From: A.Syauqi Yahya
Jumat, 15/08/2014 12:18 WIB
Dengar Pidato 'Perpisahan' SBY, Dahlan Iskan Berlinang Air Mata
Feby Dwi Sutianto - detikFinance
Jakarta - Hari ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidato kenegaraan di Gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta. Pidato kenegaraan ini merupakan yang terakhir bagi SBY sebagai presiden.
Di depan para pejabat negara, anggota parlemen hingga perwakilan negara sahabat, SBY menyinggung berbagai prestasi-prestasi di bidang ekonomi yang dicapai selama periode pemerintahannya, termasuk infrastruktur-infrastruktur yang dibuat oleh BUMN seperti bandara dan jalan tol.
Hal ini membuat Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan ikut terharu sampai-sampai meneteskan air mata.
"Tadi Pak SBY sudah jelas sekali. Tadi terus terang saya lebih banyak terharu. Saya tadi berlinang air mata," kata Dahlan usai acara pidato kenegaraan di halaman Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Jumat (15/8/2014).
Dahlan mengaku mendengarkan pidato kenegaraan Presiden SBY dengan penuh antusias.
"Saya tadi terus terang lebih banyak terharu pidato yang bagus dengan beberan prestasi yang luar biasa tetapi ditutup dengan rendah hati," katanya.
Dalam pidato kenegaraannya, SBY menyebut Pemerintah Indonesia mampu menjaga stabilitas dan kondisi makro-ekonomi yang relatif baik. Indonesia menurutnya mampu bertahan dan keluar dari terpaan bencana alam maupun krisis global pada 2008
Indonesia juga mampu mencetak pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi. Pada periode tahun 2009-2013, pertumbuhan ekonomi rata-rata nasional mencapai 5,9%.
"Ini jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, Eropa dan Jepang pada kurun waktu yang sama. Di semester pertama tahun 2014 ini, ekonomi kita memang mengalami perlambatan menjadi sekitar 5,2%. Sungguhpun demikian, diantara negara-negara G-20, kita tetap menempati posisi pertumbuhan tertinggi setelah Tiongkok," kata SBY.
SBY juga menyinggung perihal kondisi utang Indonesia. Pada puncak krisis moneter tahun 1998, rasio utang Indonesia terhadap PDB adalah 85%. Artinya posisi utang hampir sama besarnya dengan penghasilan bangsa Indonesia.
"Dengan susah payah, akhirnya kita berhasil menurunkan rasio utang terhadap PDB kita menjadi sekitar 23%. Sekali lagi, ini bukanlah capaian yang boleh diabaikan. Mari kita bandingkan dengan rasio utang terhadap PDB negara-negara maju yang terus tinggi, Jepang 227,2%, Amerika Serikat 101,5%, atau Jerman 78,4%," katanya.
--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar