Usahane Ojo Nganti Mandeg) / Usaha Jangan Sampai Berhenti, anggone
ngudheg nganggo SENDOK.
SENDOK (Sendhekno Marang Sing Nduwe Kautaman) / Pasrahkan Pada Yang Maha
Kuasa, dienteni sithik ben rodo ADEM.
ADEM (Ati digowo Lerem) / Hati Jadi Tenang, njut bar kui lagi di-SERUPUT.
SERUPUT (Sedoyo Rubedo Bakal Luput) / Semua Godaan akan Terhindar.
Meniko Falsafahipun "NGOPI"
Sumonggo... Ngopiii ....
Sadulur Kabeh, mugi ing dinten niki tansah, pinaringan sehat soho berkah
saking Gusti Kang makarya Jagad....
🙏🙏🙏🙏💪💪
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
7.28.2019
*_Sebuah catatan kecil tentang persahabatan..._*
*_Sebuah catatan kecil tentang persahabatan..._*
Setelah menikah, aku belum pernah lagi duduk bersama Ayahku di sofa
kesukaannya, aku sudah pindah kerumah lain bersama keluarga kecilku dan
meninggalkannya sendirian...
Bertahun2 lalu, waktu aku baru menikah, kami duduk bersama disofa itu,
disuatu siang yang panas. Aku duduk menikmati Juice ketika sedang
mengunjungi Ayahku...
Ketika aku berbicara tentang kehidupan orang dewasa, tentang pernikahan,
tanggung jawab dan kewajiban, Ayahku hanya mendengarkan dengan tenang
sambil terus mengaduk es batu di gelasnya dan menatapku lekat2...
_"Jangan pernah melupakan teman2mu.."_ Ayah menasihatiku, _"Mereka akan
menjadi makin penting seiring dengan beranjaknya usiamu..."_
_"Tanpa mengurangi kecintaanmu kepada keluargamu dan anak2mu yang akan kau
miliki nanti, kau akan selalu memerlukan teman2mu. ingatlah selalu untuk
pergi bersama mereka sesekali, lakukan sesuatu bersama teman2, telepon dan
ngobrol dengan mereka..."_
_"Sebuah nasihat yang aneh..!"_ pikirku, saat itu aku baru saja memulai
pernikahanku, aku seorang lelaki dewasa, tentu saja istriku dan keluarga
yang baru aku bentuk akan menjadi segalanya dan yang paling berarti dalam
hidupku...
Tapi aku tetap mematuhi nasehatya, tetap berhubungan dengan teman2ku, dan
secara perlahan menambah jumlahnya setiap tahun. Dan setelah bertahun2
kemudian, aku mulai menyadari bahwa Ayahku berkata hal yang benar..!
Dalam segala sesuatu yang dibawa oleh waktu untuk membentuk dan merubah
seseorang, teman2 adalah semacam benteng kehidupan.
Setelah lebih dari 50 tahun berlalu, inilah yang aku pelajari;
Waktu akan berlalu,
Hidup akan berlanjut,
Jarak akan meningkat,
Anak2 akan tumbuh dewasa dan mandiri, dan walaupun mematahkan hati kita,
tapi kebanyakan dari mereka akan hidup terpisah dari orangtuanya...
Pekerjaan dan profesi datang dan pergi,
Fantasi, hasrat, ketertarikan, kehidupan sexual,... semua akan melemah dan
tidak menarik lagi...
Orang melakukan hal2 yang tidak seharusnya meeka lakukan,
Orang tua meninggal,
Rekan2 kerja akan melupakan semua kebaikan2 kita,
Segala persaingan2 sudah selesai,
Tapi sahabat2 akan selalu ada, tak peduli sejauh apapun mereka berada dan
sudah selama apapun kita berteman....
Teman dan sahabat selalu ada dalam jangkauan tangan, dalam kebutuhan,
menantimu dengan tangan terbuka atau dengan kebaikan dalam hidupmu.
Ketika kita memulai sebuah petualangan yang bernama KEHIDUPAN, kita tak
tahu apa gerangan kesedihan atau kebahagiaan yang menanti kita di depan sana.
Kita tidak tahu seberapa butuhnya seseorang akan teman2nya. Cintailah orang
tuamu, rawatlah anak2mu, tapi *jagalah sekumpulan teman2 baikmu..*
_Dipersembahkan untuk seluruh teman2ku yg baik hati..._ 😊🙏
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
Pagi
*Assalaamu 'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.*
*_Selamat pagi saudara ku yang di mulia kan Allah_*
*Marilah kita berdoa dan saling mendoakan yg terbaik untuk saudara2 kita
semua*,
💦 *_Ya Allah ampunilah segala dosa dosa kami *dosa dosa kedua orang tua
kami yang terdahulu dan yang sekarang, yang nampak dan yg tersembunyi, yang
sengaja dan tidak di sengaja_*,
🕺 *Ya Allah berikanlah Sisa umur yang bermanfaat , kesehatan yang prima
dijauhkan dari sakit dan segala penyakit*,
🌽 *_Ya Allah berilah kami Rezeki yg Halal Thoyib & Barokah_*.
🤲 *Ya Allah mudahkan dan lancarkanlah segala urusan dan jauhkanlah dari
segala keburukan*,
👨👩👧👧 *_Ya Allah jadikanlah keluarga kami keluarga Sakinah Mawadah
Warohmah. serta Anak keturunan soleh & solehah yang selalu mendoakan
orangtuanya_*,
❤ *Ya Allah berikanlah kepada kami Kebaikan dan keridhoan amal perbuatan
kami hingga sampai anak keturunan kami*
🍓 *_Ya Allah berikanlah kepada kami Keselamatan Lahir Batin Dunia hingga
Akherat kelak_*,
💦 *_Ya Allah bila saatnya Engkau cabut nyawa kami,cabutlah dalam keadaan
taubatan nashuha serta Akhir kehidupan yg Husnul khotimah_*
💕 *Ya Allah *jagalah kami selalu istiqomah dan kabulkanlah segala
permohonan dan doa kami semua*dan besuk jadikanlah kami semua sebagai
penghuni Syurga MU*
🌺 *Aamiin Yaa Robbal 'Alamiin*
🇮🇩🕌❤🌹👧🏻👮🏻♂
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
@bende mataram@ Bagian 97
Bagian 97
Sangaji merasa, ia menang tenaga. Maka itu, cepat-cepat ia mengumpulkan
tenaga lagi. Kemudian mengadu tumbukan. Si pemuda ningrat terpaksa pula
melayani. Dengan begitu, mereka berdua lantas saja jadi berkutat.
Perlahan-lahan tapi pasti, Sangaji berhasil mendorong lawannya. Diam-diam
ia gembira. Ia sudah memikirkan pula jurus berikutnya untuk meruntuhkan
lawan. Tetapi tiba-tiba tenaga lawannya hilang begitu saja. Tak ampun lagi
tubuhnya lantas saja terhuyung ke depan, karena tak sempat lagi menahan
diri. Selagi ia terhuyung, tangan lawannya melayang memukul punggungnya.
Masih dia berusaha menangkis dengan memutar tubuh. Tetapi lawannya bukan
lawan bodoh. Begitu ia berpaling, lantas saja kaki lawannya menendang lututnya.
Sangaji jadi keripuhan. Tubuhnya tak dapat ditahannya lagi. la jatuh
terbalik untuk yang kedua kalinya. Tetapi kali ini, tubuhnya tak! sampai
mengenai tanah. Dengan cepat siku-nya disanggakan, lalu kakinya menjejak
dada lawannya sangat sebat.
Ternyata lawannya dapat mengelakkan diri. Tetapi Sangaji mendadak saja bisa
meneruskan menyerang beruntun. Kali ini, dia menggunakan jurus-jurus ajaran
Wirapati dan Jaga Saradenta dengan berbareng. Itulah sebabnya, sekarang ia
nampak tangguh dan cepat. Jurus ajaran Wirapati dan Jaga Saradenta sangat
berbahaya jika dilakukan dengan berbareng. Apabila sekali mengenai tubuh
lawan, bisa memisahkan tulang-belulang. Untung Sangaji bukan seorang pemuda
yang kejam. Ia sadar, kalau dirinya tak mempunyai permusuhan mendalam
dengan si pemuda ningrat. Tujuan perkelahian itu, semata-mata hanya
mendesak agar si pemuda mau membayar pulang harga celana Nuraini.
Tetapi lawannya berpikir sebaliknya. Melihat Sangaji bertempur dengan
jurus-jurus yang sangat berbahaya, lantas saja ia memikirkan suatu
tipu-muslihat lagi. Ia sengaja membuka dadanya, seolah-olah mengesankan tak
dapat menjaga diri.
Sangaji kena terjebak. Melihat dia membuka dada, tak sampai hati ia
meneruskan serangannya. Ia menarik tangannya. Kini hanya mengarah kepada
lambung. Tak tahunya, ini-lah kejadian yang diharap-harapkan lawannya.
Begitu ia sembrono, kedua tangan lawannya lantas saja bekerja. Yang sebelah
kiri menyodok lengan dan yang sebelah kanan menumbuk dada.
Sangaji kaget. Cepat-cepat ia menarik kedua tangannya untuk melindungi
dada. Mendadak lawannya membatalkan pula serangannya. Kali ini hanya
menyambar dan menangkap pergelangan. Kemudian sambil menarik kuat ia
melompat tinggi. Kakinya menjejak paha Sangaji dan terus melesat ke udara
berjumpalitan. Karuan saja, Sangaji jatuh terbalik kena dorongan tenaga.
Mukanya sampai mencium tanah begitu panjang.
Mustapa kala itu telah terbebat rapi. Kedua pergelangan tangannya, dapat
digerakkan sedikit meskipun nyeri luar biasa. Melihat Sangaji kena
dirobohkan tiga kali berturut-turut, ia merasa iba. Tanpa memikirkan
dirinya sendiri, lantas saja ia maju menolong membangunkan Sangaji. Ia
tahu, Sangaji bukan lawan si pemuda ningrat. Maka ia berkata menyabarkan,
"Anak muda, jangan layani dia. Apa gunanya berkelahi melawan seorang anak
muda yang tak mempunyai harga diri?"
"Sangaji roboh dengan kepala berputaran dan mata kabur. Ia tak mengira,
diperlakukan lawannya begitu kejam. Sedangkan tadi, ia berlaku memaafkan
kepadanya. Kini, timbullah dendamnya. Serentak ia merenggutkan diri dari
tangan Mustapa kemudian melompat maju.
"Eh ...! Kamu belum takluk juga?" seru si pemuda ningrat.
Sangaji tak menyahut. Ia terus merangsak dengan sungguh-sungguh. Hebat kali
ini, karena dia
tak sudi lagi memberi ampun.
"Bagus!" seru si pemuda ningrat. "Tapi jangan salahkan aku! Aku terpaksa
melayani-mu dengan sungguh-sungguh. Nah mundurlah, sebelum terlanjur!"
"Bayar pulang dahulu celana dia. Baru kita bicara," sahut Sangaji.
Si pemuda ningrat serta pengiringnya terpaksa tertawa geli, menyaksikan
ketololannya. "Hai! Nona itu kan bukan adikmu?" seru salah seorang
pengiring. "Mengapa ngotot?"
Sangaji tak mendengarkan ocehan orang itu. Ia terus merangsak sambil
mengancam lagi, "Kamu bayar pulang tidak?"
"Eh, sahabat!" sahut si pemuda ningrat. "Nampaknya kau mau mengadu nyawa.
Buat apa? Kalau aku kawin dengan gadis itu, apa kamu lantas bisa menjadi
iparku?"
"Aku bukan kakaknya. Mengapa kauhilang seolah-olah dia adikku?" damprat
Sangaji. Benar-benar ia marah kali ini. Matanya melotot, sedang napasnya
kembang-kempis. "Bagus! Kau mau jadi pahlawan? Majulah!" tantang si pemuda
ningrat.
Mereka jadi bertarung lagi. Kali ini Sangaji tak berkelahi dengan setengah
hati. Itulah sebabnya, lambat-laun si pemuda ningrat kena didesak mundur
sampai merasa keripuhan. Dia mencoba mengadu kegesitan, tetapi Sangaji bisa
bergerak dengan gesit berkat ajaran jurus-jurus Wirapati.
Pada saat itu, penonton makin lama makin banyak. Mustapa yang memperhatikan
me-reka, jadi tak enak hati. la sadar, kalau polisi sampai datang urusan
bisa bertambah runyam. Lagi pula, ia tahu kalau di antara mereka terdapat
pendekar-pendekar sakti yang ikut pula memperhatikan jalannya pertempuran.
Pandang mata mereka luar biasa tajam. Di antara mereka ada pula yang
membekali senjata rahasia. Kalau saja mere-. ka tiba-tiba ikut campur
dengan melepaskan senjata rahasia, akan celakalah. Kalau mengenai si pemuda
ningrat, bagaimana bisa dia bebas dari suatu urusan besar. Sebaliknya kalau
mengenai Sangaji, bagaimana mungkin dia membiarkan pemuda itu berkorban
untuk dirinya?
Mendapat pikiran demikian, hati-hati ia menyelinap di antara penonton, la
menaruh curiga kepada segerombol penonton yang sikapnya luar biasa. Orang
yang berdiri di depan, berperawakan tinggi besar. Dia mengenakan kopiah
putih seperti seorang haji. Tapi pandangnya keruh mengingatkan pada
raut-muka seorang algojo. Yang berdiri di sebelah iurinya, seorang
laki-laki berperawakan kurus. Orang ini sudah berusia lanjut. Rambutnya
hampir putih semua. Wajahnya berkerinyut. Meskipun demikian, pandangnya
berwibawa, flfeng berdiri di sebelah kanan, seorang pemu-a berkumis tebal
dan mengenakan pakaian *erba putih. Perawakan tubuhnya kukuh. Dialah
Kartawirya yang dulu mengancam Sangaji di dalam losmen.
"Manyarsewu!" kata laki-laki kurus berusia tenjut. "Kamu datang dari
Ponorogo ke mari, semata-mata hendak memenuhi panggilan Pangeran Bumi Gede.
Bocah ngganteng berpakaian mentereng itu, putera Pangeran Bumi Gede. Apa
kamu mau membiarkan dia dirangsak habis-habisan pemuda tolol itu? Kalau
sampai putera Pangeran Bumi Gede ter-'kika, apa nyawa kita bisa selamat...?"
Manyarsewu adalah seorang laki-laki Berperawakan tinggi besar yang
mengenakan kopiah haji. Mendengar kawannya berkata demikian, ia hanya
tersenyum sambil menjawab, "Cocak Hijau, kauusilan. Meskipun dia mampus di
depan kita, paling-paling ayahnya cuma mematahkan kakimu sebelah. Mustahil
Pangeran Bumi Gede menginginkan nyawamu..."
Mustapa terperanjat. Orang yang bernama Cocak Hijau itu berkata, kalau si
pemuda ningrat adalah putera seorang pangeran. Kalau begitu tak dapat
disalahkan, kalau dia menolak mengawini anakku, pikir Mustapa. Ah,
jangan-jangan inilah permulaan bencana. Kalau dia sampai dilukai pemuda
itu, celaka. Di antara pengiringnya terdapat orang-orang begini perkasa.
"Jangan takut!" sambung Kartawirya. "Berani aku bertaruh, kalau putera
Pangeran Bumi Gede tak bakal bisa dikalahkan. Lihat!"
Manyarsewu tertawa melalui dadanya. Menyahut, "Putera Pangeran Bumi Gede
pasti bisa mentaksir kekuatan lawan. Sepuluh tahun lamanya, kabarnya dia
sudah mengenal ber-macam-macam ilmu silat. Gurunya banyak. Akan sia-sia
jadinya, kalau sekali-kali dia tak mencoba ketangguhan ilmunya."
"Itu benar." ujar Cocak Hijau. "Cuma saja, kalau kita bisa membuat jasa,
akan baik aki-batnya. Pasti kita akan mendapatkan keistimewaan, selama
rapat berlangsung."
"Hihaa... mana bisa beliau senang, seandainya kita datang membantu ..."
Manyarsewu tetap membandel. Mendadak Kartawirya mengalihkan pembicaraan.
"Eh, Paman Manyarsewu dan Paman Cocak Hijau! Ilmu silat dari mana yang
dipergunakan putera Pangeran Bumi Gede? Coba tebak!"
Manyarsewu dan Cocak Hijau tertawa hampir berbareng. Hampir berbareng pula
mereka menyahut, "Anak haram! Kau menguji kami! Ilmu silat yang
dipergunakan terang berbau daerah Gunung Lawu ... Benar, tidak?"
Bersambung
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail
Obrolan esuk-esuk : *SAWANG SINAWANG*
*SAWANG SINAWANG*
*Wong Ndeso :*
Penak dadi wong kota.....
opo-opo ono, mall cedak, dalane alus.
*Wong Kota :*
Penak piye ? Mangkat kerjo macet, mulih kerjo macet. Malem minggu macet,
tanggal nom macet, parkir rabiso sembarangan lan mesti mbayar. Neng ndeso
lalu-lintas lancar, parkir bebas lan gratis.
Sing penak ki dadi pegawai hotel. Lingkungane mewah, ber AC, makanane mewah
dan terjamin.
*Pegawai Hotel*
Penak apane ? Yen musim liburan malah rabiso liburan. Yen sepi ra oleh
extra penghasilan.
Sing penak ki dadi pedagang...
*Pedagang :*
Penak apane ? Barang sewarung utangan kabeh,
Nek ono suloyone kudanan rego biso2 bangkrut.
Penak ki dadi Pegawai Negeri,
kabeh-kabeh ngajeni...
Ketemu tonggo : Monggo Pak... monggo Bu...
Tanggal nom mesti gajian.
*Pegawai Negeri:*
Penak apane ?
Iyo tanggal nom gajian, tanggal tuwek totalan....
Gajine "jerman" di jejer wis ora uman.
Penak kuwi yo dadi Pak Lurah..
Neng endi2 ketemu rakyate...
Monggo Pak Lurah !!!
Yen jagong manggone ngarep dhewe.
Saben dino entuk punjungan.
*LURAH :*
Penak apane ? Ra cucuk karo modale....
Sawah didol, mobil didol nggo nyalon...
Gajine ra nutup, saben dino jagongan. Sing enak yo dadi DPR.
*DPR :*
Penak apane dadi DPR ?
Ora cucuk karo modale, duwit entek nggo kampanye...
Bareng dadi gak iso obah blas...
Ono proyek sithik wae di penthelengi KPK...
Luwih penak yo dadi tukang cukur, iso ngongkeki sirahe wong akeh, sirahe
pak camat, bupati... presiden diongkak-ongkek sirahe yo podo meneng wae.
*Tukang Cukur :*
Penak apane ?
Nek salah potongane po meneh kesilet sirahe godres getih, sing cukur
ngamok2 sesasi ra meneng.
Penak kuwi dadi pangsiunan, esuk ngopi .... maos koran.... metheti
manuk.... makani iwak... nonton tv...sare....
Tanggal nom nyadhong gaji pangsiunan.
*Pangsiunan:*
Penak piye?
Esuk awan sore mung tenguk2... maca koran wis ra cetha... nonton tv
bosen... mangan ngombe dibatesi..
kolesterol kek ... tensi kek... gula kek...
Arep bal2-an ra ana kancane.
Arep nggedabrus lewat wa, suwe2 yo kesel tur hp-ne lemod he..he..he
*Tibak-e kabeh ra ono sing penak.*
*Anggere isih urip yo isih MUMET, PUSING, NGELU, BINGUNG...*
*mergo kabeh mau gathuke wong urip...*
*TERUS KON KUDU PIYE...???*
Monggo dulur, menikmati peran kita masing-masing.
*Apa pun pekerjaan kita... NIKMATILAH* *dan SELALU BERSYUKUR,*
*BERSYUKUR dan*
*BERSYUKUR...*
*SUGENG ENJING.....* 🙏😘☕
Sent with AquaMail for Android
https://www.mobisystems.com/aqua-mail