From: A.Syauqi Yahya
Selasa, 12/08/2014 17:25 WIB
Di Bandara Soetta, Waktu, Privacy dan Anda Seperti Tak Berharga
Eddi Santosa - detikNews
Situasi semrawut di ruang klaim bagasi Soetta (es/detikcom)
Jakarta - Untuk klaim bagasi di bandara Soekarno Hatta diperlukan waktu 50 menit di Terminal Kedatangan D2. Petugas ground handling juga membuka tas penumpang. Bukankah ini wewenang duane?
Salute! Pelayanan check in imigrasi rata-rata 30 detik per penumpang. Sudah ada kemajuan dari tahun ke tahun.
Tapi ground handling bagasi rapornya merah total. Selain sangat lamban, pekerja juga lancang menggerayangi bagasi penumpang.
Untuk klaim bagasi di bandara Soekarno Hatta diperlukan waktu 50 menit di Terminal Kedatangan D2. Entah apa saja yang dilakukan selama itu. Di sini waktu seperti tidak berharga. Setidaknya itu kejadian pada 6 Agustus 2014 untuk penerbangan Emirates EK356 dari Amsterdam via Dubai.
Bagasi pertama yang keluar sebagaimana galibnya di Bandara Soetta adalah untuk priority. Selama menit-menit pertama baggage belt atau conveyor belt terus berputar dengan hanya menampilkan bagasi priority, sebagian sudah diklaim oleh pemiliknya, sebagian lainnya masih tergeletak dan terus berputar.
Sementara itu mulai terjadi penumpukan penumpang EK356 yang menunggu bagasi mereka. Ruangan mulai penuh sesak dan pengap. Situasi menjadi semakin kacau dan semrawut ketika conveyor belt sebelah juga mulai dipadati oleh penumpang SQ (Singapore Airlines), yang juga hendak mengambil bagasi mereka.
Bagasi untuk penumpang EK356 lainnya baru mulai terlihat keluar pada menit ke-36. Sekian lama menunggu, bagasi saya baru melintas pada menit ke-50. Perlu waktu nyaris satu jam hanya untuk klaim bagasi adalah sangat tidak efisien.
Di Schiphol bagasi sudah mulai keluar satu per satu hanya dengan jeda 10 menit dari sejak penumpang keluar dari perut pesawat. Ketika penumpang tiba di ruang klaim bagasi, mereka sudah bisa menemukan bagasi untuk kemudian melewati pintu duane dan selanjutnya keluar bandara menuju tujuan masing-masing. Dengan begitu tidak terjadi penumpukan penumpang akibat lama menunggu bagasi.
Mengapa ground handling di bandara Soetta begitu lamban dan memerlukan waktu lama? Begitu lamanya waktu yang diperlukan sehingga memberi peluang bagi pekerja ground handling untuk berbuat di luar tupoksi dan prosedur.
Contohnya, ritsluiting sisi samping koper istri saya setengah terbuka dengan isi acak-acakan dan menyembul keluar. Padahal isinya cuma surat-surat biru dari belastingsdienst (dinas perpajakan Belanda) dan surat dari Erasmus University untuk anak kami, yang telah berangkat liburan duluan ke Indonesia bersama adik-adiknya.
Penumpang lain juga mendapati kunci kopernya dipotong paksa dan isinya acak-acakan dari susunan rapi semula.
Ini semua patut diduga sebagai bukti dan jejak-jejak kerja ground handling, yang tidak profesional, bahkan perbuatan ilegal dan melanggar hukum.
Pekerja ground handling tidak punya wewenang membuka isi bagasi penumpang dan melanggar hak privacy penumpang. Yang berwenang membuka dan memeriksa adalah petugas duane, itu pun dengan disaksikan bersama penumpang pemilik bagasi.
Petugas groud handling dibayar untuk memindahkan bagasi dari perut pesawat ke conveyor belt untuk diambil kembali oleh penumpang pemiliknya.
Selanjutnya penumpang akan berurusan dengan petugas duane dengan menyerahkan surat deklarasi mengenai barang yang dibawa. Bukan pekerja ground handling, melainkan petugas duane sebagai otoritas yang ditunjuk oleh negara untuk memeriksa keluar masuk barang sesuai ketentuan UU.
Jadi, berdasarkan apa dan apa motivasi petugas ground handling memotong paksa kunci koper penumpang, menggerayangi dan mengacak-acak isi bawaan penumpang?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar